Belum reda pandemi global dari Covid-19, kini sudah muncul lagi strain atau varian baru dari virus corona. Nama varian baru virus corona itu adalah SARS-CoV-2 strain B.1.1.7.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) strain baru virus corona ini pertama kali teridentifikasi pada 21 September di Kent Cunty, Inggris. Sejak saat itu, strain virus corona jenis ini diketahui yang menyebabkan lonjakan 50% persen kasus baru yang didiagnosis antara Oktober -13 Desember 2020 di negara Ratu Elizabeth itu.
Ototritas kesehatan Inggris menjelaskan jika varian baru virus Covid-19 ini mempunyai efek penularan 70% lebih besar dari varian sebelumnya.
Lebih Rentan Infeksi Anak-Anak
Efek penularan yang tinggi dari strain virus corona ini membuat pemerintah RI bahkan menutup pintu keluar masuk wilayah Indonesia sejak 1 -14 Januari 2021.
Dalam konferensi pers yang disiarkan di kanal YouTube BNPB Indonesia, Kamis (24/12) Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro menyebut berdasarkan data, strain virus corona yang ditemukan di Inggris ini memang lebih cepat menular tetapi belum ada bukti berbahaya atau memperparah infeksi corona.
“Tetapi bukan berarti hal tersebut tidak akan berubah karena ini masih perlu bukti, informasi dan penelitian lebih lanjut,” kata Bambang.
Sementara itu, melansir dari independent.co.uk disebutkan para ahli sedang meneliti strain baru virus corona tersebut untuk memahami lebih baik pengaruhnya terhadap pasien.
Profesor Neil Ferguson dari Imperial College London mengatakan data menunjukkan varian baru virus corona tersebut memiliki tingkat infeksi yang lebih tinggi secara signifikan pada anak-anak dibanding strain virus corona lainnya.
“Kami dapat melihat dari data, ada petunjuk bahwa strain virus jenis ini memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk menginfeksi anak-anak,” kata Ferguson.
“Kami tidak mengatakan bahwa ini adalah virus yang secara khusus menargetkan anak-anak atau lebih spesifik dalam kemampuannya untuk menginfeksi anak-anak. Tetapi kami tahu bahwa Covid-19 sebelumnya dikenal tidak terlalu berpengaruh pada anak-anak. Sebelumnya, virus lebih sulit untuk masuk ke sel tubuh karena memerlukan reseptor ACE2 yang ada pada orang dewasa. Tetapi sekarang virus dapat lebih mudah masuk ke sel. Hal inilah yang kemudian membuat anak-anak bisa menjadi lebih rentan untuk terinfeksi,” tambah Profesor Wendy Barclay, ilmuwan dari Kelompok Penasehat Ancaman Virus Pernapasan Baru dan Berkembang (NERVTAG).
Baca juga: Orang Tua, Lakukan 8 Hal Ini Untuk Lindungi Anak dari Virus Corona
Vaksinasi Terus Berjalan
Mutasi virus corona hingga terdeteksi strain virus terbaru juga membuat beberapa pihak menyanksikan soal keampuhan vaksin yang sudah diproduksi. Namun Menristek memastikan program vaksinasi akan terus berjalan.
“Paling tidak, mutasi yang terjadi belum ada bukti bahwa strain atau varian ini bisa menganggu efektivitas dari vaksin. Jadi program vaksinasi tetap on track. Tetapi yang paling penting, kita belum tahu persis akan berapa lama daya tahan vaksin itu di tubuh kita sehingga masih ada kemungkinan program vaksinasi kembali. Apakah tahun depan atau dua tahun berikutnya,” jelas Bambang.
Meski vaksin Covid-19 sudah akan mulai diedarkan bukan berarti potokol kesehatan yang kita lakukan boleh kendor ya, Bunda. Karena meski sudah ada vaksinnya, namun ‘senjata’ yang paling ampuh menangkal paparan Covid-19 ini dengan gerakan 3M, memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.
Selain itu, jika tidak terlalu penting, sebaiknya memang lebih aman di rumah. Mengingat kasus positif selalu mengalami kenaikan jumlah pasca adanya hari libur nasional.
Pemerintah bahkan menerapkan aturan ketat untuk memasuki suatu wilayah tertentu, misalnya Bali yang mewajibkan semua yang masuk ke sana untuk membawa surat hasil PCR swab test atau kawasan Puncak, Bogor yang selama libur Nataru yang meminta semua yang memasuki daerah sana untuk menunjukkan tes hasil rapid tes antigen.
Baca juga: Ketahui Perbedaan Flu Biasa dan Virus Corona
Lalu apa bedanya rapid tes antigen dan PCR swab tes?
Rapid Tes Antigen
Rapid tes antigen mendeteksi adanya materi protein spesifik dari virus di dalam tubuh seseorang. Sampel yang diambil adalah lendir dari dalam hidung maupun tenggorokan dengan metode usap (swab).
Untuk mengetahui hasil rapid tes antigen dibutuhkan waktu 10-15 menit hingga hasilnya keluar. Dan berdasarkan surat edaran Kemenkes, menentapkan batasan tertinggi untuk melakukan rapid tes antigen ini Rp250.000 untuk Pulau Jawa dan Rp275.000 untuk di luar Pulau Jawa.
Tes Polymerase Chain reaction (PCR)
Tes PCR mendeteksi pola genetik (DNA atau RNA) dari suatu sel, kuman, atau virus, termasuk virus Covid-19. Sampelnya diambil melaui tekik usap hidung atau tengkorokan (swab).Sejauh ini, tes PCR adalah yang paling direkomendasikan oleh WHO untuk mendiagnosis virus Covid-19 karena dinilai paling akurat.
Meski begitu, tes PCR membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sampai mengetahui hasil tesnya, memakan waktu beberapa jam hingga beberapa hari.
Pemerintah pun menentukan batas tertinggi biaya tes PCR Rp900.000.