Vitamin D dapat diperoleh secara alami dari sinar matahari. Tapi nyatanya, perubahan aktivitas dan pola hidup membuat bayi dan anak-anak kerap kurang mendapat paparan sinar matahari.
Institute of Medicine merekomendasikan untuk tahun pertama kehidupan, bayi mendapatkan setidaknya 400 IU (international unit) vitamin D per hari. Sedangkan anak-anak berusia lebih dari 1 tahun hingga 18 tahun harus mendapatkan setidaknya 600 IU vitamin D setiap hari.
Vitamin D sangat penting untuk membantu tubuh menyerap dan mempertahankan kalsium dan fosfor untuk memperkuat tulang dan gigi. Ada 2 jenis vitamin D, yaitu vitamin D2 dan D3. Vitamin D2 (ergokalsiferol) ditemukan pada bahan makanan nabati, seperti jamur, almond, kedelai. Sedangkan Vitamin D3 (kalsiferol) merupakan bentuk paling alami dari vitamin D atau sering disebut vitamin matahari.
Kekurangan vitamin D pada anak dapat menyebabkan rakhitis, penyakit pelunakan tulang dengan gejala seperti kelemahan otot, keterlambatan perkembangan gerak motorik, keterlambatan pertumbuhan gigi, dan penurunan kepadatan tulang.
Baca juga: Sering Merasa Lelah? Bisa Jadi Tubuh Kekurangan Vitamin D
Makanan Kaya Vitamin D
Mendapatkan sinar matahari yang cukup adalah cara terbaik untuk membantu tubuh memproduksi vitamin D. Dilansir dari laman resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), waktu yang dianjurkan untuk mendapatkan paparan sinar matahari langsung adalah pukul 10.00 sampai 15.00.
Hanya dengan berada di bawah sinar matahari selama 10-15 menit langsung dapat menghasilkan 1.000 hingga 20.000 IU vitamin D. Sinar matahari yang mengandung ultraviolet A berfungsi mengubah provitamin D di kulit menjadi vitamin D.
Sayangnya gaya hidup anak yang banyak berubah seperti sebagian besar waktunya berada di dalam rumah membuat banyak anak Indonesia kekurangan vitamin D.
Selain matahari, Bunda juga bisa memberikan vitamin D untuk anak lewat makanan. Beberapa makanan kaya akan vitamin D, antara lain:
- salmon 600 – 1000 IU vitamin D/99 gr
- sarden 300 IU vitamin D/99 gr
- tuna 236 IU vitamin D/99 gr
- makarel 250 IU vitamin D/99 gr
- jamur shitake 100 IU vitamin D/99 gr
- telur rebus 20 IU vitamin D/99 gr
Namun faktanya, dibanding vitamin D dari makanan, vitamin D yang berasal dari sinar matahari lebih mudah dicerna oleh tubuh dan bertahan lebih lama dalam peredaran darah.
Baca juga: Hati-hati Overdosis Vitamin C!
Suplementasi Vitamin D
Kekurangan vitamin D merupakan masalah yang penting dalam masa pertumbuhan dan perkembangan anak. Sayangnya, kesadaran masyarakat akan hal itu masih sangat rendah. Anak-anak jarang terpapar sinar matahari dan makanan-makanan yang kaya akan vitamin D pun jarang dikonsumsi.
Oleh karenanya suplementasi vitamin D menjadi penting diberikan. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah memberikan beberapa anjuran untuk mengurangi angka kekurangan vitamin D, salah satunya dengan suplementasi vitamin D.
Pemberian suplemen vitamin D menurut IDAI dijabarkan sebagai berikut:
- Suplementasi vitamin D untuk bayi 0-12 bulan sebanyak 400 IU per hari tanpa memandang jenis makanannya (ASI eksklusif atau tidak)
- Suplementasi vitamin D untuk anak > 12 bulan sebanyak 600 IU per hari tanpa memandang jenis makanannya.
- Anak dengan riwayat defisiensi vitamin D yang disertai gejala harus diberikan suplementasi.
- Wanita hamil dan menyusui perlu mengonsumsi vitamin D 600 IU per hari.
Suplemen vitamin D pun tersedia dalam berbagai bentuk, yang dapat dikunyah hingga berbentuk cair. Namun seperti pemberian suplemen vitamin lainnya, untuk suplemen vitamin D, sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter anak.