Success is not final, failure is not fatal: it is the courage to continue that counts.
Winston Churchill

Simak, yuk, 7 Feeding Rules dari 3 Dokter Anak Favorit

author
Ratih Sukma Pertiwi
Kamis, 21 Januari 2021 | 12:00 WIB
Feeding rules | SHUTTERSTOCK

 

Salah satu keluhan yang sering diutarakan orang tua, terutama ibu yang memiliki batita adalah anak susah makan atau melakukan Gerakan Tutup Mulut (GTM). Jika sudah begitu, tentu akan memunculkan kekhawatiran soal kecukupan gizi dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan anak.

Orang tua yang panik dan bingung ketika menghadapi anak yang mogok makan, biasanya akan lebih permisif pada anak. Misalnya memberikan makanan apapun yang diinginkan anak, meski itu makanan kurang sehat, memberikan susu lebih sering dengan alasan agar anak kenyang, atau bahkan langsung mencari vitamin penambah nafsu makan.

Sebenarnya yang pertama harus dilakukan orang tua ketika si kecil mogok makan adalah dengan mencari penyebabnya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada tahun 2012, penyebab utama masalah makan pada anak adalah inappropriate feeding practice.

Inappropriate feeding practice adalah perilaku makan yang salah atau tidak mengikuti feeding rules. Lalu seperti apa, sih, feeding rules benar?

Berikut ini Kanya rangkumkan feeding rules dari 3 dokter anak favorit, dokter Apin, dr. Citra Amelinda, SpA, IBCLC, MKes, dan dr. Kanya Ayu Paramastri, SpA.

 

1.Durasi Makan Tidak >30 Menit

Dokter Apin:

Membatasi waktu makan bertujuan mengurangi risiko anak jadi picky eater. Dan kalau makannya >30 menit, biasanya anak sudah bosan dan tidak tertarik dengan makanannya. Maka tugas orang tua adalah analisis. Cari tahu kenapa anak makannya lama. Kalau sudah ketemu sebabnya, ke depannya anak tidak akan makan lama lagi.

Dokter Citra:

Kalau makannya terlalu sebentar atau lama, evaluasi kembali. Apakah teksturnya terlalu susah, tidak suka, atau tidak lapar.

Dokter Kanya:

Angka 30 menit bukan angka keramat tapi menjadi patokan dasar. Misalnya anak dalam 30 menit itu gak mau makan, GTM, ngemut, geleng-geleng. Daripada berujung ngamuk dan trauma, mending disudahi aja, bahkan kurang dari 30 menit pun sudahi saja (setelah dicoba alternatif cara/alat/menu makan yang berbeda).

Tapi kalau anak lahap, makan banyak, ngunyah cepet, udah habis waktu 30 menit dan anak masih mau makan, ya enggak apa-apa, bisa maksimal 45 menit. Pembatasan jam makan walaupun anak makan lahap adalah mencegah anak makan terlalu kenyang yang akhirnya malah bikin muntah. Karena beberapa anak belum/tidak tahu bagaimana itu rasanya kenyang dan mencegah risiko obesitas.

Jadi memperkenalkan rasa kenyang sama pentingnya dengan memperkenalkan rasa lapar.

 

2.Konsep Responsive Feeding

Dokter Apin:

Ketika makan tidak melulu mencoba memasukkan makanan ke mulut anak. Tapi ada happy-happy-nya, ngobrol sama anak, komunikasi 2 arah, dan kita belajar tahu anaknya maunya apa, termasuk maunya makan apa, meskipun belum bisa bicara.

Kalau anak makannya happy dan menikmati makanannya, biasanya maksimal 30 menit udah kelar dia.

 

Baca juga: Lakukan 5 Hal Ini Untuk Menghadapi Bayi Saat Gerakan Tutup Mulut (GTM)

 

3.Hindari Distraksi

Dokter Apin:

Waktu makan adalah waktu khusus. Salah satu yang harus dihindari saat makan adalah distraksi berupa gawai atau screen time.

Dokter Citra:

Belajar (makan) harus konsen. Jadi sebaiknya latih anak untuk mengetahui bahwa jika waktu makan tiba, yang harus ia lakukan adalah menghadapi makanannya dengan perhatian penuh tanpa ada distraksi.

 

4.Biarkan Anak Eksplor Makanannya

Dokter Citra:

Memberi kesempatan anak untuk memegang dan menyuap makanannya sendiri bisa membuat anak lebih bersemangat untuk makan dan menghabiskan makanannya. Jangan takut anak cemong atau berantakan, nanti gampang tinggal pel, bersih lagi. Yang penting pengalaman makan itu jadi memorable.

 

Baca juga: 7 Tips Agar Bayi Tidak Tumbuh Menjadi Picky Eater

 

5.Perhatikan Growth Chart

Dokter Apin:

Jangan lupa tetap pantau pertumbuhan anak secara obyektif dengan grafik pertumbuhan. Jangan cuma pusing sama pola makan anak tapi growth chart tidak dipantau.

Feeding rules memang harus dipersiapkan sejak anak belum mulai makan. Tapi kalau sudah keburu makan dan enggak ikut feeding rules dan anaknya enggak picky eater serta tumbuh baik menurut growth chart, ya enggak ada yang perlu dikhawatirkan.

 

6.Tidak Saklek

Dokter Apin:

Kalau sudah menerapkan feeding rules tapi ‘kok enggak berhasil, ya?’, jangan cepat stres, masih banyak rencana cadangannya. Banyak berbagi pengalaman dengan teman-teman, coba analisis apa sebabnya (pakai logika/nalar dan insting sebagai orang tua, ya).

Dokter Citra:

Biasanya jam makan anak sudah diatur sama setiap harinya. Tetapi banyak yang memengaruhi kosongnya lambung antara lain anak sedang banyak gerak, makanan sebelumnya susah dicerna/tidak. Oleh karena itu jam lapar anak tidak akan selalu persis sama, bisa 3 jam kemudian, atau 2 jam kemudian, atau 3,5 jam kemudian.

Jam makan anak memang harus teratur, tapi bukan saklek. Begitu pula jika hari ini anak makan lahap kemudian besok mogok makan lagi, hari ini mingkem, besok mangap, semua itu wajar.

 

Baca juga: Seberapa Banyak Porsi MPASI untuk Bayi 6-23 Bulan?

 

7.Bertahap

Dokter Citra:

Selain jangan saklek, feeding rules juga harus dilakukan secara bertahap. Misalnya saat mengenalkan tekstur dan makanan baru pada anak. Lakukan secara bertahap hingga anak mulai familiar dengan tekstur dan rasanya.

 

Penulis Ratih Sukma Pertiwi
Editor Ratih Sukma Pertiwi