When I come home, my daughter will run to the door and give me a big hug, and everything that’s happened that day just melts away.
Hugh Jackman

Tri Rismaharini, Sosok Tegas yang Selalu Peduli pada Anak Jalanan

author
Editor Kanya
Senin, 15 Februari 2021 | 15:42 WIB
| IG @tri.rismaharini

 

“Ibu Anak Jalanan,” salah satu label yang lekat pada Risma. Kepekaannya terhadap masalah-masalah sosial diperoleh dari tempaan pengalamannya sejak kecil. Setelah menjadi Wali Kota Surabaya selama 2 periode, Risma kini resmi menjadi menteri sosial. Simak kisah hidupnya yang sangat inspiratif berikut ini.

Tri Rismaharini menjadi perempuan pertama yang terpilih sebagai Wali Kota Surabaya sepanjang sejarah. Ia menjadi Wali Kota Surabaya selama 2 periode, yaitu tahun 2010-2015 dan 2015-2020. Selama menjabat sebagai wali kota, Risma, begitu ia biasa disapa dikenal dengan sosok yang tegas, mau turun langsung ke lapangan, dan selalu terenyuh jika berhadapan dengan anak-anak jalanan serta tuna wisma.

Ia bahkan tak segan-segan memberikan beasiswa dari dana pribadi kepada anak jalanan agar bisa melanjutkan sekolahnya. Risma juga beberapa kali menawari anak jalanan yang ia temui untuk ikut hidup dengannya agar mendapat kehidupan yang terjamin.

Kepedulian Risma yang sangat besar kepada anak-anak ternyata berhubungan dengan trauma masa kecilnya.

Baca juga: Mengenal Sosok Luar Biasa 'Madam Vice President' Kamala Harris

| IG @tri.rismaharini

 

Pintu Dilapis Seng dan Kayu

Perempuan kelahiran Kediri, 20 November 1961 ini mengaku masa kecilnya sempat dihantui ketakutan pada orang asing dan keramaian. Semua bermula ketika pecahnya peristiwa kerusuhan G30S/PKI pada tahun 1965. Ayah Risma, Mochammad Chuzaini adalah tokoh masyarakat yang memiliki santri dan termasuk tokoh yang diincar oleh gerakan tersebut.

Hampir setiap malam, rumah Risma didatangi orang asing yang mencari keberadaan ayahnya. “Sampai ayah saya pernah dikejar-kejar dibawa ke sungai,” cerita Risma.

Untuk memberi tanda jika ada orang asing yang ingin masuk ke rumahnya mencari sang ayah, pintu dan jendela rumah Risma sampai dilapisi dengan teralis, kayu, dan bagian paling luar dilapisi seng. “Jadi kalau ada orang asing datang mencari ayah saya, suara riuh seng sudah berbunyi sebagai tanda. Terkadang malam-malam itu terdengar bunyi seng-seng yang digedor, ada yang memukul-mukul. Makanya bikin saya trauma,” sambung Risma.

Saat itu Risma masih berusia 3-4 tahun dan belum mengerti tentang situasi sebenarnya. Yang Risma ingat, ia selalu ketakutan ketika seng berbunyi. Risma kecil bahkan selalu bersembunyi di balik punggung sang ibu yang mengintip dari lubang.

“Sampai sekarang saya masih ingat betul itu, kalau ada tamu ke rumah, saya memeluk ibu dari belakang sambil takut-takut mengintip siapa yang datang. Sampai sekarang, rumah dinas saya juga selalu ditutup pintunya kalau tidak ada acara yang harus terbuka, saya takut,” ungkapnya.

Ia berharap tidak ada lagi anak-anak yang memiliki trauma karena jalan hidup mereka masih panjang. “Jangan sampai trauma tentang sesuatu, apa pun itu, yang mereka rasakan malah akan menyusahkan mereka ke depannya. Anak-anak harus tetap punya semangat.”

| IG @tri.rismaharini

 

Mengantar Beras

Terlahir dari seorang ayah yang bekerja sebagai ASN di kantor perpajakan, tidak lantas membuat Risma hidup bermewah-mewah. Ia dan keempat saudaranya tetap harus membantu sang ibu, Siti Mudjiatun, yang membuka toko sembako.

Tak jarang, sepulang sekolah Risma diminta untuk mengantar barang belanjaan pelanggan seperti beras, telur, atau gula menggunakan becak. Selain mengantarkan barang, Risma juga kebagian tugas mencatat pemasukan dan pengeluaran toko.

Orang tua Risma memang mengajarkan kelima anak mereka untuk bekerja keras. Untuk tugas-tugas membantu toko, Risma dan saudara-saudaranya mendapat upah dari sang ayah. Uang itu yang selalu ia kumpulkan untuk membeli barang yang diinginkan tanpa meminta lagi dari orang tuanya.

| IG @tri.rismaharini

Ajarkan Kejujuran Soal Uang

Karena terbiasa mencatat pemasukan dan pengeluaran toko sembako orang tuanya, Risma jadi disiplin soal pengaturan dan penggunaan uang. Hal itu terus ia bawa hingga menikah dengan Djoko Saptoadji dan memiliki dua orang anak, Fuad Bernardi dan Tantri Gunarni Saptoadji.

Untuk urusan uang, Risma mengajarkan kedua anaknya untuk selalu jujur dan bertanggung jawab. Ketika anak-anaknya masih kecil, Risma kerap meletakkan uang di atas lemari es untuk menguji mereka.

Jika anak-anaknya menggunakan uang tersebut, mereka harus jujur digunakan untuk apa. “Ketika anak-anak semakin besar, kalau pakai uang malah harus ada pertanggungjawabannya. Misalnya untuk beli ini, ya harus ada buktinya apa."

Pun dalam bekerja dan mengemban tugasnya, Risma selalu berhati-hati jika itu menyangkut soal amanah uang. “Jangan sampai saya enggak bisa masuk surga gara-gara ada uang yang tidak bisa saya pertanggungjawabkan,” pungkasnya.

| IG @tri.rismaharini

 

Ikut Masak dan Bungkus Nasi

Sepak terjang Risma yang tak segan turun langsung ke lapangan selama menjabat Wali Kota Surabaya dan jiwa sosialnya yang tinggi, mengantarkan ia ditunjuk oleh Presiden RI Joko Widodo menjadi Menteri Sosial. Risma resmi dilantik Jokowi menjadi Menteri Sosial, pada 23 Desember 2020.

Tugas berat sudah menanti Risma segera setelah menjabat menteri sosial, salah satunya adalah realisasi bantuan sosial penduduk terdampak pandemi Covid-19. Ia berjanji akan membenahi pendataan penerima bansos dan mekanisme pemberian bantuan secara online.

Ucapan Risma yang paling diingat dalam sambutan pertamanya di Kementerian Sosial RI adalah, “Jadi saya memang datangnya suka pagi, jadi enggak usah sungkan sama saya. Saya datang paling pagi, pulang paling malam. Jadi enggak usah sungkan kalau waktunya pulang, pulang enggak apa-apa,” ucap Risma.

Tugas Risma juga semakin berat karena tak lama setelah dilantik, Indonesia mengalami berbagai macam bencana alam seperti banjir dan tanah longsor di Kalimantan, Sulawesi, Sumatera dan Pulau Jawa.

Seperti ketika menjadi Wali Kota Surabaya, Risma pun langsung terlihat mendatangi daerah-daerah yang mengalami bencana alam tersebut. Ia bahkan tak sungkan ikut memasak dan membungkus nasi di tenda pengungsian sambil berbincang soal stok makanan pada pengungsi.

Kepedulian Risma mendapat banyak dukungan dan doa dari netizen agar selalu diberi kekuatan dan kesehatan selama mengurus masyarakat yang terdampak bencana. “Selamat bertugas Bu Risma, sehat selalu dan semoga amanah untuk mensejahterakan masyarakat,” ucap salah satu netizen.

 

Penulis Editor Kanya
Editor Ratih Sukma Pertiwi