When I come home, my daughter will run to the door and give me a big hug, and everything that’s happened that day just melts away.
Hugh Jackman

Mengenal Hipospadia yang Dialami Aprilia Manganang

author
Ratih Sukma Pertiwi
Selasa, 16 Maret 2021 | 11:21 WIB
| IG @aprilia.manganang

 

Nama Aprilia Manganang kembali menghiasi berbagai media. Sebelumnya, Aprilia sempat membuat heboh saat SEA Games Singapura 2015. Ia yang tergabung dalam tim voli putri Indonesia dituding sebagai laki-laki karena postur tubuhnya terlihat seperti laki-laki.

Manganang yang juga prajurit TNI Angkatan Darat kini dinyatakan resmi berjenis laki-laki. Hal itu diungkapkan Kepala Angkatan Darat (KASAD) Jendral TNI Andika Perkasa belum lama ini.

Setelah melalui serangkaian tes dan pemeriksaan di RPAD Gatot Subroto, Manganang lebih memiliki organ-organ jenis kelamain laki-laki dan bahkan tidak ada organ internal jenis kelamin perempuan.

“Sersan Manganan bukan transgender, bukan juga interseks. Karena kelainan yang dialaminya adalah hipospadia,” kata Jendra Andika kepada media.

 

Baca juga: Ukuran Penis Tentukan Tingkat Kepuasan Seksual? Faktanya...

 

Lalu apa itu hipospadia?

Menurut Centers of Disease Control and Prevention, hopospadia adalah kelainan pada anak laki-laki dimana lubang uretra tidak terletak di ujung penis. Uretra adalah saluran tempat keluarnya urin dan sperma, yang pada kondisi normal tepat terletak di ujung penis.

Lubang uretra pada anak laki-laki yang mengalami hipospadia bisa terbentuk di mana saja, dari tepat di bawah ujung penis, di batang penis hingga di skrotum.

Berdasakan lokasi terbentuknya lubang uretra, hipospadia terdiri dari 3 jenis, yaitu:

Subkronal: pembukaan uretra terletak di suatu tempat di dekat kepala penis.

Midshaft: pembukaan uretra terletak di sepanjang batang penis

Penoscrotal: pembukaan uretra terletak di tempat pertemuan pangkal penis dan skrotum.

Pada beberapa kasus anak laki-laki dengan hipospadia, testis belum sepenuhnya turun ke dalam skrotum. Jika tidak ditangani dokter dengan melakukan pembedahan, penderita hipospadia bisa mengalami kesulitan seperti percikan urin yang tidak normal saat buang air kecil sehingga harus duduk atau jongkok saat buang air kecil atau ketika sampai dewasa, anak akan kesulitan untuk membuahi pasangannya.

 

Baca juga: Veteran Perang Ini Sukses Jalani Cangkok Penis

 

Tanda dan Gejala

Hipospadia biasanya baru bisa terlihat saat bayi lahir. Selain uretra yang terletak di tempat yang salah, bukan di ujung penis, hipospadia juga biasanya ditandai dengan bentuk kulup yang abnormal, seperti hanya menutupi bagian atas penis dan membuat ujung penis terbuka.

Tanda hipospadia lainnya adalah bentuk penis yang melengkung ke bawah (disebut chordee) dan aliran urin yang sulit diarahkan.

 

Penyebab Hipospadia

Hipospadia baru bisa diketahui ketika bayi laki-laki sudah lahir. Namun uretra terbentuk secara tidak normal sudah terjadi di minggu 9 – 14 kehamilan. Penyebab pastinya belum diketahui.

Namun penelitian selama ini melaporkan temuan penting tentang beberapa faktor yang bisa mempengaruhi risiko memiliki bayi laki-laki dengan hipospadia, antara lain:

-           Genetik: bayi laki-laki yang memiliki ayah atau saudara laki-laki dengan hipospadia, juga berisiko lebih tinggi akan lahir dengan hipospadia.

-           Usia dan berat: ibu yang berusia 35 tahun atau lebih serta mengalami obesitas akan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi laki-laki dengan hipospadia.

-           Perawatan kesuburan: risiko memiliki bayi laki-laki dengan hipospadia akan lebih tinggi pada ibu yang pernah menggunakan terapi hormon atau obat untuk membantunya hamil.

-           Paparan zat tertentu: seperti rokok, pestisida, atau bahan kimia.

-           Bayi lahir prematur

 

Operasi Untuk Hipospadia

Perawatan atau tindakan hipospadia tergantung pada letak derajat uretra. Untuk kasus yang ringan, misalnya uretra tidak tepat berada di ujung penis namun letaknya tidak terlalu jauh, mungkin tidak memerlukan pembedahan.

Namun untuk kasus hipospadia dengan letak uretra yang jauh dari ujung penis, misalnya pada bagian bawah batang penis atau bagian skrotum, tentu harus diambil tindakan pembedahan.

Jika diperlukan pembedahan, biasanya dilakukan saat anak laki-laki berusia 3-18 bulan.

Saat pembedahan untuk memperbaiki letak uretra, dokter mungkin akan memerlukan kulup untuk memperbaiki kulit di sekitar pembukaan uretra baru sehingga bayi dengan hipospadia sebaiknya tidak disunat terlebih dahulu.

 

Penulis Ratih Sukma Pertiwi
Editor Ratih Sukma Pertiwi