Being a parent has made me more open, more connected to myself, more happy, and more creative. I’m more discerning in what I do and how I do it. It’s just made me a better person all the way around.
Alicia Keys

Overstimulasi pada Bayi, Sadari dan Hentikan Sebelum Berdampak Buruk

author
Ruth Sinambela
Sabtu, 3 April 2021 | 13:00 WIB
Kenali tanda-tanda overstimulasi agar bisa segera dihindari sebelum berdampak buruk. | Shutterstock

Bayi hadir ke dunia orang tuanya bersamaan dengan perasaan bahagia yang sangat besar. Orang tua, khususnya Ibu, jadi ingin selalu berada di dekat bayi, menggendongnya, memeluknya, mengajaknya berinteraksi dengan cara ngobrol, bersenda gurau dan berbagai aktivitas lainnya.

 

Bayi, khususnya yang baru lahir memang belum dapat melakukan banyak hal dan belum begitu mengerti interaksi yang dilakukan orang di sekelilingnya pada mereka. Namun bukan berarti kita yang sudah dewasa jadi pasif saat berada di sekitarnya. 

Artinya, bayi memerlukan stimulasi, karena merupakan hal penting untuk mendukung perkembangan otaknya. Hal-hal seperti mengajaknya bicara dengan nada gembira, membuatnya tertawa dengan hal-hal yang disukainya dan memperlihatkan buku bergambar dengan warna terang adalah beberapa hal yang bisa Bunda lakukan untuk menstimulasi bayi.

Tapi, sama seperti hal lainnya di hidup kita, sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Begitu juga dengan stimulasi.

Perlu disadari bahwa saat lahir ke dunia, bayi merupakan individu unik yang sudah memiliki keinginannya sendiri. Bedanya dengan kita yang sudah dewasa, bayi belum punya kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkannya dan mana yang tidak. Maka sebagai orang tua, menjadi lebih peka dan merespon kebutuhan bayi dengan tepat adalah sebuah keharusan.

Begitu juga dalam menyadari tanda bahwa bayi telah mengalami overstimulasi atau kelebihan stimulasi.

Apa Tanda Bayi Mengalami Overstimulasi?

Meski kadang tanda-tanda ini terlihat hanya seperti kelelahan biasa, penting bagi Bunda untuk mengetahuinya agar di kemudian hari dapat mengantisipasi kejadian bayi mengalami overstimulasi.

  • Bayi memalingkan wajah dan menolak kontak mata
  • Menguap dan ngulet bukan di jam tidurnya
  • Berperilaku seolah-olah lapar dan ingin menyusu (padahal baru saja melakukannya)
  • Langsung tertidur saat baru disusui sebentar dan belum kenyang
  • Terlihat gelisah, tidak seperti biasa
  • Menangis dan sulit ditenangkan
  • Nada tangisannya berubah jadi lebih tinggi dan kencang, tidak seperti biasa
  • Bayi jadi ingin digendong terus dan lebih rewel

 

Baca juga: Pentingnya Nutrisi dan Stimulasi Bagi Tumbuh Kembang Anak

 

Bagaimana Overstimulasi Dapat Terjadi?

 

| Shutterstock

Ada beberapa faktor umum yang dapat Bunda perhatikan untuk mengetahui bagaimana bayi mengalami stimulasi berlebih, di antaranya:

  • Saat bertemu dengan terlalu banyak orang

Misalnya saat ada acara kumpul keluarga. Umumnya orang dewasa akan merasa gemas dan ingin terus menerus berinteraksi dengan bayi. Tanpa Bunda sadari, sudah sangat banyak orang yang menstimulasi bayi sehingga membuatnya jadi kewalahan.

  • Saat bayi diajak ke tempat keramaian

Tidak hanya saat diajak berinteraksi secara langsung oleh orang dewasa di sekitarnya, bayi juga bisa mengalami overstimulasi hanya dengan melihat kerumunan orang asing lalu lalang di pusat perbelanjaan, atau bahkan dari penglihatannya akan begitu banyak barang di supermarket.

  • Saat diberi akses pada gadget secara berlebihan

Sudah bukan rahasia umum bahwa bayi yang lebih kecil sebaiknya tidak terpapar gadget. Namun, hal ini merupakan pilihan pribadi tiap orang tua. Hanya saja memang sebaiknya bayi tidak mendapat ‘screen time’ baik dari televisi maupun telepon genggam secara berlebihan.

Melihat begitu banyak gambar yang bergerak cepat dan berubah-ubah warnanya akan membuat otak bayi harus berpikir dengan lebih keras. Belum lagi sinar yang pancarkan layar, akan membuat matanya sangat kelelahan.

 

Apa yang Harus Bunda Lakukan?

 

| Shutterstock

Tentu saja menghentikan stimulasi dan membiarkan bayi beristirahat. Juga ada baiknya Bunda memperhitungkan risiko overstimulasi yang mungkin dialami bayi sebelum melakukan aktivitas yang memicu situasi ini. Caranya?

  • Tidak menstimulasi bayi menjelang jam tidurnya.
  • Membatasi jumlah orang dan jam kunjungan keluarga atau teman yang akan berinteraksi dengan bayi.
  • Mengatur waktu saat harus membawa bayi ke pusat perbelanjaan seperti mall
  • Mencari obyek alternatif selain layar televisi atau gadget sebagai hiburan untuk bayi.

 

Baca juga:  Hati-Hati, Gadget Bisa Mengganggu Perkembangan Bicara Anak

 

| Shutterstock

 

Namun dalam beberapa kesempatan mungkin Bunda tidak dapat menghindari terjadinya overstimulasi pada bayi. Jika hal ini telah terjadi, ada beberapa cara yang dapat Bunda lakukan untuk menenangkan bayi dari kondisi ini.

  • Saat sedang berada di rumah, Bunda dapat membawanya masuk kamar yang kosong dan tenang, kemudian merdupkan lampu sambal menenangkan bayi
  • Jika Bunda dan bayi berada di luar rumah, memasukkan bayi ke dalam kereta dorong dan memberinya selimut supaya nyaman adalah pilihan yang tepat. Bunda juga bisa menutup kereta dengan penutup yang tersedia sambil terus mengawasinya sebelum akhirnya membawanya pulang.

 

Yuk, perhatikan tanda-tanda overstimulasi dan segera hentikan sebelum berdampak buruk pada si Kecil, ya, Bunda

 

Penulis Ruth Sinambela
Editor Ratih Sukma Pertiwi