Bunda suka minum kopi? Minuman satu ini memang nikmat dan banyak peminatnya. Terbukti dari semakin banyaknya gerai kopi bermunculan, ragam kopi dengan berbagai macam kualitas ditawarkan. Minum kopi bukan sekadar kebiasaan namun sudah jadi budaya di dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk orang dewasa, kopi memang memiliki cukup banyak manfaat. Tapi, bagaimana untuk bayi dan anak-anak?
Saat Bunda membeli kopi di mal atau lokasi gerai kopi lainnya, si Kecil penasaran dan ingin mencicipi. Ternyata ia sangat menikmati rasa kopi yang Bunda pesan. Tentu saja rasanya enak, walau ada pahitnya tapi tetap terasa manis karena sudah dicampur susu, gula, sirop, krim, dan lain sebagainya.
Namun pernahkah Bunda merasa ragu untuk kembali memberi kopi pada si Kecil? Bolehkah balita, bahkan bayi berusia 2 tahun mengonsumsi minuman ini? Adakah efek buruknya? Simak artikel ini untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas.
Bolehkah Balita Minum Kopi?
Kafein yang terkandung dalam kopi membuat tubuh tidak mampu menyerap cukup vitamin dan mineral, juga menghambat penyerapan zat besi dan berisiko mengakibatkan beberapa hal negatif lainnya. Anak-anak khususnya balita yang masih dalam masa pertumbuhan sangat membutuhkan nutrisi esensial untuk perkembangannya seperti vitamin, mineral, protein dan serat. Sehingga sebaiknya tidak mengonsumsi kopi atau minuman berkafein lainnya.
Selain itu, kafein dalam kopi bisa memicu jantung bayi berdetak dengan tidak normal. Bagi orang dewasa, kopi bermanfaat menghilangkan rasa kantuk karena kafein berfungsi sebagai stimultan, untuk merangsang sistem saraf pusat yang bisa membuat peminumnya jadi lebih waspada atau melek dan energik. Ini sebabnya orang yang belum terbiasa minum kopi seperti anak-anak dan balita dapat mengalami kondisi jantung berdetak lebih cepat.
Jika pemberian kopi pada anak diteruskan untuk waktu lama, tidak menutup kemungkinan bahwa efeknya akan membuat jantung anak berdenyut lebih cepat dari biasanya secara terus menerus. Kondisi ini disebut takikardia, dimana denyut jantung anak mencapai lebih dari 160 detak per menit (bpm) saat sedang tidak beraktivitas, dimana normalnya hanya 140 bpm. Kondisi ini dapat diikuti dengan rasa pusing, lemah dan tidak nyaman di dada.
Baca juga: Waduh, Si Kecil Doyan Minum Kopi
Efek Jika Anak Terbiasa Minum Kopi
Selain memiliki efek buruk pada kondisi detak jantung jika dikonsumsi dalam jumlah banyak dan jangka waktu panjang, kafein pada kopi dan minuman lainnya seperti teh, soda, dan cokelat juga dapat memberi efek lain, beberapa di antaranya bahkan langsung terjadi sesaat setelah kopi dikonsumsi.
- Gangguan tidur
Kopi hitam dalam dosis sangat kecil sudah cukup membuat anak-anak terjaga sepanjang hari, karena kandungan kafein dapat tinggal di tubuh hingga 8 jam, mereka dapat mengalami kesulitan tidur di malam hari setelah minum kopi.
- Gangguan pencernaan
Kafein juga dapat meningkatkan asam lambung, sehingga anak kecil yang meminum kopi berisiko mengalami mulas dan sakit perut.
- Menyebabkan dehidrasi
Kafein pada kopi dan minuman lainnya bersifat diuretik, yang dapat menyebabkan tubuh mengeluarkan cairan melalui urine. Jika cairan tubuh terus menerus dikeluarkan, anak berisiko mengalami dehidrasi.
- Meningkatkan risiko gigi berlubang
Saat meminum kopi, biasanya gula dan pemanis lainnya sering ditambahkan, sehingga dapat meningkatkan risiko anak mengalami karies gigi atau gigi berlubang.
- Meningkatkan risiko obesitas
Selain menyebabkan risiko gigi berlubang, gula dan pemanis lainnya dalam kopi dapat menyebabkan obesitas karena mengandung kalori yang tinggi.
Baca juga: Kopi Itu Sehat, Tapi Waspadai 7 Efek Sampingnya
Kapan Anak Boleh Mengonsumsi Kopi?
Idealnya, anak-anak disarankan baru mengonsumsi kopi setelah fase pertumbuhannya melambat di akhir usia belasan, yaitu 18 tahun. Namun, meminum kopi sesekali sebagai variasi atau sekadar menghilangkan rasa penasaran anak boleh saja dilakukan dengan takaran yang tepat dan tidak dilakukan secara rutin.
Satu gelas kopi rata-rata mengandung 100 miligram kafein, untuk anak-anak di atas usia 4 tahun kopi atau minuman berkafein lainnya dapat diberikan maksimal 45 mg, dan maksimal 85 mg untuk anak usia 10-12 tahun. Takaran ini berlaku untuk satu hari.
Ada banyak jenis minuman lainnya yang lebih aman dan direkomendasikan untuk dikonsumsi anak-anak, di antaranya susu tinggi lemak, jus buah murni dan air kelapa.