Tahukah Bunda kalau rasa cemas tidak hanya dapat dialami oleh orang dewasa saja? Anak-anak bahkan bayi dan balita juga dapat mengalaminya. Dalam situasi yang tidak terlalu berbahaya, hal ini biasa disebut stress. Saat stres, umumnya seorang anak dapat mengetahui penyebabnya, biasanya karna ada kejadian yang mengganggu pikirannya. Namun sebaliknya dengan kondisi gangguan kecemasan, anak-anak cenderung tidak mengerti mengapa mereka merasa cemas dengan berlebihan. Selain itu, salah satu tanda gangguan kecemasan adalah jika telah terjadi untuk jangka waktu yang cukup lama.
Jika sudah begini, Bunda perlu menjadi lebih peka pada kondisi anak karena gangguan kecemasan yang tidak diatasi dengan tepat dapat memberi efek negatif dalam proses tumbuh kembang si Kecil.
Sayangnya, gangguan kecemasan pada anak-anak sering luput dari perhatian orang tua. Salah satu penyebabnya adalah karena anak-anak mungkin masih belum paham situasi apa yang sedang dialaminya, bahwa mereka sedang dikuasai rasa cemas, dan tidak tahu bagaimana cara menyampaikannya pada orang tua.
Tanda-tanda Gangguan Kecemasan pada Anak
Sebagai orang tua yang berinteraksi dengan anak setiap hari, penting bagi Bunda memahami bahwa anak-anak yang mengalami gangguan kecemasan sangat mungkin terlihat baik-baik saja secara fisik. Umumnya perubahan yang mungkin langsung dirasakan adalah dalam hal sifat dan kebiasaan. Seperti anak mudah marah, tersinggung, menangis lebih sering dari biasanya, dan jadi ingin selalu dekat pada orang tua. Namun sebaliknya, mereka juga jadi menghindari pengawasan orang tuanya sendiri dan lebih suka menyendiri.
Tanda-tanda di atas mungkin hanya terlihat seperti anak sedang mengalami hari yang buruk, padahal jika Bunda melakukan pengecekan lebih spesifik, saat mengalami gangguan kecemasan, tekanan darah anak akan meninggi, detak jantungnya jadi lebih cepat sehingga mudah panik dalam banyak hal yang sebenarnya tidak perlu. Selain tekanan darah yang naik, kecemasan juga dapat menyebabkan gangguan pernapasan. Anak-anak bisa saja sampai sesak napas saat kecemasan menyerangnya.
Tanda lainnya adalah anak akan jadi lebih sering mulas atau sakit perut, susah tidur, dan sakit kepala. Hal-hal ini membuat mereka akan melakukan hal-hal yang tanpa disadari menyakiti diri sendiri, seperti mengigit kuku, memukul-mukul sesuatu dengan anggota tubuhnya, dan lain sebagainya.
Apa Penyebabnya?
Dilansir dari KidsHealth.org, ada beberapa hal yang bisa jadi penyebab anak mengalami gangguan kecemasan. Mengetahui apa penyebabnya bisa jadi langkah awal Bunda untuk memahami kondisi anak dan mengerti bantuan seperti apa yang mereka butuhkan.
Genetik
Cari tahu kembali apa ada salah satu anggota keluarga yang memiliki gangguan kecemasan berlebih sebelumnya. Jika ya, bisa dikatakan bahwa anak mewarisi gen yang sama, sehingga membuatnya juga rentan terhadap rasa cemas.
Bahan Kimia di Otak
Gen membantu mengarahkan cara kerja bahan kimia otak yang disebut neurotransmitter. Jika persediaan bahan kimia otak terbatas, atau tidak berfungsu dengan baik, hal ini dapat menyebabkan kecemasan.
Masalah/Situasi Kehidupan
Kehilangan sesuatu atau seseorang yang sangat berharga dan disayangi, kabar buruk mengenai kondisi kesehatan seperti vonis penyakit kronis pada dirinya atau orang terdekat, kematian orang yang dicintai, juga pelecehan yang dialami anak, semuanya bisa jadi penyebab anak mengalami kondisi gangguan kecemasan. Di sini, Bunda dituntut untuk lebih peka terhadap isu apa yang sedang jadi perhatian anak dan berpotensi membuatnya mengalami kecemasan berlebih.
Pola Asuh/Prilaku Orang Tua
Anak-anak cenderung mengikuti atau meniru tingkah laku yang ia lihat setiap harinya dari anggota keluarga khususnya orang tua. Saat Bunda secara tidak sadar sering menunjukkan sikap cemas di depan anak, anak cenderung akan mencontoh dan terbawa dalam situasi yang sama, yaitu cemas berlebih.
Baca juga: Atasi Gangguan Kecemasan dan Stres, Ikuti 5 Tips Ini
Jenis-jenis Gangguan Kecemasan
Berikut ini adalah beberapa contoh jenis gangguan kecemasan menurut halaman Centers for Disease Control and Prevention (CDC).
- Separation anxiety/kecemasan berpisah
Umumnya terjadi pada bayi usia 6 bulan hingga 2 tahun saat sedang ‘sleep training’ atau dibiasakan tidur terpisah dari orang tua. Umumnya hal ini akan membaik sepanjang waktu jika anak telah mulai beradaptasi untuk tidur sendiri.
- Phobia
Ketakutan ekstrem terhadap sesuatu seperti binatang (anjing/serangga) yang sebenarnya tidak berbahaya, takut pergi ke dokter atau lebih spesifik takut kepada jarum suntik, dan lain sebagainya. Ketakutan ini juga bisa timbul terhadap benda-benda yang sama sekali tidak berbahaya dan sulit dimengerti kenapa bisa ditakuti, seperti karet gelang, bahkan jenis mainan tertentu.
- Social anxiety/kecemasan bersosialisasi
Anak-anak dengan gangguan kecemasan ini akan sangat takut pergi ke sekolah atau tempat lainnya yang banyak didatangi orang. Mereka tidak hanya cemas dan sangat ketakutan karena harus berinteraksi dengan manusia lainnya, namun juga sangat tidak nyaman berada di satu tempat di mana banyak orang berada.
- General anxiety
Cemas terhadap hal-hal buruk yang mungkin akan terjadi.
- Panic disorder
Mengalami episode berulang-ulang secara tiba-tiba dan tak terduga. Ketakutan hebat yang datang dengan gejala seperti jantung berdebar-debar, kesulitan bernapas, merasa pusing, gemetar, dan berkeringat.
Apa yang Harus Bunda Lakukan?
Satu hal yang pasti adalah menyadari bahwa anak sedang mengalami gangguan kecemasan dan menerimanya. Karena ada kemungkinan orang tua akan mengganggap bahwa apa yang dialami anak hanyalah hal biasa yang akan berlalu. Padahal, tanpa penanganan dan bantuan yang tepat, gangguan kecemasan dapat membuat tumbuh kembang seorang anak terganggu.
Komunikasikan juga kepada anak, bahwa mereka sedang dalam kondisi gangguan kecemasan. Karena mungkin saja anak tidak memahami apa yang sedang dialaminya. Setelah itu bicara hati ke hati dengan anak yang sudah dapat berkomunikasi dengan baik dapat membuatnya lebih nyaman dan mau terbuka dengan perasaannya, yang mungkin saja adalah penyebab dari gangguan kecemasan ini.
Jika setelah melakukan hal-hal di atas Bunda masih belum mendapat solusi yang dapat menolong anak, jangan ragu untuk meminta bantuan profesional dengan cara mengunjungi psikolog atau psikiater.
Namun, jika kondisi gangguan kecemasan pada anak ternyata belum memerlukan intervensi profesional, ada beberapa hal yang dapat Bunda lakukan agar di kemudian hari gangguan kecemasan tidak kembali menyerang anak.
- Memilih kata-kata yang tepat saat berkomunikasi dengan anak. Alih-alih berkata “Jangan khawatir ya, ga ada yang mau jahatin kamu kok” saat anak nyatanya sudah merasa khawatir dan takut akan kondisi tertentu, sebaiknya Bunda justru mendorong anak untuk menyampaikan kekhawatirannya dan mencari solusi bersama.
- Buat rutinitas sebelum tidur. Dari pada membiarkan anak nonton TV hingga malam, sebaiknya ajak anak membaca buku bersama di malam hari, bercerita tentang kejadian yang dialami seharian dan berdoa bersama.
- Ajari anak cara sederhana menenangkan diri. Hal-hal sederhana seperti menarik napas dalam-dalam, menghitung mundur dan berdiskusi memvisualisasikan apa yang anak inginkan terjadi.