We may not be able to prepare the future for our children, but we can at least prepare our children for the future.
Franklin D. Roosevelt

Mengenal Badai Sitokin, Kondisi Raditya Oloan Sebelum Meninggal Pasca Covid-19

author
Ruth Sinambela
Senin, 10 Mei 2021 | 13:00 WIB
| @joannaalexandra

 

Suami dari aktris Joanna Alexandra, Raditya Oloan yang berprofesi sebagai seorang pendeta, meninggal dunia pada Kamis (6/5) lalu di usia 36 tahun.

Sebelumnya, Raditya yang telah dikaruniai empat orang anak bersama istrinya ini, sempat dirawat intensif karena terinfeksi Covid-19 yang juga dialami oleh istri, beberapa anak dan asisten rumah tangganya. Berbeda dengan anggota keluarga Raditya lainnya yang mengalami gejala ringan saat terinfeksi Covid-19, Raditya sempat membutuhkan bantuan ventilator karena kondisinya cukup serius, mengingat dirinya juga memiliki penyakit bawaan (komorbid) asma – seperti yang sempat diceritakan sang istri di unggahan sosial media.

Sebelum akhirnya mengembuskan napas terakhir, sebenarnya kondisi Raditya sudah sempat membaik dan dinyatakan negatif Covid-19. Namun, belum sempat pulang ke rumah, kondisi Raditya kembali drop dan membuatnya harus dilarikan ke ICU untuk mendapat perawatan intensif.

Setelah 3 hari dalam kondisi kritis, Raditya akhirnya meninggal karena mengalami cytokine storm atau badai sitokin.

 

Baca juga: Positif Covid-19 Meski Telah Divaksinasi, Begini Penjelasannya

 

| @joannaalexandra

 

Apa itu Badai Sitokin?

Dilansir dari Hello Sehat, dampak Covid-19 memang umumnya lebih parah terjadi pada lansia, terutama bagi mereka yang telah menderita penyakit penyerta seperti diabetes, jantung dan penyakit paru. Namun, tidak sedikit pula laporan kematian akibat Covid-19 pada pasien usia 20 hingga 30an. Para ilmuan telah menduga penyebab kematian pasien Covid-19 tersebut berkaitan dengan badai sitokin.

Sitokin merupakan salah satu bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sitokin seharusnya berfungsi melindungi tubuh dari infeksi, namun pada kondisi yang salah, keberadaan sitokin justru dapat sangat berbahaya.

Sitokin merupakan protein pembawa pesan antara sel pada sistem kekebalan tubuh (imun). Saat virus SARS-CoV-2 ada di dalam tubuh, sel darah putih akan merespon dengan memproduksi sitokin.

 

Baca juga: Memakai Masker Berlapis Lebih Efektif Tangkal Virus Covid-19?

 

Sitokin kemudian bergerak menuju jaringan yang terinfeksi dan bekerja sama dengan sel darah putih untuk membasmi virus.

Saat seseorang terinfeksi Covid-19, sitokin akan bergerak menuju jaringan paru-paru untuk melindunginya dari serangan virus. Normalnya sitokin hanya akan bekerja dalam waktu singkat dan berhenti saat respon kekebalan tubuh telah mencapai area infeksi. Fungsi sitokin ini sendiri adalah membawa pesan bahwa tubuh membutuhkan sistem imun untuk melawan virus. Namun saat terjadi badai sitokin, sitokin terus menerus mengirim sinyal hingga sel imun terus berdatangan dan bekerjja tak terkendali.

Badai sitokin juga merangsang pertumbuhan sel imun hingga terus menyerang paru-paru, padahal virusnya sendiri sudah mati. Akibatnya, paru-paru mengalami peradangan parah karena sistem imun berusaha keras membunuh virus, bahkan ketika infeksi sudah tidak terjadi lagi.

Inilah yang kemudian menyebabkan jaringan paru-paru mengalami kerusakan dan membuat kondisi pasien yang sudah membaik menjadi kembali buruk secara tiba-tiba.

Selain itu, sitokin juga bisa memicu kematian sel dalam jaringan tubuh, sehingga jaringan dalam organ tubuh tersebut tidak berfungsi. Jaringan yang umumnya rusak atau tidak berfungsi pada kasus pasien Covid-19 adalah paru-paru. Menyebabkan kebocoran paru, pneumonia dan kekurangan oksigen dalam darah.

Turut berduka untuk Bunda Joanna Alexandra dan keluarga. Dan, untuk Bunda semua, yuk kita tetap jaga kesehatan dan taati prokes agar terhindar dari Covid-19.

Penulis Ruth Sinambela
Editor Ratih Sukma Pertiwi