Too much love never spoils children. Children become spoiled when we substitute presents for presence.
Anthony Withman

Kondisi Flat Foot atau Kaki Rata, Berbahaya atau Tidak?

author
Ruth Sinambela
Selasa, 13 Juli 2021 | 10:00 WIB
| Shutterstock

 

Flat foot atau flat feet adalah gangguan muskuloskeletal atau gangguan pada tulang, sendi, maupun otot, yang terjadi di telapak kaki. Seperti namanya, kondisi ini membuat telapak kaki menjadi rata atau datar. Flat foot terjadi karena lengkungan yang seharusnya terdapat di telapak kaki untuk menahan tubuh saat berdiri atau berjalan, tidak ada.

Jika terjadi pada bayi baru lahir hingga sekitar usia 3 tahun, kondisi flat foot normal dan tidak berbahaya, karena pada dasarnya, memang setiap bayi yang baru lahir kondisi telapak kakinya rata atau datar dan lengkungan di kaki baru akan muncul atau terbentuk di usia sekitar 3 tahun.

Nah, jika si kecil telah berusia lebih dari 3 tahun, bahkan jika anggota keluarga lainnya yang telah dewasa memiliki bentuk telapak kaki datar, berarti Bunda perlu melakukan pemeriksaan dokter lebih lanjut, untuk meminimalisir kondisi flat foot yang dapat membuat penderitanya mengalami gangguan pada sistem gerak.

 

Apa penyebabnya?

Pada anak-anak di atas 3 tahun dan orang dewasa, flat foot dapat menjadi tanda adanya kelainan pada tulang atau jaringan tendon kaki, jaringan yang menempelkan otot ke tulang. Pada anak-anak, kelainan sejak lahir merupakan penyebab tertinggi terjadinya kondisi flat foot. Meski demikian, kaki rata dapat disebabkan oleh faktor lain seperti kerusakan atau peradangan pada kaki, tendon longgar atau robek, patah tulang atau dislokasi (perubahan posisi sendiri), dan atau gangguan saraf.

Selain penyebab-penyebab di atas, kondisi obesitas, hamil, faktor bertambahnya usia, diabetes dan kebiasaan menggunakan sepatu yang terlalu sempit atau heels yang terlalu tinggi juga bisa jadi penyebab tambahan terjadinya kondisi flat food pada seseorang.

Baca juga: Kaki Bengkok Pada Bayi di Bawah 18 Bulan, Normal Kah?

 

| Shutterstock

Gejala yang dirasakan

Flat foot pada awalnya masih dapat bersifat elastis, artinya, ketika berjinjit, lengkungan kaki masih mungkin dapat terlihat, namun seluruh bagian kaki akan terlihat menyentuh lantai secara keseluruhan saat berdiri dalam posisi biasa. Seiring berjalannya waktu, kondisi ini dapat semakin buruk jika tidak ditangani dengan tepat dan menyebabkan telapak kaki menjadi kaku meski berjinjit.

Penderita flat foot juga akan merasakan nyeri, terutama pada area lengkungan atau tumit, pembengkakan di bagian bawah kaki, mudah pegal, gatal, yang seluruhnya akan menyebabkan terganggunya gerakan kaki termasuk kesulitan berdiri dengan menumpu pada jari kaki.

Baca juga: Bayi Baru Lahir Harus Dibedong Agar Kakinya Tidak Bengkok?

 

| Shutterstock

Pemeriksaan dan pengobatan yang dibutuhkan

Segera mengunjungi dokter adalah hal terbaik yang dapat dilakukan jika Bunda merasa si kecil atau anggota keluarga lainnya mengalami kondisi ini. Dokter akan melakukan pemeriksaan telapak kaki, pemeriksaan sepatu, dan tes jinjit, sebagai pemeriksaan awal. Setelah itu, mungkin dokter juga perlu menjalankan tes pemindaian jika kondisi flat foot telah menyebabkan rasa nyeri. Tes yang dimaksud adalah USG, MRI atau CT Scan.

Sedangkan pengobatan hanya diperlukan jika flat foot telah menimbulkan gangguan seperti rasa nyeri yang telah dijelaskan di atas. Jenis pengobatannya juga akan disesuaikan dengan kondisi masing-masing pasien. Seperti program fisioterapi, konsumsi obat-obatan, dana tau operasi jika diperlukan.

Di sisi lain, mereka yang mengalami kondisi flat foot, juga disarankan menggunakan sepatu atau alas kaki sesuai dengan kegiatan, mengurangi aktivitas berat pada kaki, dan melakukan kompres kaki menggunakan es bila terasa nyeri. Perenggangan juga penting dilakukan, sesudah melakukan olahraga. Untuk olahraga, sebaiknya hindari terlebih dahulu yang berat dan sangat mengandalkan kaki, seperti lari atau lompat.

Penulis Ruth Sinambela
Editor Ratih Sukma Pertiwi