We may not be able to prepare the future for our children, but we can at least prepare our children for the future.
Franklin D. Roosevelt

Dispraksia, Kondisi Anak Sulit Melakukan Hal-hal Mudah. Apa Cirinya?

author
Ruth Sinambela
Rabu, 29 September 2021 | 10:46 WIB
Dispraksia tidak menurunkan kecerdasan anak, namun menyulitkan perkembangannya | Shutterstock

Pernah gak sih Bun melihat anak atau orang dewasa yang tidak bisa melakukan hal-hal sederhana seperti mengikat tali sepatu, mengancing kemeja, atau menulis di kertas? Mereka yang mengalami kesulitan ini, terutama anak-anak, rentan terkena ‘judgement’ pemalas, sulit diatur, dan anggapan nakal lainnya. Padahal, kondisi ini adalah gangguan medis yang disebut dispraksia.

Melansir halodoc, dispraksia adalah gangguan neurologis yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk merencanakan dan memproses kegiatan motoric. Selain kesulitan melakukan hal-hal sederhana yang disebutkan di atas, orang atau anak dengan dispraksia juga biasanya memiliki masalah Bahasa atau berbicara. Mereka terkadang mengalami kesulitan dalam pemikiran dan persepsi, sehingga dapat menyebabkan masalah belajar pada anak-anak. Meski demikian, dispraksia sama sekali tidak memengaruhi kecerdasan seseorang lho, Bun.

Baca juga: Kenali Tanda-tanda Disleksia pada Anak

 

Kondisi anak-anak dengan dispraksia

Jadi, kondisi dispraksia memengaruhi aktivitas otot yang kompleks, Bun. Gejala yang kerap disadari adalah kesulitan menulis dengan tangan, menggerakan kaki saat bermain bola, dan mengikuti gerakan tari. Dispraksia merupakan gangguan perkembangan, dan memengaruhi cara bagian-bagian dari sistem saraf yang mengkoordinasikan kegiatan yang dilakukan anak.

Selain itu, dispraksia juga memengaruhi aktivitas lain yang melibatkan koordinasi aktivitas otot dan otak. Kecerdasan anak-anak dengan dispraksia memang tidak terpengaruh kondisi ini, artinya mereka tetap mampu dan punya bakat di berbagai bidang, namun, sayangnya menghadapi kesulitan dan rintangan untuk mengembangkannya. Mereka kesulitan berbicara dan melakukan hal-hal rumit, sehingga masa tumbuh kembangnya terlambat dibandingkan anak lain.

Perlu diketahui bahwa anak-anak dengan dispraksia bukanlah anak abnormal. Dengan treatment yang tepat, kondisi ini bisa dihadapi dan ditanggulangi sehingga tidak menurunkan kesempatan anak untuk meraih kesuksesan.

Baca juga: Inspirasi Dian Sastro Besarkan Putranya Yang Menderita Autisme

 

Daniel Radcliffe, aktor pemeran Harry Potter tumbuh sebagai orang dengan dispraksia dan tetap bisa mencapai kesuksesan | Shutterstock

Apa yang harus Bunda lakukan?

Jika si kecil menunjukkan tanda-tanda kesulitan berkegiatan dan berbicara seperti di bahas di atas, Bunda perlu memeriksakannya dengan mengunjungi dokter di rumah sakit. Dokter akan melakukan skrining untuk mengetahui seberapa jauh dispraksia telah memengaruhi tumbuh kembang anak. Selanjutnya, jika anak memang telah dinyatakan mengalami kondisi dispraksia oleh dokter, Bunda tidak perlu berkecil hati.

Sebaliknya, langkah tepat yang bisa Bunda lakukan adalah mengkomunikasikan kondisi anak kepada pihak sekolah tempat dimana anak banyak dituntut menunjukkan perkembangan kecerdasannya. Selain itu, dengan adanya diagnosis dokter, anak mungkin juga akan dapat akses ke kursus atau pelatihan khusus yang bermanfaat untuk mendukung kondisi si kecil.

Selain itu, Bunda juga bisa mengarahkan anak melakukan beberapa terapi sesuai anjuran dokter. Seperti terapi okupasi untuk membantu melakukan rutinitas dan aktivitas sehari-hari, juga terapi kognitif seperti terapi wicara.

Jangan lewatkan juga kesempatan untuk bergabung dengan komunitas yang suportif dan informatif, anggotanya sudah pasti adalah mereka (orang tua atau orang terdekat) yang memiliki anak dengan kondisi serupa.

Baca juga: Cengkeraman Tangan Gambarkan Masalah Kesehatan Anak

 

Semangat ya Bun! Daniel Radcliffe si pemeran Harry Potter juga tumbuh sebagai orang dengan dispraksia sejak masih kana-kanak, tapi, bisa kok meraih kesuksesan sebagai aktor kelas dunia.

Penulis Ruth Sinambela
Editor Ruth Sinambela