Too much love never spoils children. Children become spoiled when we substitute presents for presence.
Anthony Withman

Mengenal Metode Pembelajaran Montessori dan Empat Prinsip Utamanya

author
Ruth Sinambela
Rabu, 29 September 2021 | 15:23 WIB
Metode pembelajaran Montessori menekankan kemampuan anak beraktivitas sesuai usia dan perkembangannya | Shutterstock

 

Apa sih metode pembelajaran Montessori? Kalau Bunda sedang cari-cari info seputar sekolah untuk si kecil, pasti pernah deh dengar istilah yang satu ini!

 

Montessori adalah nama belakang seorang dokter asal Italia di tahun 1900an. Nama lengkapnya, Maria Montessori. Sesuai namanya, metode pembelajaran ini dikembangkan oleh sang dokter dengan tujuan membantu anak untuk mencapai potensinya dalam kehidupan. Metode Montessori menekankan kemandirian dan peran aktif anak dalam aktivitas pembelajaran langsung melalui praktik maupun permainan kolaboratif.

Metode Montessori diterapkan terutama pada anak-anak pra-sekolah dan sekolah dasar. Di usia ini, otak anak sedang berkembang dengan pesat, mereka menyerap banyak hal, melakukan eksperimen, belajar akan hal-hal baru, serta minat dan bakatnya juga mulai kelihatan. Sehingga, menerapkan metode pembelajaran dengan konsep “membebaskan” anak berekspresi sesuai keinginannya adalah pilihan yang tepat.

Namun, meski terkesan bebas, metode Montessori bukannya tidak memiliki “aturan”. Untuk memaksimalkan hasil dari metode Montessori, setidaknya ada empat pedoman yang perlu Bunda pahami, berikut ini.

Baca juga: Lulusan Pendidikan Tinggi dan Menjadi Ibu Rumah Tangga, Salahkah?

 

Peran guru adalah untuk membantu menyediakan alat belajar

Perbedaan yang cukup signifikan dari metode pembelajaran Montessori dengan Pendidikan formal konvensional adalah terletak pada peran guru yang mengajar. Jika biasanya guru jadi pemimpin di lingkungan belajar atau kelas, pada metode Montessori, anak akan jadi pemimpin untuk dirinya sendiri. Fungsi guru lebih untuk memandu, mengamati, memperkenalkan bahan-bahan pelajaran sesuai dengan minat dan jenjang usia anak.

 

Proses belajar eksperiensial adalah yang utama

Meski tidak memiliki kurikulum belajar yang kaku seperti di sekolah biasa, anak-anak yang mengikuti metode pembelajaran dengan metode Montessori akan tetap belajar dengan materi dan bahan yang sudah dirancang secara khusus. Misalnya saat belajar matematika, anak-anak didik metode Montessori tidak akan sekadar menghafal angka tapi langsung menghitung dan menambahkan dengan menggunakan objek yang memang dipakai dan dihitung dalam kehidupan sehari-hari.

Baca juga: Hari Pertama Anak Sekolah, Ternyata Orangtua Yang Paling Stres

 

Lingkungan belajar dengan metode Montessori didsain sesuai kemampuan dan kebutuhan anak | Shutterstock

Anak belajar di prepared environment (lingkungan belajar yang didesain khusus)

Salah kaprah yang kerap terjadi adalah para Bunda yang ingin menerapkan metode belajar sejak dini di dalam rumah, jadi berbondong-bondong membeli rak buku, tempat penyimpanan alat belajar, rak dan berbagai furniture estetik berdesain minimalis dan warna kalem, lengkap dengan mainan, pajangan, serta buku-buku penunjang.

Jika semua ini dipakai sesuai fungsinya untuk memaksimalkan metode pembelajaran Montessori, gak ada masalah, Bun. Sayangnya, banyak juga Bunda yang hanya suka mendekorasi ruang belajar, dan tidak memanfaatkannya untuk mendukung pembelajaran anak itu sendiri. Malahan, si anak dilarang “mengeksplorasi” lingkungan belajarnya, karena dianggap membuat berantakan atau merusak.

 

One on one lesson (anak belajar dengan pembimbing secara langsung)

Misalnya, dalam satu kelas Montessori terdapat 10-15 anak yang masing-masing memiliki minat serta kemampuan akademik berbeda, guru wajib membimbing dan memberi pembelajaran yang berbeda kepada tiap anak tersebut. Metode ini dilakukan untuk menunjang kebutuhan belajar anak yang berbeda-beda. Nah, jika Bunda ingin menerapkan metode Montessori di rumah, berarti harus fokus dan memerhatikan sejauh mana kemampuan dan apa minat anak.

Baca juga:  5 Tips Membantu Anak Agar Senang Sekolah

Penulis Ruth Sinambela
Editor Ruth Sinambela