You have a lifetime to work, but children are only young once.
Polish Proverb

Anak Mengompol, Mana Tanda yang Masih Wajar, dan Tidak?

author
Ruth Sinambela
Rabu, 13 Oktober 2021 | 19:00 WIB
Anak Mengompol | Shutterstock

Anak mengompol itu adalah sesuatu yang wajar kok, Bun. Karena kemampuan buang air kecil atau berkemih merupakan sebuah refleks atau respon tubuh tanpa sadar, sehingga butuh dilatih hingga akhirnya dapat dikendalikan sendiri oleh anak.

Anak-anak yang usianya di bawah lima tahun, masih sangat mungkin mengompol. Meski anak-anak di usia mulai dari dua tahun (bahkan kurang) sudah sangat mungkin mendapat toilet training atau latihan untuk buang air kecil dan besar di toilet dan berhenti menggunakan popok.

Baca juga : Pakai Tisu Toilet Bahaya? Cek Faktanya!

Sepuluh hingga dua puluh persen anak usia lima tahun masih mengompol. Angka ini bahkan dilengkapi dengan fakta mengejutkan, Bun, yang mengatakan satu persen dari golongan remaja usia delapan belas tahun bahkan juga masih mengompol. Jadi, nggak perlu merasa panik jika si kecil yang baru berusia tiga atau empat tahun belum mampu 100 persen menahan pipis hingga mengompol, ya.

Meski wajar, tetap tidak ada salahnya mengajarkan anak untuk berhenti mengompol sejak dini. Oleh sebab itu, yuk ketahui dulu apa saja sih hal-hal yang mungkin menjadi penyebab seorang anak masih mengompol, berikut ini.

Anak Mengompol | Shutterstock

Kondisi kesehatan fisik dan mental

Jika anak usia di atas tujuh tahun masih mengompol setidaknya satu kali dalam sebulan selama tiga bulan berturut-turut, atau jika si kecil tiba-tiba kembali mengompol setelah sebelumnya sudah berhenti dalam jangka waktu cukup lama, Bunda perlu waspada karena ada kemungkinan hal ini terjadi karena beberapa kondisi atau gangguan kesehatan, sehingga mengompol sudah dapat dikatakan tidak wajar.

  1. Infeksi saluran kemih, gangguan anatomi atau gangguan saraf pada saluran kemih, bahkan diabetes
  2. Gangguan tidur, seperti obstructive sleep apnea, yaitu tersumbatnya saluran napas saat tidur, atau PLMD (periodic limb movement disorder) yaitu gerakan menghentak kaki atau tangan yang tidak disadari saat tidur
  3. Konstipasi (sembelit) atau sulit buang air besar, yang mengakibatkan usus besar penuh dan mendesak kandung kemih

Baca juga : Kurangi 'Drama' Urusan Toilet Saat Traveling, 7 Benda Ini Wajib Dibawa

Selain kondisi fisik, ada juga beberapa kondisi mental dan faktor keturunan yang juga memengaruhi anak mengompol dengan tidak wajar.

Gangguan psikologis dan perilaku, seperti gangguan hiperaktif dan perhatian (ADHD), autism, dan gangguan kecemasan
Anak mengalami stress atau trauma, bisa dipicu oleh berbagai alasan, seperti bullying, KDRT, masalah perceraian orang tua, kehilangan teman terdekat, dll

Di luar kondisi kesehatan fisik dan mental, anak akan berhenti mengompol seiring dengan bertambahnya usia dan jika refleksnya terus menerus dilatih. Jika merasa anak mengompol dengan alasan yang tidak wajar, segera lakukan konsultasi dengan dokter ya, Bun!

Baca Juga : Kata Dokter: Anak Mencret Tanda Mau Pintar?

Penulis Ruth Sinambela
Editor Marti