To her, the name of father was another name for love.
Fanny Fern

Cancel Culture Dapat Menghentikan Karir Seorang Selebritis. Bisakah Kembali Diterima Masyarakat?

author
Ruth Sinambela
Senin, 1 November 2021 | 11:24 WIB
Aktor Kim Seon Ho Yang Sempat Terkena Skandal Dikabarkan Dapat Kembali Berkarir |

 

Istilah cancel culture kini tengah banyak dibicarakan menyusul skandal yang melibatkan aktor Kim Seon Ho pasca selesainya drama Hometown Cha Cha Cha beberapa minggu yang lalu. Kim Seon Ho tersangkut skandal pemaksaan aborsi seperti dituduhkan oleh mantan kekasihnya. Tak lama setelah itu ia banyak dikeluarkan dari kerja sama iklan dan reality show yang dibintanginya. Bahkan tiga proyek film yang telah ditandatangani pun mengumumkan akan mengganti aktor atau bintang utama mereka. Sadis kan, Bun? Kenyataannya, itulah imbas luar biasa yang dapat diterima oleh selebritis di Korea Selatan apabila terkena skandal dan ter-cancel dari mata masyarakat yang mungkin selama ini mendukung atau mengidolakan mereka.

Sebenarnya apa sih cancel culture itu?

Istilah canceled atau cancel culture sendiri memiliki makna menghentikan dukungan kepada orang, label, atau produk, yang disebabkan oleh komentar atau perbuatan yang tidak pantas dan tidak bisa diterima norma masyarakat, dengan cara memboikot. Inilah mengapa belakangan selebritis di Korea Selatan semakin berhati-hati dalam meninjau pekerjaan mereka. Bahkan mengikuti dan memberi komentar mengenai isu-isu sensitif, terutama di media sosial.

Baca Juga: Skandal Kim Seon Ho dan Pentingnya Pemahaman akan Gaslighting dalam Toxic Relationship

Istilah cancel culture lebih dulu populer di Amerika Serikat 

Apakah cancel culture, atau dapat juga diartikan sebagai boikot atau penolakan oleh masyarakat ini, hanya terjadi di Korea Selatan saja? Tidak, Bunda. Faktanya, cancel culture lebih dulu marak terjadi kepada public figure di Amerika Serikat. Misalnya saja pada sutradara Harvey Weinstein akibat kasus pelecehan seksual, penulis populer J. K. Rowling karena komentarnya dianggap transphobia, atau pada pembawa acara Ellen Degeneres karena tuduhan pembiaran lingkungan kerja yang tidak sehat.

Akibatnya semua selebritis atau public figure yang di-cancel itu pun mendapat banyak kerugian, termasuk reputasi rusak juga kontrak kerja melayang. Namun bedanya dengan di Korea Selatan yang akan membuat seorang selebritis benar-benar ‘habis’ karirnya, cancel culture di negara barat masih tetap membuat para selebritis ini setidaknya diterima kembali dan bangkit melanjutkan karir di kemudian hari. Baik setelah memberi penjelasan dan minta maaf, atau setelah jeda waktu beberapa saat.

Baca Juga: Bahaya Cyberbullying, Cermati Gejala-gejala Anak Jadi Korban 

 

Cancel Culture Dapat Mematikan Karir Selebritis. | Shutterstock

 

Cancel Cultur Mulai Dikenal di Indonesia

Bagaimana dengan Indonesia? Sekitar dua tahun ke belakang masyarakat Indonesia juga sudah mulai banyak yang mengerti istilah cancel culture walaupun tidak merata. Masih berkisar pada masyarakat yang memiliki akses internet juga literasi yang baik, atau kalangan tertentu saja. Dan imbasnya pun tidak selalu boikot. Salah satu contoh kasus yang terjadi di Indonesia adalah yang menimpa atlet esport Listy Chan sehingga membuatnya kehilangan kontrak pekerjaan.

Apakah cancel culture bisa dibatalkan?

Jawabannya adalah bukan tidak mungkin, namun membutuhkan usaha, kesabaran, dan perjuangan besar dalam mengembalikan kepercayaan masyarakat. Contohnya seperti pada perkembangan terbaru dari skandal aktor Kim Seon Ho. Tak sedikit penggemar yang mengharapkan Kim Seon Ho batal diboikot dari dunia entertainment dan dapat kembali berkarya di layar kaca atau lebar, setelah baru-baru ini beredar beberapa bukti juga komentar yang bertolak belakang dengan tuduhan yang ia terima sebelumnya.

Baca Juga: Drama Korea dengan Cerita Kesehatan Mental, Wajib Tonton!

Bagaimanapun, tentu yang diharapkan adalah cancel culture, atau budaya memboikot ini, bisa menjadi alat kebaikan yang bermanfaat untuk masyarakat, bukannya malah sebaliknya. Apalagi yang ditakutkan kalau sampai membawa korban jiwa, seperti pada praktek cyber bullying misalnya. Yang terbaik adalah ingatlah untuk selalu berhati-hati dalam menerima berita dan berkomentar ya, Bun!

Penulis Ruth Sinambela
Editor Ruth Sinambela