Being a parent has made me more open, more connected to myself, more happy, and more creative. I’m more discerning in what I do and how I do it. It’s just made me a better person all the way around.
Alicia Keys

Demam Squid Game Berdampak Buruk untuk Anak, Apa yang Harus Dilakukan Orang Tua?

author
Ruth Sinambela
Selasa, 2 November 2021 | 16:17 WIB
Serial Netflix "Squid Game" Meraih Sukses Besar di Seluruh Dunia | Shutterstock

Squid Game yang merupakan salah satu judul serial Netflix populer, belakangan tengah naik daun di kalangan anak-anak. Walau serial Squid Game memiliki Rating 19+ yang jelas artinya ditujukan untuk usia di atas 19 tahun, entah mengapa anak di bawah 10 tahun, bahkan usia dini pun banyak yang sudah awam bahkan telah menyaksikan serial Netflix tersebut.

Squid Game sendiri menceritakan tentang tokoh utama yang terlilit hutang dan mendapat tawaran dari orang tak dikenal untuk ikut serta dalam sebuah permainan demi mendapatkan uang dengan nyawa sebagai taruhannya. Setelah sempat ikut serta lalu mengundurkan diri, pada akhirnya tokoh utama kembali lagi ke permainan tersebut dan saat itulah cerita mulai mengalir dengan berlokasi di suatu pulau rahasia dan diikuti oleh ratusan peserta. Di sanalah mereka memainkan berbagai permainan anak-anak khas Korea Selatan dengan bermandikan darah.

Baca Juga: Puber Dini pada Anak Berbahaya? Ini Penjelasan dan Ciri-cirinya

Bagaimana anak usia pra-sekolah hingga SD bisa mengetahui serial Squid Game ?

Jawabannya adalah melalui potongan-potongan adegan Serial Squid Game yang beredar luas di aplikasi yang mudah diakses oleh anak-anak seperti Tiktok, juga Youtube. Walau hanya berupa potongan-potongan adegan tetap saja tidak baik untuk disaksikan oleh si kecil, Bun. Maka dari itu sangat diperlukan kepedulian orang tua dalam mengawasi tontonan yang anak-anak akses pada gadget mereka. Jangan sampai kecolongan, karena ditakutkan akan berakibat buruk untuk perkembangan mental mereka di kemudian hari.

Ilustrasi Permainan Asli "Squid Game" Yang Dimainkan Oleh Anak-Anak di Korea Selatan | Shutterstock

Fenomena Squid Game mulai mengkhawatirkan di berbagai negara

Sebut saja di negara Inggris, Perancis, Amerika Serikat, dan Hongkong. Pengaruh negatif Squid Game pada anak-anak mulai terlihat di sekolah. Seperti terjadi di Hongkong, Inggris, dan Amerika Serikat, siswa SD berkumpul dan membahas serial Squid Game dengan serius hingga mempraktikkan permainan beserta contoh kekerasannya.

Di Inggris anak-anak SD memainkan permainan Squid Game dan memukuli temannya yang kalah. Sehingga pihak sekolah harus meminta wali murid untuk tidak mengizinkan anak-anak menonton serial tersebut apalagi menirunya. Di Amerika Serikat, pihak sekolah bahkan melarang siswa mengenakan kostum bertema Squid Game pada acara Pesta Halloween demi menghindari kejadian yang tak diinginkan.

Baca Juga: Benarkah Orang Tua Tidak Boleh Bilang “Jangan” ke Anak? Apa Alasannya?

Lima Siswa SD di Perancis luka-luka karena permainan Squid Game

Yang paling parah terjadi di sebuah Sekolah Dasar di kota Paris, Perancis. Kejadian tak terduga akhirnya membuat 5 siswa mengalami luka-luka dan harus dibawa ke Rumah Sakit. Hal itu terjadi ketika anak kelas 3 dan 6 di Sekolah George-Sand College, Cregy-les-Meaux baru saja menyelesaikan pelajaran dan hendak beristirahat. Saat berpapasan di koridor mereka disebut-sebut mulai memainkan permainan Squid Game hingga akhirnya kondisi tak terkendali, dan beberapa anak terinjak-injak oleh sesama temannya.

Fenomena negatif Squid Game di kalangan anak-anak Indonesia

Sedangkan di Indonesia walau belum terlalu terdengar, sudah banyak orang tua yang mengeluhkan perilaku kasar pada anak mereka yang menirukan permainan seperti di dalam serial Squid Game bersama teman-temannya. Misalnya memukul teman yang kalah dalam permainan, mengucapkan kata-kata kasar seperti “Mati, lo!” atau “Tembak! Serang!” yang sesungguhnya sangat tidak cocok dengan usia mereka. Sehingga penting sekali orang tua dapat dengan bijak dan tegas memberi pengertian pada anak, juga mengawasi apapun yang mereka tonton.

Kepopuleran Squid Game Tak Lepas Dari Sisi Negatif Yang Mengikutinya | Shutterstock

Bukan tontonan anak

Walaupun pada serial Squid Game, permainan yang dimainkan adalah permainan tradisional yang kerap dimainkan oleh anak-anak di Korea Selatan, dan tentunya tidak ada yang salah dengan permainan-permainan tersebut. Yang harus diperhatikan adalah jangan sampai anak-anak yang masih polos dan belum cukup mengerti ini, menelan mentah-mentah apa yang mereka lihat.

Ditambah lagi cerita Squid Game memang disuguhkan dengan jalan cerita yang tegang, seru, dan sadis. Belum lagi adegan seks yang sangat tidak cocok dikonsumsi anak-anak. Ingat ya, Bun, anak-anak sangat imajinatif dan merupakan peniru ulung. Kekerasan yang ditunjukkan di dalam serial tersebut dapat dengan mudah membekas di alam bawah sadar mereka. Bahkan memicu hasrat atau rasa penasaran untuk melakukannya juga.

Baca Juga: Bagaimana Cara Memilih Tontonan yang Tepat untuk Anak?

Jika Si kecil merengek minta diizinkan menonton Squid Game

  • Bunda tentu harus menolak permintaan tersebut dengan tegas. Tidak marah namun tegas ya, Bun. 
  • Setelah itu jelaskan alasannya mengapa mereka tak boleh menonton serial tersebut. Bahwa mereka belum cukup umur untuk mengerti jalan ceritanya. 
  • Yakinkan mereka bahwa permainan yang dimainkan di dalam cerita tidaklah seperti permainan yang mungkin mereka bayangkan yakni ceria dan menyenangkan. Melainkan penuh kekerasan, yang artinya anak-anak tak diperbolehkan untuk menontonnya. 
  • Sebagai ganti Bunda bisa menawarkan tontonan favorit mereka yang tentu sesuai dengan usianya. Bila diberi penjelasan dengan baik, si kecil pasti akan mengerti dan berhenti meminta nonton Squid Game pada Bunda.

Melarang anak-anak untuk tujuan yang baik tentu diperbolehkan, Bunda. Asal dilakukan dengan tegas bukannya marah. Lakukanlah dengan selalu memberi alasan yang masuk akal dan dapat diterima sesuai usia mereka. Juga jangan pernah lupa untuk mengecek dan mengawasi apa yang anak-anak tonton di rumah, agar aman dari asupan kekerasan maupun kerugian lain di masa kecil mereka.

 

Penulis Ruth Sinambela
Editor Ruth Sinambela