Being a parent has made me more open, more connected to myself, more happy, and more creative. I’m more discerning in what I do and how I do it. It’s just made me a better person all the way around.
Alicia Keys

Punya Suami Perfeksionis Bikin Pusing? Begini Bun, Cara Menghadapinya!

author
Ruth Sinambela
Rabu, 3 November 2021 | 11:01 WIB
Perfeksionis Adaptif Akan Sangat Membantu Dalam Pekerjaan Rumah | Shutterstock

Tahukah Bunda kalau sifat atau karakter perfeksionis dapat dibedakan menjadi perfeksionis adaptif, dan perfeksionis maladaptif. Keduanya selalu menginginkan hasil sempurna dan menetapkan standar tinggi dalam hal apapun. Perbedaannya adalah perfeksionis adaptif atau positif dapat menekan emosi atau kegelisahannya akan sesuatu dengan baik, orang dengan perfeksionis adaptif juga dapat mengkomunikasikan keinginan atau standarnya dengan lancar pada orang-orang disekitar atau terdekatnya. Sedangkan perfeksionis maladaptif atau negatif, justru kebalikannya. Ditambah lagi perfeksionis maladaptif memiliki kepercayaan diri yang rendah, lebih banyak kecemasan, dan tingkat depresi yang lebih tinggi. Sehingga biasanya akan berimbas pada orang-orang terdekat khususnya keluarga serumah. Bahayanya adalah apabila sudah parah, maka keluarga serumah pun sangat mungkin tertular atau menjadi depresi.

Baca Juga: Sifat Perfeksionis Ada yang Positif dan Negatif, Ini Bedanya

Bagaimana bila suami memiliki kecenderungan perfeksionis?

Jangan tergesa-gesa menilai ya, Bunda. Apabila Bunda mendapati si Ayah dapat diajak bicara dari hati ke hati, mengerti dan mau menerima keluhan dengan baik, maka kemungkinan besar masuk ke kategori perfeksionis adaptif. Sifat tersebut tidak akan merugikan malah justru bisa berdampak baik. Namun apabila Bunda menemukan bahwa suami memiliki sifat yang termasuk ke kelompok perfeksionis maladaptif, cobalah beberapa tips yang dapat membantu Bunda dalam bersikap dan menghadapi situasi berikut ini.

Komunikasi Yang Baik Akan Sangat Dibutuhkan Dalam Rumah Tangga. | Shutterstock

Komunikasi

Cobalah mengkomunikasikan keluhan Bunda di waktu yang tepat, dan dalam kondisi mood yang baik. Pastikan bahwa apa yang Bunda sampaikan sudah didengar dan diterima dengan baik, setelah itu barulah minta pendapatnya. Akan sangat baik apabila Bunda dapat menawar standar si Ayah. Itu artinya sangat mungkin pasangan kita memiliki kecenderungan perfeksionis adaptif. Pada orang dengan perfeksionis adaptif, Bunda bahkan dapat bekerjasama soal mengurus rumah dan berbagi pekerjaan rumah, tentu akan sangat membantu ya, Bun.

Baca Juga: Fase-fase dalam Pernikahan dan Bagaimana Menyikapinya

Berpura-pura tidak tahu

Akan ada saatnya Bunda merasa lelah dalam menghadapi sifat perfeksionis nya. Saat itu terjadi cobalah untuk bersikap “sedikit tuli” atau berpura-pura tidak mendengar segala keluhannya. Bunda tidak perlu harus selalu memikirkan atau menyimpan semua perkataan yang dikeluarkan oleh si perfeksionis. Karena justru akan merugikan diri sendiri. Orang dengan perfeksionis memang akan selalu menginginkan kesempurnaan dalam hal apapun itulah sebabnya mereka akan lebih banyak bicara atau mengeluh.

Berempati

Apabila Bunda dan Ayah dapat saling terbuka dalam berkomunikasi hingga menyelesaikan masalah-masalah yang timbul akibat sifat perfeksionis. Biasanya akan timbul empati. Belajarlah untuk memelihara rasa empati tersebut, cobalah lebih mengenal dan merasakan perasaan si perfeksionis. Kemungkinan besar akan berhasil meredakan amarah dan rasa kesal. Bunda juga akan mungkin dapat beradaptasi dengan baik dan tidak mudah tersinggung.

Berkata Jujur

Namun jangan diam saja apabila ada kata-kata yang menyakitkan atau melukai perasaan ya, Bun. Segala emosi negatif harus segera dibuang karena kalau tidak, bisa menjadi bom waktu yang meledak di kemudian hari. Bicarakan apabila Bunda merasa sedih atau marah. Ketahuilah kalau semua perempuan berhak diperlakukan dengan kasih dan dihormati oleh pasangannya. Hal ini juga harus dilakukan agar hubungan dapat segera diperbaiki. Karena kalau dibiarkan saja, hubungan Bunda dan Ayah lama-kelamaan akan merenggang bahkan rusak.

Baca Juga: 3 Alasan Kenapa Memberi Hadiah itu Perlu Dilakukan dalam Pernikahan

Menetapkan Batasan Sangat Diperlukan Agar Bunda Tidak Merugikan Diri Sendiri. | Shutterstock

Tetapkan Batasan

Harus diketahui bahwa sifat perfeksionis yang dapat Bunda tolerir pun ada batasnya. Apabila sudah melewati batas-batas yang Bunda sampaikan dan semakin banyak hal yang tak dapat diselesaikan, maka itulah saatnya bantuan dari keluarga terdekat atau psikolog pernikahan diperlukan. Jangan ragu untuk bercerita atau meminta bantuan dari profesional ya, Bun. Semakin cepat dicari jalan keluarnya akan semakin cepat pula keharmonisan hadir di dalam keluarga.

Ingatlah bahwa tak ada satupun manusia yang sempurna. Semua orang pasti memiliki sifat positif juga negatif dalam dirinya. Menerima pasangan apa adanya memang gampang-gampang susah, Bun. Bagaimanapun cinta dan saling menghormati satu sama lain pasti akan mempermudah pasangan suami-istri berjalan berdampingan. Dan komunikasi yang baik akan selalu menjadi kunci dalam menjaga keharmonisan di tengah keluarga tercinta.

Penulis Ruth Sinambela
Editor Ruth Sinambela