Bunda, memiliki putra dan putri tentu dibarengi dengan tanggung jawab untuk mempersiapkannya menghadapi dunia kelak ketika dewasa, bukan? Sebagai orang tua yang baik, tentu Bunda dan Ayah berharap si kecil nantinya tumbuh sebagai sosok yang mampu meraih cita-citanya, sukses menjalani hidupnya secara penuh dan memberi manfaat untuk banyak orang.
Sayangnya sering terjadi, khususnya pada anak perempuan, pemikiran-pemikiran kuno di masyarakat malah menyulitkan dan menghambat anak perempuan dalam mengambil peran lebih maupun dalam hal menunjukkan diri. Hal ini tentu sangat tak sejalan dengan prinsip tumbuh kembang anak, dimana seharusnya semua anak, laki-laki maupun perempuan, memiliki kesempatan dan fasilitas yang sama untuk mengembangkan diri mereka.
Baca Juga: Puber Dini pada Anak Berbahaya? Ini Penjelasan dan Ciri-cirinya
Kesetaraan pada anak perempuan dan anak laki-laki dimulai dari keluarga
Sering terjadi di dalam keluarga, anak perempuan tak diberikan kesempatan atau ruang berekspresi yang sama dalam mengembangkan bakat maupun kegemaran mereka. Untungnya seiring perkembangan jaman, beberapa pemikiran salah tersebut pun mulai dihilangkan. Semakin banyaknya seruan ataupun kampanye tentang kesetaraan gender boleh jadi membuka ruang yang semakin luas bagi anak-anak perempuan kelak dalam menunjukkan kemampuan dan mempertahankan martabat mereka. Perempuan bukan lagi menjadi halangan untuk mendapatkan pendidikan, pekerjaan, kesempatan, maupun perlakuan yang kurang dari pada laki-laki. Mengajarkan anak-anak kita untuk menjaga nilainya sebagai manusia yang sama derajatnya dengan yang lainnya, dapat kita pupuk sejak dini, Bun. Beberapa cara sederhana berikut ini dapat Bunda ajarkan kepada si kecil di rumah.
Memuji anak perempuan atas prestasinya bukan kecantikan atau penampilannya
Bunda, semua anak perempuan sama cantiknya. Tentu tak salah bila memuji si kecil dengan “Anak Manis” atau “Anak Cantik”. Namun alangkah baiknya jika Bunda dan Ayah lebih sering memujinya karena sifat baik dan prestasinya. “Anak Bunda yang pintar”, “Anak Bunda yang sopan” atau “Anak Bunda yang rajin”. Selain itu mengucapkan perkataan yang terkesan body shaming, seperti gendut, hidung pesek, kurus, dan sebagainya, walaupun hanya untuk bercanda, sebaiknya tak lagi dilakukan. Agar kelak anak perempuan tak lagi hanya mengharapkan pujian karena penampilannya, melainkan di dalam hatinya akan tumbuh keinginan untuk berprestasi dan berusaha meraih impiannya.
Baca Juga: 5 Tips Mudah Mengembangkan Bakat Anak yang Bisa Bunda Lakukan Sekarang
Anak perempuan tidak harus menahan diri untuk melakukan apa yang disukainya
Pernahkan Bunda mendengar komentar seperti, “Kok nggak bisa diam sih, kamu kan anak perempuan”, atau “Kalau seperti itu nanti nggak ada yang suka sama kamu, lho!”
Dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak masyarakat bahkan orang tua yang keceplosan mengucapkan kata-kata ini. Mungkin maksudnya baik, namun kata-kata seperti ini justru akan menghambat tumbuh kembangnya. Selain itu, ucapan seperti ini akan mengajarkan kepada anak perempuan bahwa sebagai perempuan dia harus lebih menahan diri, sedangkan laki-laki tidak. Akibatnya kelak, di dalam lingkungan kerja maupun bermasyarakat, anak akan memiliki kecenderungan untuk meragu setiap kali dihadapkan pada kesempatan-kesempatan.
Anak perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi pemimpin
Sering kali ketika anak perempuan banyak berbicara, mengatur, atau membahas sesuatu, maka orang disekitarnya mengatakan kalau si kecil “bossy” atau “tukang ngatur”. Sedangkan sebaliknya ketika anak laki-laki yang mengatur, maka orang-orang disekitarnya memuji dan mengatakan si kecil berbakat untuk jadi “pemimpin”. Kebiasaan seperti ini sudah seharusnya dihilangkan ya, Bun. anak perempuan maupun anak laki-laki harus diperlakukan sama. Sama-sama boleh menyampaikan pendapatnya, dan didengarkan pendapatnya.
Baca Juga: Jangan Hanya IQ, EQ Anak pun Perlu Diperhatikan
Apa yang Bunda dan Ayah ajarkan sejak dini kepada si kecil, akan sangat berdampak pada pengalaman kehidupannya kelak, termasuk pada anak perempuan. Mengajarkan si kecil mengenai kesetaraan haruslah dimulai dari sekarang. Agar kelak mereka tumbuh sebagai masyarakat masa depan yang setara, dan bertoleransi.