I finally realized that being grateful to my body was key to giving more love to myself.
Oprah Winfrey

Sindrom Heller pada Anak, Samakah Dengan Autisme?

author
Ruth Sinambela
Senin, 6 Desember 2021 | 11:22 WIB
Mirip Autisme, Sindrom Heller Merupakan Gangguan Disintegratif Anak | Shutterstock

Ketika tumbuh kembang anak berjalan normal dan baik, tentu Bunda dan Ayah akan merasa sangat bangga juga bahagia. Saat si kecil sudah mulai berjalan, bicara, bahkan bercanda, rasanya tak mungkin terjadi hal-hal yang tak pernah Bunda bayangkan sebelumnya, seperti kehilangan kemampuan bahasa dan motoriknya. Namun, tahukah Bunda kalau kasus seperti ini ternyata nyata adanya?

Dikenal sebagai Sindrom Heller, kondisi ini sering kali membuat orang tua bertanya-tanya mengapa dan bagaimana bisa terjadi? Luar biasa kaget juga dirasakan oleh orang tua dengan anak yang mengalami Sindrom Heller. Bagaimana tidak, ketika si kecil tengah belajar macam-macam, namun tiba-tiba saja Sindrom Heller, menghentikan bahkan menghilangkan pencapaian yang sudah mereka raih.

Baca Juga: Autisme Tidak menular, Kenali 7 Ciri-Cirinya

Sindrom Heller atau gangguan disintegratif anak

Termasuk dalam kategori gangguan spektrum autisme yang jarang terjadi, Sindrom Heller atau juga disebut gangguan disintegratif anak, adalah kondisi ketika anak tumbuh normal sampai usia 3 atau 4 tahun, kemudian kehilangan kemampuan pada sejumlah aspek, dalam beberapa bulan berikutnya. Sejumlah kemampuan yang hilang tersebut meliputi aspek bahasa, sosial, motorik, dan mental.

Penyebab terjadinya Sindrom Heller

Belum diketahui pasti penyebab terjadinya Sindrom Heller. Namun para ahli meyakini kalau kondisi ini ada hubungannya dengan syaraf otak. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menyebutkan adanya aktivitas listrik otak yang tak normal, pada 50% anak dengan Sindrom Heller. Kejang yang kerap kali terjadi pada anak dengan Sindrom Heller, juga dipercaya ada hubungannya dengan gangguan pada sistem otak tersebut.

Dukungan Dari Orang Tua dan Sekitar Sangat Berpengaruh pada Perkembangan Anak Dengan Sindrom Heller Maupun Autisme | Shutterstock

Gejala Sindrom Heller

Anak dengan Sindrom Heller pada awalnya mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal, hingga usianya 3 sampai 4 tahun. Namun kemudian terjadi penurunan atau kehilangan kemampuan pada beberapa bulan setelahnya, secara berkala maupun sekaligus. Kemampuan yang hilang, antara lain:

  • Kemampuan dalam memahami bahasa
  • Kemampuan dalam berinteraksi dan menyesuaikan diri
  • Kemampuan dalam mengendalikan BAK atau BAB
  • Kemampuan bermain dengan teman sebaya
  • Kemampuan berbicara
  • Kemampuan motorik

Baca Juga: Inspirasi Dian Sastro Besarkan Putranya Yang Menderita Autisme

Setidaknya harus ada 2 kondisi yang ditemukan untuk bisa mendiagnosis seorang anak memiliki Sindrom Heller, adapun kondisi tersebut adalah:

  • Kesulitan dalam berhubungan dengan sebayanya
  • Kesulitan memulai atau menyesuaikan diri dalam percakapan
  • Perilaku berulang, seperti menganggukkan kepala

Pengobatan untuk anak dengan Sindrom Heller

Bunda yang mungkin sudah mendiagnosis si kecil mengalami Sindrom Heller, tak perlu cemas. Karena dengan ketekunan dan usaha yang terus-menerus, juga berbagai obat dan terapi yang dilakukan, diharapkan akan dapat membuat si kecil tumbuh dan hidup dengan baik di tengah masyarakat, seperti juga pada anak dengan Autisme.

Baca Juga: Ini Tanda Awal Autisme Pada Bayi

Beberapa terapi maupun pengobatan yang dapat dilakukan juga tak jauh berbeda dengan yang diberikan pada anak dengan Autisme, misalnya:

  • Terapi perilaku, seperti analisis perilaku terapan, untuk mengajarkan kembali anak cara berkomunikasi, bersosialisasi, dan berperilaku.
  • Sensory enrichment therapy. Terapi ini bertujuan merangsang indera peraba menggunakan berbagai benda dengan tekstur yang beragam. Sejumlah benda yang dapat digunakan, antara lain adalah bunga imitasi, isolasi, dan kertas alumunium.
  • Obat juga dibutuhkan apabila si kecil mengalami kejang. Obat anti kejang yang biasanya diresepkan oleh dokter adalah obat antipsikotik seperti risperidon, dan obat antidepresan golongan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs).

Potensi penuh tetap dapat diraih oleh si kecil yang memiliki Sindrom Heller, asalkan seluruh keluarga dan lingkungan mampu mendukung juga memberikan terapi-terapi yang dibutuhkan ya, Bun. Terus semangat dalam menjalani setiap hari, selalu berpikir positif, dan tak pernah lelah berjuang, tidak akan mengkhianati hasil yang kelak si kecil juga Bunda dapat raih di masa depan.

Penulis Ruth Sinambela
Editor Ruth Sinambela