Tahukah Bunda, kalau kanker serviks atau kanker leher rahim merupakan salah satu jenis kanker yang paling sering terjadi pada perempuan? Kanker serviks dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu Karsinoma Sel Skuamosa (KSS), yang merupakan jenis kanker serviks yang paling sering terjadi, dan Adenokarsinoma.
Pada tahun 2020, ada lebih dari 600.000 kasus kanker serviks dengan 342.000 kematian di seluruh dunia. Kanker serviks juga menempati peringkat kedua setelah kanker payudara, sebagai jenis kanker yang paling banyak terjadi dari seluruh kasus kanker pada tahun 2020. Global Burden of Cancer Study (Globocan) dari World Health Organization (WHO) mencatat, kanker serviks (leher rahim) menempati urutan kedua dengan jumlah 36.633 kasus atau 9,2% dari total kasus kanker. Tercatat ada lebih dari 36.000 kasus dan 21.000 kematian akibat kanker ini.
Baca Juga: Waspadai 10 Gejala Kanker Yang Sering Diabaikan
Human Papilloma Virus (HPV)
Kanker serviks terjadi ketika sel-sel yang sehat mengalami mutasi yang menyebabkan sel-sel tersebut tumbuh tidak normal dan tidak terkendali sehingga membentuk sel kanker. Namun, belum diketahui pasti apa yang menyebabkan perubahan pada gen tersebut. Walaupun, para ahli meyakini kondisi ini terkait dengan infeksi HPV. Tentu Bunda tahu, bahwa HPV ditularkan melalui hubungan seksual, bukan? Hubungan seksual yang tidak sehat, atau bergonta-ganti pasangan, dan hubungan seks tanpa menggunakan kondom, adalah contoh hubungan seksual yang tidak aman dan berisiko.
Baca Juga: Cara Deteksi Dini Kanker Payudara Sesuai Usia
Kanker serviks bisa dicegah
Sebagai bentuk pencegahan dan pengendalian kanker di Indonesia, khususnya kanker payudara dan kanker serviks, Kementerian Kesehatan telah melakukan beberapa upaya seperti deteksi dini kanker payudara dan kanker serviks pada perempuan berusia 30-50 tahun, Bun. Proyek pemerintah ini dikenal dengan metode Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS) dan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA), yang dapat dilakukan di puskesmas.
Selain itu, kanker serviks juga dapat dicegah dengan rutin melakukan papsmear bagi perempuan yang sudah menikah, atau aktif berhubungan seksual, Bun. Tes pap smear mampu mendeteksi perbedaan pada sel serviks sebelum berubah menjadi kanker. Jika perubahan sel tersebut mendapat penanganan sedini mungkin, maka Bunda dapat melindungi diri dari kanker ini.
Vaksin HPV
Nah, satu lagi cara terkini untuk mencegah kanker serviks, adalah dengan mendapatkan vaksin HPV yang merupakan vaksin yang dapat mencegah terjadinya kutil kelamin, juga infeksi akibat virus HPV lainnya. Di Indonesia, vaksin kanker serviks disarankan untuk diberikan pada remaja perempuan, mulai dari usia 10 tahun. Ini berarti, si kecil yang sudah berusia pra-remaja bisa mendapatkan vaksin ini ya, Bun. Waktu pemberian yang paling disarankan adalah saat usia 9–26 tahun atau bagi perempuan yang belum aktif berhubungan seksual.
Walau demikian, Bunda maupun perempuan dewasa lainnya, juga bisa mendapatkan vaksin ini apabila mendapat izin, atau atas anjuran dokter ahli kandungan dan kebidanan. Sedangkan untuk laki-laki, pemberian vaksin HPV disarankan mulai diberikan pada usia 19–26 tahun.
Baca Juga: Cara Deteksi Dini Kanker Payudara Sesuai Usia
Mencegah selalu lebih baik dari pada mengobati. Apabila Bunda memiliki kemampuan untuk mendapatkan vaksin HPV, ada baiknya memberikan vaksin tersebut untuk Bunda sendiri, juga si kecil yang telah berusia pra remaja.