Meski sering dikaitkan dengan tantrum, ternyata meltdown dan tantrum sangat berbeda, Bun. Meltdown adalah reaksi yang terjadi di seluruh tubuh akibat rasa kewalahan. Meltdown lebih ekstrem dari tantrum dan ketika terjadi, si kecil tidak bisa mengontrolnya. Perilaku ini bisa berhenti hanya jika si kecil sudah kelelahan, atau saat Bunda dapat menenangkannya.
Psikolog anak, Saskhya Aulia Prima, M.Psi mengatakan, tantrum adalah luapan atau ekspresi emosi pada anak, berupa marah, kesal, dan frustasi. Sementara meltdown terjadi karena bawaan-bawaan tertentu. Misalnya, masalah sensori atau hipersensitivitas anak terhadap suatu hal.
Baca Juga: 4 kesalahan Orangtua Saat Hadapi Anak Tantrum
Pemicu meltdown pada anak
Pemicu meltdown yang sering terjadi pada anak misalnya suara bising, keramaian atau kumpulan orang yang tidak teratur. Ketika melihat hal ini, anak yang meltdown biasanya akan tiba-tiba berteriak kencang, lebih lama juga lebih histeris daripada ketika anak mengalami tantrum. Berikut ini beberapa penyebab terjadinya meltdown pada anak, menurut para ahli.
- Kelelahan atau masalah fisik
Menurut psikolog klinis, Mona Delahooke, Ph.D., contoh pemicu fisik yang dapat menyebabkan meltdown, misalnya kurang istirahat, kadar gula darah naik atau turun, penyakit, nyeri badan, bahkan juga konstipasi.
- Masalah kecemasan
Pernah mengalami trauma, atau diabaikan, juga menjadi salah satu penyebab anak dapat mengalami meltdown. Cukupnya cinta juga perhatian dari Bunda dan Ayah, nyatanya sangat mempengaruhi kemampuan si kecil dalam mengolah emosi.
- Sensori anak yang sensitif
Kemungkinan meltdown terjadi ketika si kecil mengalami pengalaman yang menyinggung sistem sensorinya, memang sering terjadi, Bun. Misalnya ketika si kecil potong rambut, yang kemudian memicu meltdown akibat respon yang ekstrem. Jika reaksi sensori ini kemudian membuat Bunda kewalahan atau tak mampu menghadapinya, terapis okupasi anak mungkin membantu.
Baca Juga: Anak Mendadak Tantrum? Makanan Bisa Jadi Penyebab
Menyikapi meltdown yang dialami si kecil
Meltdown tidak terjadi pada setiap anak. Ketika meltdown terjadi, si kecil akan berekspresi ekstrem seperti tak dapat mengendalikan tubuhnya sendiri. Untuk mengatasinya tentu tidak mudah, Bunda. Namun beberapa tips dari psikolog klinis, Dr. Shefali berikut ini, mudah-mudahan dapat membantu Bunda, ya!
- Tetap tenang, dan tunjukkanlah pada si kecil bahwa Bunda ada di sisinya untuk mendampingi. Tidak memperlihatkan amarah atau dominasi juga sangat penting, agar si kecil dapat merasakan empati Bunda yang terhubung dengannya. Cukup dengan berada di sampingnya, dan memeluknya apabila ia mengizinkan.
- Berikan ruang dan waktu. Bunda tak perlu memintanya berhenti atau diam, karena sesungguhnya, ketika anak meltdown, cukup sulit untuk membuatnya berhenti. Bunda dapat berada di sekitarnya agar dapat menjaganya tetap aman, tapi tak perlu memaksa atau menanyakan apapun, selain memberinya kesempatan untuk mengolah emosi.
- Menjadi contoh. Ketenangan Bunda saat menghadapi si kecil ketika meltdown, akan memberikannya keberanian untuk berusaha tenang. Si kecil akan menyadari kalau Bunda mengerti perasaannya. Diharapkan nantinya ketika sudah tenang, ia mau terbuka dan menceritakan bagaimana dan kenapa ia histeris, atau apa yang memicu meltdown-nya.
Sebagai orang tua, Bunda maupun Ayah tak memiliki kemampuan untuk mengontrol perasaan juga emosi si kecil. Namun Bunda dan Ayah dapat hadir, dan memberikan bantuan dengan tetap tenang dan terbuka, juga pelukan hangat ketika si kecil membutuhkannya. Pelukan merupakan obat paling mujarab untuk menenangkan hati yang marah.
Baca Juga: 5 Alasan Tantrum Bagus Buat Anak
Namun, apabila Bunda merasa kewalahan karena si kecil sering mengalami meltdown, dan sudah mencoba berbagai pendekatan untuk mengatasinya sendiri, namun tidak berhasil. Jangan ragu untuk membawa si kecil ke dokter atau psikolog anak, sesegera mungkin. Si kecil mungkin sangat membutuhkan bantuan, juga terapi yang cocok untuk kebutuhannya.