Setelah membaca artikel mengenai bahaya narkolema atau pornografi pada anak, Bunda tentu semakin menyadari bahaya yang mengancam dari kecanduan pornografi, bukan? Mencegah selalu lebih baik daripada mengobati. Mulailah membatasi anak dalam mengakses internet, terutama pada anak yang berusia di bawah umur, Bun. Juga jangan lupa untuk memberikan pendidikan seksual, agar anak memiliki informasi yang cukup, mengenai organ intim, pornografi, dan kesehatan lain yang berhubungan dengan seksualitas.
Orang tua sebagai guru pertama dalam mengajarkan pendidikan seks pada anak
Di dalam keluarga, Bunda dan Ayah adalah guru pertama si kecil. Sejak si kecil mulai mempertanyakan bagian-bagian tubuhnya, misalnya mengapa organ intim anak perempuan berbeda dengan anak laki-laki. Bunda dapat menjelaskan mengenai nama organ intim dan fungsinya. Nanti ketika usianya semakin dewasa, Bunda maupun Ayah dapat memberikan informasi yang lebih lengkap secara bertahap. Sehingga si kecil tak merasa penasaran dan malah mendapat informasi dari luar yang sering kali salah dan malah menjerumuskan.
Menurut psikolog Sigmund Freud, tahapan perkembangan psikoseksual anak terbagi menjadi 4 fase. Yaitu fase pragenital oral, fase pragenital anal, fase phallus awal, dan fase phallus akhir.
Baca Juga: Bagaimana Caranya Memberi Pendidikan Seksual Pada Balita?
Fase pragenital
Pada fase pragenital, si kecil akan melalui masa oral pada usia 0 – 2 tahun, dan masa anal pada usia 2 – 4 tahun. Pada fase oral, anak-anak memperoleh informasi seksual melalui aktivitas mulut, seperti menyusui, mengedot, atau mengisap jempol. Sedangkan pada fase anal, anak biasanya mendapatkan rasa nikmat di daerah anus lewat aktivitas pembuangan. Misalnya saat anak berlama-lama di toilet, atau menahan keinginan buang air kecil, dan buang air besar.
Pada tahap ini, Bunda cukup hadir dan merespon pertanyaan-pertanyaan penasaran dari si kecil. Jawablah dengan jelas dan mudah dimengerti, tanpa menggunakan istilah atau perumpamaan yang tidak nyata, seperti mengganti nama kelamin anak laki-laki menjadi “burung” atau “adik”. Sebaiknya gunakanlah nama sebenarnya, yaitu penis pada anak laki-laki, dan vagina pada anak perempuan.
Fase phallus
Fase phallus dimulai ketika si kecil mulai menyadari perbedaan jenis kelamin anak perempuan dan laki-laki. Fase phallus juga terbagi menjadi 2 bagian, yaitu awal dan akhir. Pada masa awal anak tidak lagi memperhatikan sensasi pada alat kelaminnya. Sedangkan pada bagian akhir, anak akan mulai merasakannya kembali. Saat inilah si kecil mulai beranjak remaja dan mengenal dorongan seksual berupa ketertarikan pada lawan jenisnya.
Baca Juga: Sinetron Zahra dan Pentingnya Pendidikan Seks Sesuai Usia
Fase laten
Anak juga akan mengalami fase laten yaitu saat berusia 6 - 10 tahun. Pada masa ini minat seksual si kecil akan mulai berkembang. Bantulah ia dengan memberikan sentuhan dan cinta yang tulus dari Bunda juga Ayah. Didik ia agar mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan orang lain pada tubuhnya. Menjawab pertanyaannya dengan jelas dan sesuai kemampuan kognitifnya. Tidak membuatnya merasa malu dengan tubuhnya, melainkan buat ia merasa nyaman dan mau menjaga tubuhnya sendiri.
Tahap genital
Dimulai ketika si kecil telah berusia 12 - 13 tahun, atau telah memasuki usia remaja. Masa ini ditandai dengan matangnya organ reproduksi, juga ketertarikan pada lawan jenis. Bunda dapat mulai memperhatikan kebutuhan-kebutuhannya, seperti ketika anak laki-laki bermimpi basah, atau anak perempuan mengalami menstruasi pertama. Hadirlah jauh sebelumnya dengan memberikan pengertian, dan ilmu atau pendidikan seks mengenai organ intim, termasuk fungsi dan cara merawatnya.
Mengajarkan pendidikan seks pada anak bukanlah hal yang mudah. Tapi Bunda pasti mampu melakukannya, karena Bunda adalah orang yang paling dekat dengannya. Sebagai orang tua sekaligus guru, Bunda secara alami akan memahami kebutuhan-kebutuhan anak yang berhubungan dengan seksualitas pada tahap usianya.
Baca Juga: 13 Perilaku Seksual Anak Yang Harus Dicermati
Apabila Bunda dan si kecil memiliki hubungan yang baik dan sehat, sudah pasti komunikasi akan menjadi lebih mudah. Untuk itulah diperlukan ikatan dan hubungan yang baik sejak awal. Pola pengasuhan yang baik akan menghasilkan pendidikan seks yang baik pula.