Osteoporosis atau kondisi kesehatan yang membuat tulang rapuh, atau keropos, biasanya banyak dijumpai pada orang berusia lanjut. Namun, kenyataannya osteoporosis juga dapat terjadi pada orang berusia muda, Bun. Tak luput, osteoporosis juga dapat menyerang anak-anak dan remaja. Kondisi ini disebut Juvenile Osteoporosis.
Mengutip dari Verywell Health, juvenile osteoporosis adalah kondisi langka yang biasanya terjadi tepat sebelum pubertas, pada anak-anak yang sebelumnya sehat. Hal ini akan menjadi masalah yang mengkhawatirkan karena menyerang ketika si kecil sedang membangun kekuatan tulangnya, Bun.
Baca Juga: Agar Tulang Tak Cepat Keropos, Lakukan 4 Langkah Ini
Seharusnya si kecil yang memasuki masa remaja, membangun sekitar 90% dari massa tulangnya. Kehilangan waktu untuk membentuk tulang yang prima, akan membuat si kecil jadi berisiko mengalami patah tulang.
Ada 2 jenis osteoporosis yang dapat dialami oleh anak dan remaja, yaitu osteoporosis sekunder, dan osteoporosis idiopatik.
Osteoporosis sekunder
Osteoporosis sekunder merupakan osteoporosis yang paling banyak terjadi pada remaja, Bun. Osteoporosis sekunder sering disebabkan oleh penyakit bawaan yang secara langsung dapat mengakibatkan kerapuhan tulang, seperti artritis, diabetes, leukemia, penyakit tulang rapuh, kelainan genetik, hipertiroidisme, hiperparatiroidisme, sindrom malabsorpsi, anoreksia nervosa, hingga penyakit ginjal.
Baca Juga: 6 Kebiasaan Tak Baik Bagi Kesehatan Tulang Belakang
Osteoporosis idiopatik
Pada osteoporosis idiopatik, dokter tidak dapat mengetahui penyebab yang membuat anak tiba-tiba mengalami kondisi ini tepat sebelum pubertas. Walau begitu para peneliti meyakini bahwa ada peran genetika di dalamnya. Osteoporosis idiopatik sangat jarang terjadi, dan lebih sering dialami oleh anak laki-laki daripada perempuan.
Pada kasus osteoporosis idiopatik, ditemukan bahwa anak-anak yang mengalaminya masih dapat dipulihkan selama masa pubertas. Namun tidak dapat pulih sepenuhnya, sehingga ketika dewasa kepadatan atau massa tulang tetap tak dapat mencapai puncaknya.
Namun Bunda dapat memaksimalkan nutrisi si kecil dengan memberikan makanan tinggi kalsium seperti susu, tahu dan tempe, ikan tongkol, dan brokoli. Anak-anak membutuhkan 1000 - 1200 mg kalsium perhari. Dalam 200 ml susu misalnya, mengandung 240mg kalsium, selebihnya Bunda dapat menambahkan beberapa menu tinggi kalsium dan tentu saja suplemen agar kebutuhan kalsium si kecil tercukupi. Dokter dan ahli gizi mungkin akan memberikan asupan khusus yang diperlukan untuk mengembalikan fungsi tulang si kecil, Bun.
Berikut ini beberapa gejala yang mungkin dapat Bunda lihat apabila si kecil memiliki juvenile osteoporosis:
- Nyeri di punggung bawah, pinggul, lutut, kaki, dan pergelangan kaki.
- Kesulitan berjalan atau berjalan dengan pincang.
- Patah tulang di kaki, pergelangan kaki, atau lutut.
- Dada cekung.
- Kehilangan tinggi badan.
- Kelengkungan tulang belakang dada yang tidak normal yang merupakan suatu kondisi yang disebut kyphosis.
Baca Juga:8 Makanan Yang Kandungan Kalsiumnya Lebih Banyak Daripada Susu
Apabila Bunda mendapati beberapa gejala tersebut pada si kecil, segeralah berkonsultasi dengan dokter, agar bisa mendapatkan terapi atau obat yang tepat, sesuai dengan kebutuhan anak ya, Bun. Tak perlu khawatir karena terapi untuk anak sifatnya mendasar seperti memberi motivasi untuk melakukan aktivitas fisik, dengan monitor dari tenaga kesehatan dan fisioterapis dalam meningkatkan kepadatan tulang. Jadi cukup aman, dan Bunda tak perlu ragu, ya.