Bunda pasti sering mendengar istilah “sugar rush”, bukan? Selama ini sugar rush dianggap sebagai suatu kondisi dimana anak-anak menjadi hiperaktif dan tidak bisa tenang, akibat mengonsumsi gula atau makanan manis. Namun tahukah Bunda, rupanya “sugar rush” telah dibuktikan sebagai mitos, Bun!
Bagaimana sugar rush mulai dipercaya dan populer di kalangan orang tua?
Minimnya informasi yang diterima, bisa jadi menjadi salah satu penyebabnya, Bun. Berawal dari ahli alergi, Benjamin Feingold, yang menciptakan diet eponymous, atau diet yang menyatakan bahwa makanan dapat menyebabkan masalah perilaku, pada tahun 1973. Diet inilah pada awalnya yang kemudian menyebabkan timbulnya ketakutan di tengah masyarakat pada saat itu, akan efek samping yang dapat terjadi setelah mengonsumsi gula atau makanan manis.
Baca Juga: Selain Membatasi Makanan Manis, Ini Cara Menghindari Kerusakan Gigi Pada Bayi
Selanjutnya pada tahun 1978, sugar rush semakin populer karena hasil penelitian yang dipublikasikan di Food and Cosmetics. Hasil penelitian menyebutkan bahwa 265 anak yang sikapnya menunjukkan tanda-tanda hiperaktif, dan diperiksa kadar gula dalam darahnya, menunjukkan hasil kadar gula darah rendah yang abnormal. Kadar gula darah rendah memang merupakan salah satu efek dari makan terlalu banyak gula, yang biasa disebut hipoglikemia reaktif atau hipoglikemia postprandial.
Sugar rush akibat mengonsumsi makanan manis, mitos atau fakta?
Mitos, Bun. Hal ini telah dibuktikan lewat penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan, yang mengkaji ulang 23 penelitian sebelumnya mengenai hubungan konsumsi gula dan efek sugar rush yang ditimbulkan. Hasil kaji ulang tersebut kemudian diterbitkan dalam Journal of American Medical Association tahun 1995. Para ilmuwan sepakat bahwa gula tidak menyebabkan efek apapun pada perilaku anak-anak.
Baca Juga: Warna Gigi Berubah Menghitam? Hati-hati Pulpitis!
Sebuah penelitian dalam Neuroscience & Biobehavioral Reviews, mengenai hubungan mengonsumsi karbohidrat atau gula dan pengaruh suasana hati, juga mendapat kesimpulan yang sama, Bun. Mengonsumsi karbohidrat atau gula secara berlebihan justru menyebabkan efek samping kelelahan, bukannya sugar rush. Lewat penelitian ini, para ilmuwan berharap bahwa masyarakat akan lebih sadar bahwa sugar rush, hanyalah sebuah mitos. Dan mau lebih membatasi asupan gula lebih karena berisiko menimbulkan penyakit.
Akibat mengonsumsi gula secara berlebihan
Meski sugar rush hanya mitos, mengonsumsi gula secara berlebihan dapat mengakibatkan kondisi kesehatan berikut ini pada si kecil, sehingga harus diwaspadai, Bun:
- Obesitas
- Gangguan jantung
- Merusak penglihatan
- Mengurangi fungsi kognitif otak
- Gangguan pencernaan
- Penyempitan saluran pernapasan karena alergi
- Eksim
Baca Juga: 5 Mainan Banyak Manfaat, Awet, dan Bisa Diwariskan ke Adik
Mengurangi atau membatasi si kecil mengonsumsi gula atau makanan manis, manfaatnya lebih besar dari sekedar membuat si kecil duduk tenang. Apalagi, sikap natural anak-anak memang aktif dan ingin tahu, jadi tidak apa si kecil bereksplorasi, asal tidak membahayakan dirinya atau orang lain. Lebih dari itu, membatasi konsumsi gula dan makanan manis pada si kecil, lebih bertujuan untuk kesehatan dan masa depannya kelak, Bunda.