Love as powerful as your mother’s for you leaves its own mark to have been loved so deeply .. will give us some protection forever.
J.K. Rowling

Berhubungan Seks Saat Masa Nifas, Apa Risikonya?

author
Ruth Sinambela
Kamis, 13 Januari 2022 | 11:59 WIB
Masa Nifas Adalah Waktunya Bunda untuk Beristirahat Setelah Mengandung dan Melahirkan | Shutterstock

Masa nifas dapat dikatakan sebagai waktunya para Bunda yang baru saja melahirkan, mengistirahatkan diri setelah hampir seluruh energinya terpakai saat persalinan. Bukan hanya itu, sembilan bulan mengandung tentu saja membuat Bunda membutuhkan waktu untuk mengembalikan kembali energi sebelum memulai fase baru sebagai seorang ibu. 

Itu pulalah yang membuat dokter menyarankan agar pada saat nifas, atau selama 40 hari, Bunda sebisa mungkin mendapat bantuan dari Ayah maupun keluarga lain dalam mengasuh si kecil.

Baca Juga: Enggan Melakukan Hubungan Seks Setelah Melahirkan, Wajarkah?

Lalu bagaimana pula dengan aktivitas seksual Bunda dan Ayah? Walau kebanyakan suami sudah paham mengenai masa nifas, dan tidak menuntut Bunda untuk melayani bercinta. Namun tidak sedikit juga lho, Bun, para suami yang meminta istrinya untuk melakukan seks di masa nifas.

Kalau sudah begitu, ada baiknya Bunda membicarakan dan memberi pengertian pada si Ayah untuk bersabar, ya. Walau bagaimanapun, melakukan seks saat masa nifas, memiliki banyak bahaya bahkan hingga kematian mendadak, Bun! Kok bisa? Ini dia beberapa bahaya yang dapat terjadi akibat berhubungan seks saat masa nifas yang perlu Bunda dan Ayah tahu.

Masa Nifas juga Menjadi Waktu untuk Bunda Menjalani Tanggung Jawab Sebagai Seorang Ibu | Shutterstock

Terjadi infeksi

Indikasi infeksi saat masa nifas adalah demam dan pendarahan yang tak kunjung berkurang. Pendarahan memang normal sebagai proses meluruhkan sisa-sisa jaringan kehamilan. Namun apabila pendarahan tak terlihat berkurang, bersamaan dengan Bunda mengalami demam. Ini merupakan tanda telah terjadi infeksi.

Jahitan robek

Dapat terjadi pada Bunda yang melahirkan secara normal maupun operasi caesar. Melakukan hubungan seks saat masa nifas sangat berisiko menyebabkan hal ini, Bun. Masa nifas seharusnya menjadi waktu bagi Bunda untuk memulihkan diri, termasuk menyembuhkan luka bekas operasi maupun luka jahitan pada persalinan normal.

Baca Juga: Melahirkan Caesar Dengan Metode ERACS, Minim Sakit dan Cepat Pulih

Dispareunia

Dispareunia adalah rasa nyeri yang terus-menerus dan berkelanjutan saat akan, sedang, dan setelah berhubungan seks, di sekitar organ intim. Pada Bunda yang masih dalam masa nifas, hal ini dapat terjadi akibat keringnya vagina. Bunda dapat mengalami hal ini karena pengaruh hormon, dan kelelahan.

Hasrat seksual hilang

Hati-hati hasrat seksual dapat menurun, bahkan hilang, akibat berhubungan seksual saat masa nifas, Bun. Walau hal ini juga terjadi akibat pengaruh hormon, yaitu produksi hormon yang kembali seperti sebelum Bunda hamil. Tidak dapat dipungkiri, kelelahan mengurus si kecil dan masih harus melayani hasrat seksual Ayah, membuat Bunda justru kehilangan keinginan untuk melakukannya.

Kelelahan Menyebabkan Bunda Tak Memiliki Keinginan Bercinta Saat Masa Nifas | Shutterstock

Emboli paru

Walau sangat jarang terjadi, melakukan hubungan seks saat masa nifas dapat mengakibatkan kematian mendadak, Bun. Hal ini disebabkan oleh pembuluh darah di rahim dan jalan lahir, yang belum kembali seperti semula, atau belum pulih sempurna. Pembuluh darah masih terbuka sehingga melakukan hubungan seks pada masa nifas, dapat membuat udara masuk ke rahim dan menyusup ke pembuluh darah hingga menyebabkan emboli, atau gumpalan. Apabila emboli lepas ke pembuluh darah penting, seperti jantung, otak, atau paru-paru, maka dapat berakibat fatal. Serem ya, Bun.

Baca Juga: Jika ASI Tidak Langsung Keluar Setelah Melahirkan

Nah, setelah mengetahui risiko-risiko yang dapat terjadi apabila melakukan hubungan seks saat masa nifas, Bunda dapat membaginya dengan Ayah, dan membicarakannya bersama, Bun. Semoga si Ayah mau mengerti dan bersabar sedikit lagi demi kebaikan bersama, ya.

Penulis Ruth Sinambela
Editor Ruth Sinambela