Love as powerful as your mother’s for you leaves its own mark to have been loved so deeply .. will give us some protection forever.
J.K. Rowling

Husband Stitch Dilarang WHO, Apa Dampaknya Usai Persalinan?

author
Ruth Sinambela
Jumat, 28 Januari 2022 | 15:00 WIB
Ibu Melahirkan Pervaginam dengan Didampingi Suami | Shutterstock

"Baru tau ada banyak kejadian pasca kelahiran yang namanya 'husband stitch' atau 'jahitan untuk suami'." Tulis akun Pink Ranger di halaman media sosial twitter pada Minggu (23/1/2022). Tidak membutuhkan waktu lama, cuitan ini mendapat respon luar biasa dari warganet dan kemudian menjadi viral, Bun.

Apa sih sebenarnya husband stitch, dan kenapa praktek ini dilarang oleh World Health Organization (WHO)? Ini dia pembahasan lengkapnya untuk Bunda.

Baca Juga: 5 Macam Kontrasepsi Untuk Para Suami

Husband stitch atau jahitan ekstra usai melahirkan

Seperti Bunda ketahui, proses melahirkan pervaginam membutuhkan sayatan pada perineum, atau area di antara vagina dan anus, untuk memungkinkan bayi keluar dengan mudah, sekaligus juga menghindari robekan pada vagina yang lebih serius.

Oleh karena itu, dokter kandungan atau bidan, akan melakukan jahitan sesuai dengan tujuan utamanya, yaitu untuk menghentikan perdarahan, mendekatkan jaringan yang sobek, dan menghilangkan rongga (dead space) pada sayatan.

Yang kemudian menjadi masalah adalah, praktik husband stitch dilakukan dengan menambahkan jahitan yang tujuannya bukanlah mendapatkan manfaat medis, melainkan untuk meningkatkan kepuasan seksual bagi pasangan. Ditambah lagi, kebanyakan kasus husband stitch dilakukan tanpa persetujuan pihak perempuan atau Bunda yang melahirkan.

"Husband stitch bukanlah praktik yang diterima atau prosedur medis yang disetujui. Para peneliti telah mengumpulkan sebagian besar bukti tentang ‘husband stitch’ dari kesaksian wanita yang memilikinya dan dari petugas kesehatan yang telah menyaksikannya." Ungkap perawat Kathleen Davis, dan dokter obstetri dan ginekologi Valinda Nwadike, seperti dikutip dari Medical News Today.

Sehingga jelas bahwa husband stitch bukanlah praktek medis yang diizinkan oleh WHO, maupun tenaga ahli lainnya, di seluruh dunia.

Baca Juga: Punya Suami Perfeksionis Bikin Pusing? Begini Bun, Cara Menghadapinya!

Ibu Melahirkan tengah Menjalani Episiotomi dan Mendapat Jahitan pada Perineum dan Vagina | Shutterstock

Benarkah husband stitch dapat meningkatkan kepuasan seksual?

Husband stitch, pada prakteknya telah lama dilarang oleh WHO karena efek jangka panjang yang justru lebih banyak merugikan, daripada manfaatnya, Bun.

Kebanyakan Bunda yang menjalani persalinan pervaginam akan mendapatkan jahitan, tetapi pada husband stitch, jahitan ini lebih dari yang diperlukan untuk memperbaiki robekan. Praktek ini dilarang atau tidak disetujui karena dianggap mampu memengaruhi kondisi fisik maupun mental Bunda pasca persalinan.

Sederhananya, mendapatkan jahitan sebanyak yang dibutuhkan tanpa anestesi lokal saja sudah sangat menyakitkan, apalagi ditambah husband stitch, Bun. Karena itulah WHO melarangnya. Selain itu, bisa dipastikan tidak ada keuntungan yang dapat diperoleh dari prosedur ini.

Vagina memiliki otot yang otomatis kembali ke keadaan semula setelah melahirkan. Apabila jahitan terlalu rapat, maka saat otot vagina kembali ke keadaan seperti sebelum melahirkan, Bunda akan merasakan sakit dan ketidaknyamanan, bahkan hingga komplikasi! Duh, kebayang sakitnya ya, Bun?

Dampak husband stitch bagi Bunda

Dilansir dari Medical News Today, berikut ini adalah beberapa masalah yang mungkin terjadi akibat husband stitch.

  • Peningkatan rasa sakit di sayatan 
  • Perdarahan meningkat 
  • Kebocoran urin atau feses 
  • Tanda-tanda infeksi, seperti nanah, bau tidak sedap, atau pembengkakan di tempat sayatan 
  • Rasa sakit yang terus-menerus yang berhubungan dengan vagina 
  • Ketidakmampuan untuk menggunakan tampon 
  • Peningkatan risiko harus menjalani episiotomi lagi pada kelahiran berikutnya 
  • Pembentukan jaringan parut 
  • Prolaps dari rahim 
  • Trauma emosional

Baca Juga: 5 Tipe Suami, Si Dia Termasuk yang Mana?

Pada dasarnya, tujuan dilakukannya jahitan pada sayatan saat proses persalinan adalah untuk menyatukan kembali kulit, dan membantu proses kesembuhan tubuh Bunda. Bukan untuk mengencangkan vulva atau vagina.

Bahkan sekarang ini, pada umumnya dokter maupun bidan, sebisa mungkin tidak akan melakukan sayatan apabila tidak benar-benar diperlukan, Bun. Sehingga husband stitch, sebenarnya dapat dihilangkan prakteknya, apabila semua pihak dapat mengambil perannya masing-masing sesuai dengan aturan dan fungsinya. Semoga praktek terlarang ini tidak lagi terjadi di mana pun dan kapan pun, ya!

Penulis Ruth Sinambela
Editor Ruth Sinambela