When I come home, my daughter will run to the door and give me a big hug, and everything that’s happened that day just melts away.
Hugh Jackman

Bagaimana Sebaiknya Menghadapi Suami yang Sering Phubbing?

author
Ruth Sinambela
Rabu, 23 Maret 2022 | 15:00 WIB
Suami atau Ayah Sibuk dengan Smartphone atau Games yang Dimainkan | Shutterstock

Kebiasaan seseorang yang sering mengesampingkan kewajiban atau orang-orang di sekitarnya karena terlalu fokus pada smartphone biasa disebut phubbing. Phubbing yang sering dialami oleh anak-anak ini, ternyata juga banyak dialami oleh orang dewasa, lho.

Hal ini didasari oleh penggunaan smartphone yang dalam kehidupan sehari-hari sudah menjadi sebuah kebutuhan primer atau kebutuhan utama yang sulit untuk ditinggalkan, Bun. Apalagi tak dapat dipungkiri, smartphone memiliki banyak manfaat atau fungsi yang mempermudah penggunanya untuk melakukan berbagai aktivitas hanya dengan menyentuh layar smartphone, di mana pun dan kapan pun.

Baca Juga: Hati-hati, Phubbing Bisa Bikin Antisosial!

Dampak negatif smartphone

Sayangnya selain memberi manfaat, smartphone juga memberi dampak yang kurang baik. Bukan hanya pada anak-anak, namun juga orang dewasa, smartphone sering kali membuat penggunanya lupa waktu karena terlalu menikmati berbagai aplikasi maupun fungsi yang ada.

Salah satunya adalah fenomena lupa waktu yang sering terjadi atau dialami para Ayah. Biasanya karena terlalu asyik menggunakan smartphone, salah satunya untuk bermain game, membuat para Ayah jadi kurang menghabiskan waktu berkualitas bersama buah hatinya. Benar nggak, Bun?

Bunda tentu pernah mengalaminya juga, bukan? Atau justru sudah sering dibuat kesal dan marah lantaran Ayah yang selalu sibuk bermain game dan tidak mempedulikan si kecil? Tenang, Bun. Untuk itu Kanya ingin berbagi tips bagaimana cara menghadapi suami yang sering lupa waktu saat bermain game di smartphone, nih. Yuk, dibaca sampai habis, ya!

Jangan Sampai Penggunaan Smartphone Mengganggu Waktu Berharga dengan Si Kecil | Shutterstock

Bicarakan dari hati ke hati

Dengan mampu memahami kebutuhan hiburan atau “me time”-nya setiap orang, termasuk diri sendiri juga pasangan, maka akan membuat Bunda bisa lebih mudah berempati dan membicarakannya dengan jujur dan terbuka.

Baca Juga: Bahaya Tidur Dengan Ponsel Menyala, Ini Alasannya

Bunda bisa mengajak Ayah untuk mengatur waktu yang baik untuk bermain game atau yang lainnya, agar tidak sampai mengorbankan waktu atau kebersamaan dengan keluarga, khususnya si kecil.

Katakan pula bahwasanya Bunda tidak bermaksud untuk melarang atau membatasi, karena Bunda juga mengerti apabila Ayah butuh relax dan menikmati waktu atau hobi sendiri. Namun, bagaimanapun sebaiknya hal itu dilakukan di saat si kecil sudah tidur, atau ketika Bunda dan Ayah bisa bergantian memperhatikan dan mendampingi si kecil.

Miliki Waktu Khusus untuk Bersantai Menggunakan Smartphone Bersama Keluarga Tanpa Mengorbankan Waktu-waktu Lainnya | Shutterstock

Membuat aturan

Bukan hanya si kecil lho, Bun, Bunda dan Ayah pun perlu punya aturan sendiri. Terlebih apabila cara-cara halus sudah mulai tidak mempan, maka membuat peraturan yang ditulis atau dipasang di smartphone, dapat membantu Bunda dan Ayah mengatur dan membedakan waktu bermain smartphone dengan bermain atau berkumpul bersama keluarga.

Akan lebih baik lagi kalau si kecil juga dilibatkan dalam mematuhi peraturan penggunaan smartphone yang sudah dibuat, Bun. Maka pada jam-jam yang sudah ditetapkan, seluruh anggota keluarga sudah mengerti waktu untuk mulai dan berhenti menggunakan smartphone. Atau bisa juga seluruh keluarga sudah memiliki jam masing-masing yang sudah diatur untuk boleh menggunakan smartphone.

Baca Juga: Sinar Biru Ponsel Lebih Berbahaya Bagi Kulit Dibanding Sinar Matahari? Ini Tips Mengatasinya

Apabila Bunda dan Ayah Membatasi Waktu Bermain Gadget pada Anak Maka Begitu Pula untuk Bunda dan Ayah | Shutterstock

Setelah melalui proses bicara dari hati ke hati dan membuat komitmen atau peraturan mengenai penggunaan smartphone di rumah atau ketika bersama keluarga, mungkin saja si Ayah tidak langsung bisa menjalankan semua sesuai keputusan bersama, Bun, namun apabila itu terjadi Bunda tetap harus mengingatkan, begitu pula sebaliknya. Ayah juga bisa mengingatkan Bunda dan si kecil.

Ingatkanlah dengan kata-kata yang lembut dan positif, ya. Karena kata-kata negatif biasanya tidak akan didengar dan hanya masuk telinga kanan keluar telinga kiri, Bun.

Ingatlah bahwa segala hal membutuhkan proses, yang bisa saja panjang atau pendek. Yang penting selama komunikasi antara Bunda, Ayah, dan si kecil, berjalan baik, maka pastilah komitmen untuk lebih banyak menghabiskan waktu berkualitas bersama keluarga daripada di depan layar smartphone masing-masing, tak akan terlalu sulit untuk diraih.

Penulis Ruth Sinambela
Editor Ruth Sinambela