To her, the name of father was another name for love.
Fanny Fern

Mengapa Seorang Ibu Membunuh Anak Kandungnya Sendiri?

author
Ruth Sinambela
Selasa, 22 Maret 2022 | 11:12 WIB
Tersangka Pembunuhan Anak Kandung oleh Ibunya Sendiri | Dok. Polsek Tonjong Brebes

Bukan pertama kali terjadi, kasus kriminal seorang ibu membunuh anak kandungnya sendiri, sudah sering terdengar di Indonesia.

Tak selalu karena tuntutan ekonomi, namun lebih dari itu. Kekosongan di setiap hati ibu yang tak terisi penuh. Ketakutan dan kecemasan di hati ibu yang memikirkan apakah buah hatinya bisa menjadi anak yang bahagia. Keraguan dan harapan pula di hati ibu, akankah ia dapat membesarkan anak-anaknya sendirian, padahal hatinya pun terasa kosong.

Prihatin sudah pasti ya, Bun, betapa kerasnya hidup dan tanggung jawab menjadi ibu, sehingga sering kali membuat para Bunda merasa lelah, tak berharga, tak mampu, bahkan tak layak, membesarkan anak-anak yang merupakan sumber kebahagiaan di dunianya.

Betapa para Bunda tentu sudah berusaha, namun kurangnya perhatian dari pasangan, atau mungkin keadaan yang tak mampu ditanggungnya, mirisnya, membuat beberapa diantaranya memutuskan untuk mengakhiri hidup buah hati yang ia lahirkan sendiri ke dunia.

Baca Juga: Mengenal Macam-macam Gangguan Kesehatan Mental yang Umum Terjadi

Seorang ibu membunuh anak kandungnya

Karni Utami, seorang ibu dari 3 orang anak di Brebes, Jawa Tengah, berusaha membunuh ketiga anaknya ketika subuh, Minggu (20/03/2022). Satu orang anaknya yang berusia 7 tahun meninggal karena luka di leher, sedangkan dua anak lainnya berusia 10 dan 4,5 tahun mengalami luka-luka di leher dan dada, keduanya selamat dan sedang mendapat perawatan.

Karni sendiri telah ditahan di Mapolres Brebes, ia diduga depresi sehingga membunuh anak kandungnya sendiri. Padahal selama ini, menurut pengakuan bibinya, Hamidah, Karni selalu menyayangi anaknya dan tak pernah mengeluh mengenai permasalahan keluarga maupun ekonomi, Bun.

Kisah pilu Karni di masa lalu

Kisah lain Karni terekam dalam sebuah video yang viral di Tiktok baru-baru ini, dimana Karni tampak duduk di tahanan menggunakan pakaian serba hitam, Bun. Awalnya ia tersenyum, namun ketika ditanyai perasaannya setelah membunuh anaknya yang berusia 7 tahun, wajahnya berubah sedih.

Ia berkata bahwa tujuannya adalah ingin bertobat sebelum meninggal, dengan cara mengakhiri hidup ketiga anaknya. Ia ingin menyelamatkan anaknya agar tak dibentak dan dimarahi. Karena itulah anak-anaknya harus mati agar tak merasakan kesedihan.

“Harus mati biar nggak sakit seperti saya dari kecil. Nggak ada yang tahu saya memendam (kesedihan) puluhan tahun. Dikurung dari kecil.” Ujarnya seperti terekam di video viral tersebut.

Baca Juga: 5 Kalimat Positif Bagi Penderita Depresi

Kasih sayang suami yang begitu diidamkan Karni

Pengakuannya yang menyiratkan luka di masa lalunya ini, mungkin saja menjadi penyebab yang membuatnya tidak pernah utuh, bahkan hingga Karni dewasa dan menjadi seorang ibu.

Mungkin juga karena kurangnya kasih sayang suami, atau pendamping hidupnya. Yang seperti diakui Karni, bahwa ia ingin sekali merasakan kasih sayang atau disayangi oleh suaminya, yang sibuk bekerja di luar kota. Belum lagi kekhawatirannya kalau-kalau suaminya tidak lagi memiliki perkerjaan karena kontrak kerjanya diputus.

Khawatir dan kesepian

Sedih ya, Bun. Inilah yang dirasakannya, luka dari masa lalu, dan mungkin kesepian yang ia rasakan karena ketidakhadiran sang suami, akhirnya membuatnya berpikir pendek, atau mungkin tak dapat berpikir jernih, hingga melayangkan tangannya sendiri untuk melukai dan membunuh anak yang sangat dicintainya.

Karni kini mungkin hanya dapat membayangkan wajah anak-anaknya, merasa kalau ia telah memilih jalan yang terbaik, yang dapat ia usahakan sebagai seorang ibu, tentu menurut pemikiran dan perasaannya sendiri.

Namun, mungkin juga hati kecilnya menyesal karena telah menyakiti buah hatinya. Karena tak pernah ada ibu yang akan tega menyiksa, menyakiti, apalagi membunuh buah rahimnya sendiri, Bun, tidak akan pernah ada, kalau bukan karena sakitnya jiwa, mental, perasaan, hati, dan sumber kebahagiaannya sendiri.

Baca Juga: 6 Ciri Adanya Gangguan Mental

Semoga buah hati Karni beristirahat dengan tenang, dan kedua anaknya yang selamat, dapat menemukan jalan untuk sembuh dari luka fisik, batin, dan mental, dan bisa menjalani hidup kelak dengan bahagia.

Semoga tak ada lagi Bunda-bunda seperti Karni, yang hatinya kesepian, yang hatinya terluka dalam, semoga Bunda-bunda yang membutuhkan bantuan dapat menemukan tempat untuk mendapat pertolongan, bersandar, bercerita, dan berbagi kesedihan. Kita doakan ya, Bun.

Teruntuk semua Bunda di mana pun berada, bertahan, ya. Berjuang, ya. Bunda pasti bisa, Bunda pasti mampu.

Penulis Ruth Sinambela
Editor Ruth Sinambela