Love as powerful as your mother’s for you leaves its own mark to have been loved so deeply .. will give us some protection forever.
J.K. Rowling

Gangguan Kesehatan Mental Nyata Mengintai Para Ibu Pasca Melahirkan

author
Ruth Sinambela
Kamis, 31 Maret 2022 | 15:05 WIB
Kesehatan Mental pada Ibu yang Baru Melahirkan Sangat Penting untuk Diperhatikan | Shutterstock

Terjadi lagi. Seorang ibu kandung mengaku telah melempar bayi perempuannya yang berusia 40 hari ke sumur. Peristiwa ini terjadi di Dusun Bregoh, Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu, Jember, Jawa Timur, pada Rabu (23/3/2022). Ibu berusia 25 tahun berinisial FN mengaku bahwa dirinya melakukan perbuatan tersebut lantaran kerap mendapatkan bully mengenai kondisinya yang hanya memberikan susu formula pada bayinya karena tak bisa memberikan ASI. Ia juga mengaku timbul rasa benci pada bayinya, karena keluarganya mengatakan bahwa sang suami menikahinya hanya karena alasan ekonomi.

Baca Juga: Penting Dilakukan, 5 Persiapan Mental Sebelum Menikah

Sudah pernah hilang sebelumnya

Faktanya, menurut keterangan yang diterima oleh Kasat Reskrim Polres Jember, AKP Komang Yogi Arya Wiguna, sebelumnya FN juga sudah pernah kehilangan bayinya, hingga akhirnya ditemukan di kawasan persawahan oleh warga, Bun.

Fakta inilah yang kemudian membuka kemungkinan FN telah berniat untuk “menghilangkan” buah hatinya, sebenarnya sudah ada sebelumnya. Mungkin juga, FN telah menunjukkan gelagat lain apabila memang tengah mengalami gangguan suasana hati saat mengasuh buah hatinya. Hanya saja, sebenarnya kondisi mental Bunda memang lebih mudah dikenali dan disadari oleh orang yang paling dekat dengan Bunda, yaitu Ayah.

Inilah yang membuat kepedulian dan perhatian dari pasangan, juga support system di dalam lingkungan terdekat Bunda, sekali lagi memiliki peranan yang sangat penting untuk menjaga kesehatan mental, dalam hal ini menghindari kondisi baby blues yang parah terjadi, bahkan hingga menghilangkan nyawa tak berdosa.

Ibu yang Membuang Anaknya ke Sumur Saat Konferensi Pers di Polres Jember | Kompas.com

Baby blues

Seperti yang sudah diketahui oleh kebanyakan Bunda, Baby blues merupakan gangguan suasana hati atau gangguan psikologis yang dapat dialami pasca melahirkan, seperti merasa gundah dan sedih yang berlebihan, Bun. Kondisi ini menyebabkan Bunda menjadi mudah marah, sedih, menangis, dan kelelahan tanpa sebab.

Baca Juga: Ini Perbedaan Baby Blues dan Postpartum Depression

Sering kali tak disadari maupun tak dianggap sebagai sesuatu yang harus disikapi dengan baik, pada beberapa kasus yang sudah terjadi, baby blues pada akhirnya bisa menjadi penyebab terjadinya sebuah musibah, kesedihan, hingga penyesalan besar dalam sebuah keluarga, Bun.

Perhatian yang cukup

Sekali lagi, peran dan perhatian seorang Ayah, atau suami, memang sangat dibutuhkan untuk menjaga dan mengetahui kondisi mental pasangannya. Mungkin saja, Bunda telah menunjukkan gelagat kurang baik saat menyusui, atau ketika mengurus buah hati yang baru lahir. Namun, tak ada yang memerhatikan hingga Bunda harus tetap melakukannya sampai merasa kewalahan, dan kelelahan.

Tak ada yang membantu, mengajak Bunda mengobrol atau mengutarakan perasaan. Hal ini lah yang apabila didiamkan berlarut-larut maka dapat meledak kapan saja. Atau ketika para ibu merasa tak tahan lagi, maka seorang ibu dapat menjadi panik, kalut, dan kehilangan akal sehat, Bun. Fenomena yang apabila sampai kepada kemungkinan terburuknya, maka nyawa bayi kecil tak berdosa di pelukan pun dapat kehilangan nyawa.

Post partum depression

Perlu Bunda ketahui, apabila kondisi baby blues sudah sampai ke tahap muncul keinginan untuk menghilangkan nyawa buah hati, maka kondisi tersebut sudah memasuki tahap Post Partum Depression (PPD), Bun.

PPD merupakan kondisi yang lebih parah dibandingkan dengan baby blues. Postpartum depression membuat penderita merasa putus harapan, merasa tidak menjadi ibu yang baik, merasa benci, hingga tidak mau mengurus anak.

Selain itu, kenyataannya PPD bukan hanya dapat dialami oleh Bunda, tetapi juga Ayah. Postpartum depression pada Ayah biasanya timbul saat si kecil berusia 3-6 bulan, dan lebih rentan terkena postpartum depression ketika Bunda juga menderita kondisi tersebut.

Baca Juga: 10 Hal Ini Bisa Jauhkan Kamu Dari Baby Blues

Betapa pentingnya support system dalam memberi perhatian, menjadi teman ngobrol, atau sekedar memberi pertolongan kecil, bagi Bunda yang kewalahan dan masih menyesuaikan diri di masa-masa awal fase kehidupannya sebagai seorang ibu. 

Gangguan kesehatan mental nyata mengintai para ibu pasca melahirkan | Shutterstock

Kasus pembunuhan anak oleh ibunya sendiri yang masih saja terjadi hingga saat ini, menjadi bukti bagaimana perundungan atau komentar jahat orang lain pada para ibu yang baru saja melahirkan, dapat berakibat sangat buruk. Bukan hanya karena sedang melalui masa-masa transisi dari seorang perempuan biasa menjadi seorang ibu. Setelah melahirkan, Bunda tentu juga merasa kewalahan dengan kesibukan menjaga dan mengurus si kecil, dan lain sebagainya, termasuk persoalan ASI, masalah rumah tangga, dan lainnya.

Namun dengan mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebelum si kecil lahir ke dunia, sebanyak-banyaknya saling terbuka satu sama lain, bicara dari hati ke hati dengan si Ayah untuk dapat bekerja sama dan membantu setiap kali diperlukan, merupakan langkah besar untuk menghindari baby blues, atau paling tidak mengurangi tingkat keparahannya, Bun.

Penulis Ruth Sinambela
Editor Ruth Sinambela