Infertilitas tidak hanya dapat menghampiri kaum perempuan, Bun. Namun juga dapat dialami oleh kaum laki-laki atau para Ayah. Masalah kesuburan yang sering terjadi pada laki-laki, salah satunya adalah oligospermia, merupakan kondisi medis dimana sperma dalam air mani yang dikeluarkan saat ejakulasi jumlahnya sangat sedikit, sehingga sering kali menjadi alasan sulitnya terjadi kehamilan.
Namun, oligospermia hanya dapat disimpulkan oleh dokter ya, Bun! Karena harus melewati serangkaian pemeriksaan, salah satunya adalah cek sperma di laboratorium. Pada oligospermia biasanya sperma yang diproduksi berjumlah kurang dari 15 juta per 1 ml air mani. Inilah yang menyebabkan kesempatan untuk terjadinya kehamilan akan menurun.
Baca Juga: Fakta Menarik Seputar Air Mani dan Sperma yang Perlu Bunda Ketahui
Derajat keparahan oligospermia
Derajat keparahan oligospermia akan menentukan tingkat kesuburan. Semakin ringan derajatnya, semakin besar pula kemungkinan Ayah dan Bunda untuk memiliki anak bersama.
- Oligospermia ringan, apabila jumlah sperma 10–15 juta per ml
- Oligospermia sedang, apabila jumlah sperma 5–10 juta per ml
- Oligospermia berat, apabila jumlah sperma 0–5 juta per ml
Ada 3 faktor yang dapat menyebabkan oligospermia, yaitu faktor medis, faktor lingkungan, dan faktor gaya hidup, Bun. Ketiga faktor ini memiliki beberapa hal yang sering kali menjadi penyebab berkurangnya produksi sperma pada laki-laki. Yuk, simak selengkapnya.
Faktor medis
- Varikokel atau pembesaran pembuluh darah vena di dalam kantong zakar.
- Masalah dengan ereksi atau ejakulasi, seperti ejakulasi dini.
- Infeksi menular seksual.
- Tumor, baik itu jinak maupun ganas.
- Kelainan genetik
- Penggunaan obat-obatan, seperti terapi testosteron, penggunaan steroid anabolik, kemoterapi, dan beberapa obat antijamur dan antibiotik.
- Efek pasca operasi vasektomi, hernia inguinalis, operasi prostat, skrotum, atau testis.
- Kondisi medis lainnya, seperti ketidakseimbangan hormon, penyakit celiac, gangguan kromosom, dan cacat pada tubulus.
Baca Juga: Kata Dokter: Sperma Bisa Bertahan Berapa Lama di Saluran Reproduksi Wanita?
Faktor lingkungan
- Paparan logam berat dan zat kimia industri.
- Paparan radiasi atau x-ray dengan kadar tinggi.
Faktor gaya hidup
- Penyalahgunaan narkoba.
- Merokok.
- Konsumsi minuman beralkohol berlebih.
- Stres emosional dan depresi berkepanjangan.
- Penggunaan sauna atau mandi air panas (hot tub) terlalu sering.
- Kelebihan berat badan atau obesitas.
- Duduk terlalu lama, penggunaan pakaian ketat, mengendarai motor terlalu lama, atau bekerja sambil memangku laptop terlalu lama.
Pengobatan yang dapat dilakukan
Tujuan pengobatan yang dilakukan pada pasien dengan keluhan oligospermia adalah mampu memiliki keturunan, Bun. Sehingga, pengobatan-pengobatan yang biasanya disarankan oleh dokter adalah pengobatan yang sifatnya aman dan mengarah pada kesempatan hamil bagi pasangan suami istri. Apa saja sih, pengobatan yang dapat dilakukan?
- Penanganan masalah seksual, misalnya ejakulasi dini, dengan konseling, obat-obatan, atau keduanya.
- Penanganan infeksi, apabila infeksi bukan infeksi yang menyebabkan kerusakan permanen. Biasanya dengan mengonsumsi antibiotik dan obat-obatan pendukung lainnya.
- Terapi hormon, apabila oligospermia disebabkan oleh ketidakseimbangan kadar hormon yang berpengaruh pada produksi sperma.
- Tindakan operasi. Tindakan ini baru akan dilakukan apabila terbukti bahwa oligospermia terjadi disebabkan oleh adanya varikokel pada kantong zakar. Jika memang kadar sperma sangat rendah, pengambilan sperma secara langsung untuk inseminasi buatan atau bayi tabung juga bisa dilakukan dengan operasi.
Baca Juga: Kata Dokter: Benarkah Taoge Bisa TIngkatkan Kualitas Sperma?
Selain pengobatan dan penanganan yang tepat, menjaga kesehatan dan kondisi tubuh juga sangat penting bagi Bunda maupun Ayah yang tengah berjuang untuk mendapatkan keturunan. Dengan menjalani pola hidup sehat dan seimbang, tentu kemungkinan maupun peluang kehamilan akan semakin meningkat, apabila dibarengi dengan usaha-usaha lain yang Bunda dan Ayah dapat jalani sesuai kondisi dan saran dokter, ya. Oleh karena itu, tetap semangat Bunda dan Ayah!