Seperti yang dimiliki oleh setiap manusia, pada dasarnya anak-anak pun memiliki dua sisi di dalam dirinya, Bun. Dimana sisi yang pertama yaitu keinginan untuk bersikap sesuai didikan atau ajaran dari Bunda dan Ayah. Dan sisi satunya lagi yang sering kali melibatkan perasaan dan keinginannya sendiri untuk berbuat dan bertindak sebebas-bebasnya, mencoba berbagai hal yang menggugah keingintahuannya, juga sifat polos yang sering kali membuat mereka salah menilai atau mengambil keputusan dalam berbagai hal sederhana.
Anak mana yang tak memiliki naluri-naluri alamiah ini? Tentu tidak ada ya, Bun. Maka wajar saja apabila setiap anak dapat melakukan berbagai hal yang cenderung kelihatan “negatif” di mata orang tua, atau sederhananya bersifat “nakal” dan “sulit diatur”.
Baca Juga: Penyebab Anak Sulit Tidur dan Cara Mengatasinya
Padahal, mereka bukannya sulit diatur lho, Bun. Dengan terus memberikan arahan dan contoh yang baik, tak lupa sebanyak-banyaknya perhatian dan kasih sayang, anak-anak secara alami akan tumbuh menjadi anak-anak yang bersikap baik, namun juga memahami apa yang menjadi minat dan keinginannya, mau bereksplorasi dan mengekspresikan diri.
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan anak menjadi sulit diatur atau tak mau mendengarkan orang tuanya, Bun. Hal-hal ini biasanya dapat terjadi apabila Bunda dan Ayah tak membangun dan menjaga komunikasi yang baik dan akrab sedini mungkin. Apa saja, sih?
Komunikasi
Komunikasi yang baik adalah komunikasi dua arah antara Bunda dan si kecil. Ketika Bunda selalu mendikte semua hal yang harus dilakukan tanpa menanyakan pendapat dan persetujuan si kecil, maka hal ini lama-kelamaan dapat menyebabkan si kecil memberontak dan tidak patuh.
Namun dengan bersikap sebagai sahabat atau mentor yang baik, menghormati, dan menanyakan pendapat, juga alasan-alasan yang mungkin dimilikinya, Bunda akan membentuk si kecil menjadi anak yang berempati, mengenal tanggung jawab, dan menghargai dirinya sendiri.
Memberi contoh
Bagai kertas putih, ketika Bunda dan Ayah memberi contoh yang baik, maka sudah tentu si kecil akan menirunya, Bun. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa anak-anak banyak belajar dan menyerap perilaku yang diperlihatkan orang tuanya.
Wajar saja apabila terkadang Bunda dan Ayah marah atau bersikap kurang baik, dengan meminta maaf dan menjelaskan situasinya pada si kecil, maka akan membuatnya memahami kalau setiap orang dapat berbuat salah, namun yang terpenting adalah bagaimana ia mau memperbaiki kesalahan dan bertanggung jawab. Bahwa tak ada seorang pun yang sempurna di dunia ini.
Baca Juga: 4 Bahasa Tubuh Paling Ampuh untuk Berkomunikasi dengan Si Kecil
Mengenal si kecil dengan baik
Sudahkah Bunda mengenali bagaimana si kecil bersikap ketika menghadapi masalah, bagaimana ia berusaha memecahkan masalah, bagaimana ia ingin diperhatikan, kapan ia meminta perhatian Bunda dan Ayah?
Dengan mengenali kebiasaan-kebiasaan anak, maka akan lebih mudah bagi orang tua untuk mengenal karakter dan suasana hati si kecil, Bun. Perhatikan lah ketika ia bermain dengan teman-teman, saudara, atau orang yang lebih tua. Kenali pula games maupun aplikasi lain yang sering digunakannya di smartphone, konten apa saja yang ia tonton. Maka Bunda dan Ayah dapat lebih mengenal dan tahu bagaimana harus bertindak saat meminta perhatian atau mengajak si kecil bicara. Selain itu, Bunda juga bisa mengetahui kemungkinan si kecil terpengaruh dari lingkungan maupun konten yang ia tonton.
Meski begitu, bagi anak-anak pra remaja hingga remaja, sebaiknya Bunda meminta izin terlebih dahulu sebelum melihat barang-barang pribadinya, ya.
Menjadi pendukung
Jadilah sahabat pertama dan terdekatnya, Bun. Apabila Bunda sudah memiliki fondasi yang baik maka hal ini tak akan terlalu sulit. Salah satu caranya yaitu dengan menjadi pendukung utamanya. Dukunglah setiap hal positif yang ia gemari, dan cobalah untuk memahami keinginan-keinginannya. Dengarkan setiap penjelasan dan alasan yang mendasarinya, dengan tulus dan tanpa memandang sebelah mata.
Sering terjadi ketika orang tua tak sengaja, atau tak menyadari bahwa terlalu menuntut dan mengharapkan kesempurnaan dari seorang anak, pada akhirnya malah akan menyebabkan kerugian bagi orang tua juga si kecil sendiri.
Baca Juga: Ini Bedanya Berkomunikasi Dengan Anak Laki-laki dan Perempuan
Dengan menahan ego dan menerima kebaikan juga keburukan anak, menerima dan mencintai si kecil apa adanya, justru akan mempermudah komunikasi dan memberi kesempatan baginya untuk memperbaiki dan mengembangkan diri lho, Bun! Marah pada anak tentu adalah hal yang wajar, namun marah lah secukupnya, dan mencintai lah sebanyak-banyaknya ya, Bunda dan Ayah.