To her, the name of father was another name for love.
Fanny Fern

Power Struggle Saat Si Kecil Tantrum, Bagaimana Sebaiknya Bunda Bersikap?

author
Ruth Sinambela
Jumat, 3 Juni 2022 | 15:54 WIB
Power struggle biasanya akan digunakan anak sebagai cara untuk mendapatkan keinginan dengan berbagai cara yang dianggap dapat “mengalahkan” Bunda dan Ayah | Shutterstock

Power struggle, atau dalam Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai “perebutan kekuasaan”, sering terjadi antara anak dan orang tua atau pengasuh di rumah. Biasanya, ketika anak mulai dapat menyuarakan pendapat dan keinginannnya, Bunda dan Ayah akan sering menemui kebiasaan-kebiasaan tantrum seperti menolak, menghindar, atau bahkan tak peduli pada diri anak.

Hal ini seringkali, pada akhirnya membuat Bunda dan Ayah memutuskan untuk mengalah demi ketenangan suasana, dan selanjutnya mengakibatkan si kecil merasa bahwa ia bisa mendapatkan keinginannya dengan “perebutan kekuasaan” tersebut.

Baca Juga: Meltdown Berbeda dengan Tantrum, Apa dan Bagaimana Menghadapinya?

Mengalah pada saat yang tidak tepat

Bunda pasti pernah berada dalam sebuah situasi dimana si kecil memaksakan kehendaknya untuk tidak menghabiskan makanan, padahal makanan yang Bunda siapkan sudah sesuai dengan kebutuhan si kecil.

Bunda yang melihat hal tersebut kemudian mengalah dengan menawarkan diri untuk menyuapi, padahal sebelumnya si kecil makan sendiri. Namun tak berhenti di situ, lama-kelamaan si kecil menangis dan marah karena tak mau lagi menghabiskan makananannya walaupun disuapi oleh Bunda.

Karena merasa lelah dan lain sebagainya, pada akhirnya Bunda memutuskan untuk menuruti si kecil dan membiarkan ia tak menghabiskan makanannya. Lain hal kalau si kecil memang sudah benar-benar kenyang ya, Bun, tentu memaksanya untuk menghabiskan porsi yang berlebihan adalah hal yang tidak benar.

Namun apabila si kecil tak mau makan karena alasan seperti malas makan, ingin jajan, ingin main, atau menghindari sayur misalnya, situasi seperti ini lah yang merupakan contoh power struggle yang dimanfaatkan si kecil untuk mendapatkan keinginannya, Bun.

Hubungan Bunda dan si kecil bukanlah hubungan yang memerlukan pertandingan | Shutterstock

Baca Juga: 4 kesalahan Orangtua Saat Hadapi Anak Tantrum

Bunda dan Ayah sebagai pembuat peraturan

Sebagai orang tua, Bunda dan Ayah memiliki hak sekaligus tanggung jawab untuk membuat aturan-aturan dalam keseharian si kecil demi terciptanya keteraturan, pemenuhan rasa aman, sekaligus mengenalkan dan mengajarkannya bersikap disiplin, lho.

Meskipun pada kenyataannya, saat si kecil mulai beranjak besar dan telah mengerti caranya mengekspresikan diri, power struggle biasanya akan digunakan anak sebagai cara untuk mendapatkan keinginan dengan berbagai cara yang dianggap dapat “mengalahkan” Bunda dan Ayah.

Pada saat inilah, Bunda sebaiknya dapat memilah mana hal-hal yang sebaiknya tidak ditolerir demi kebaikan karakter dan tumbuh kembang si kecil. Dengan bersikap tegas pada hal-hal penting yang menyangkut kebutuhan utama anak, maka memberi pengertian pada anak mengenai aturan yang jelas harus dipatuhinya, adalah hal yang sudah sepatutnya dilakukan ya, Bun.

Bersikap tegas dan memberi pengertian pada anak mengenai aturan yang jelas harus dipatuhinya, adalah hal yang sudah sepatutnya dilakukan | Shutterstock

Bagaimana mengatasi dilema saat si kecil tantrum karena power struggle?

Bukan hal yang mudah memang, menghadapi si kecil yang tantrum demi mendapatkan keinginannya. Namun pada situasi ini, beberapa hal penting berikut ini dapat Bunda coba pikirkan dan nilai terlebih dahulu sebelum memutuskan mengalah dan memberikan apa pun keinginan anak:

  • Apa tujuan si kecil berbuat demikian?
  • Apa yang ia inginkan, dan apa sebenarnya kebutuhannya?
  • Perlukah merespon atau mengabaikannya? 
  • Keinginan atau kebutuhan apa yang tercapai apabila Bunda merespon?
  • Apakah respon Bunda akan memelihara keteraturan yang sudah/sedang dibangun, atau malah akan merusaknya?

Baca Juga: 6 Rahasia Agar Si Kecil Disiplin

Dengan menyadari benar tanggung jawab dan peran Bunda juga Ayah sebagai orang tua, yang salah satunya merupakan pemenuhan kebutuhan dasar anak, yaitu rasa aman. 

Maka berpegang pada peraturan-peraturan baik yang telah dibuat, juga menjaganya agar tetap berjalan dan konsisten, merupakan hal yang wajib dilakukan sebagai salah satu cara untuk menciptakan rasa aman tersebut, tanpa memberi celah atau kesempatan pada si kecil untuk mendapatkan keinginannya lewat power struggle ya, Bun. Namun di atas semua itu, ingatlah untuk menciptakan rasa aman dengan cinta!

Penulis Ruth Sinambela
Editor Ruth Sinambela