Berusaha menjadi teman si kecil yang tengah beranjak remaja, bukan berarti Bunda dan Ayah harus bersikap dan berpenampilan sama seperti usia mereka.
Meskipun, ada juga sebagian anak yang memang terbiasa melihat, bergaul, dan melakukan berbagai hal bersama Bunda dan Ayahnya, sehingga membuatnya terbiasa dan bahkan menerima saja sikap dan penampilan Bunda atau Ayah yang seperti remaja. Namun sekali lagi, Bunda dan Ayah harus mengerti dan memahami benar bagaimana pendapat dan pandangan anak mengenai hal ini, agar tidak sampai memaksakan dan malah membuat si kecil malu hingga menjauh.
Baca Juga: Rasa Takut Anak Sesuai Fase Usia
Menjadi diri sendiri
Sebagai orang tua, sudah tentu Bunda dan Ayah mengharapkan si kecil dapat tumbuh menjadi versi terbaik dari dirinya sendiri. Untuk itu tentu segala usaha harus dimulai sejak dini ya, Bun.
Dengan memperlihatkan sisi terbaik Bunda dan Ayah, dengan tidak berusaha mengikuti orang lain termasuk anak. Maka anak akan mengerti bahwa dengan menjadi diri sendiri terlebih dahulu lah, maka ia akan dapat mengeluarkan versi terbaik yang dimilikinya, tanpa harus mengikuti arus, pergaulan, maupun dipengaruhi orang lain.
Menjadi orang tua
Kebanyakan anak yang tengah beranjak remaja tak berpendapat bahwa Bunda dan Ayahnya harus bisa berpenampilan atau bersikap sama seperti mereka. Justru, menurut beberapa penelitian termasuk yang dituliskan oleh Dr. Kevin Leman dalam bukunya “Adolescence Isn’t Terminal, It Just Feels Like It” mengungkapkan bahwa mayoritas remaja menginginkan orang tua mereka bersikap sebagai orang tua, tanpa harus mengikuti gaya bicara, sikap, atau gaya berpakaian mereka lho, Bun.
“Anak-anak yang memiliki orang tua yang mencoba bersikap, berpenampilan, dan berbicara seperti remaja, memberi tahu saya bahwa mereka merasa sangat malu ketika ibu atau ayah mereka berusaha menjadi remaja,” tulis Dr. Kevin Leman dalam bukunya.
Baca Juga: The Good Girl Syndrome yang Bisa Bikin Anak Tak Bahagia
Kemudian bagaimana Bunda dan Ayah dapat menjadi teman dengan tetap bersikap sebagai orang tua? Berikut ini beberapa hal yang dapat Bunda lakukan:
- Jadikan rumah tempat yang nyaman. Ketika anak merasa nyaman dan betah berada di rumah, maka Bunda dan Ayah merupakan bagian terpenting dari “rumah” dan “kenyamanan” yang dimiliki anak tersebut.
- Menjadi pendengar yang baik, di saat yang tepat dan diinginkan anak. Tidak baik apabila Bunda terlalu memaksa dan tak memberi ruang untuk anak memutuskan apa yang ingin disampaikannya, selain itu dengarkanlah dengan tulus saat ia menyampaikan ceritanya, ya.
- Tidak perlu menjadi sempurna, Bun. Yang anak butuhkan justru melihat kesalahan yang Bunda atau Ayah lakukan, dan bagaimana memperbaikinya. Selain itu, ucapan “maaf” ketika melakukan kesalahan juga akan meyakinkan anak kalau tak ada jarak antara mereka dan orang tuanya.
- Ceritakan pengalaman Bunda saat masih remaja dulu, ceritakanlah dengan jujur dan apa adanya!
- Miliki waktu bersama, untuk memberi semangat, kenyamanan, pujian, dan cinta.
- Harapkan yang terbaik dari mereka. Namun dengan menetapkan standar yang realistis ya, Bun. Tidaklah salah untuk mengharapkan anak membuat keputusan yang baik, namun tetaplah terbuka dengan masukan dan pendapat pribadi mereka juga.
- Biarkan anak memutuskan, jangan mengatur dan merancang masa depan untuk mereka, Bun. Memberikan kesempatan untuk memilih, terjatuh, dan bangkit, merupakan salah satu bekal yang bisa Bunda berikan. Dan akan membuat anak yakin bahwa Bunda dan Ayah mempercayai dan selalu ada untuk mereka.
- Jangan bully anak. Mereka tentu tak akan mau berteman dengan orang tua yang mem-bully mereka, Bun.
- Doakan mereka setiap hari.
Baca Juga: Wabi-Sabi: Mengenalkan Kesederhanaan dan Ketidaksempurnaan pada Anak
Memiliki putra dan putri yang tengah beranjak remaja tentu jadi tantangan tersendiri. Namun dengan fokus pada bagaimana Bunda ingin mereka menjadi seperti apa kelak, dan bagaimana Bunda dapat membantu mereka menjadi apa yang mereka inginkan, semua tentu akan baik-baik saja. Semangat terus, Bunda!