Anak-anak yang telah memasuki usia sekolah biasanya akan mulai mendengar banyak kosakata baru yang mungkin belum pernah mereka dengar sebelumnya, Bun. Namun sayangnya, kosakata yang mereka dengarkan biasanya bukan hanya kosakata yang baik, namun juga yang kurang baik atau bahkan cenderung kasar.
Jangan kaget apabila beberapa anak di usia sekolah terdengar menggunakan kata-kata kasar. Bukan hanya dari pergaulan, namun kata-kata ini bisa juga didapatnya dari internet maupun berbagai aplikasi smartphone yang kini makin marak digunakan oleh anak-anak usia sekolah. Hal ini, tentu saja menjadi sebuah hal yang sangat penting untuk dicermati dan dicari jalan keluarnya oleh orang tua.
Baca Juga: Anak Marah? Redakan Dengan 5 Tips Berikut
Faktor yang mendorong kebiasaan mengumpat atau berkata kasar
- Anak-anak biasanya mengumpat karena beberapa hal ini, Bun:
- Sedang mengeksplorasi bahasa
- Menguji sebuah kata baru untuk memahami artinya
- Terjadi secara tidak sengaja saat anak sedang belajar bicara
- Mengekspresikan perasaan seperti frustrasi
- Mengucapkan kata-kata yang dianggap lucu tanpa mengetahui artinya
- Mendapat reaksi atau perhatian dari orang lain
- Meniru orang lain
- Tidak mengerti bahwa kata-kata kasar tersebut adalah hal yang tidak baik untuk diucapkan
Memberi respon yang tepat
Menghadapi anak yang mengumpat atau bicara kasar sebaiknya Bunda harus mengetahui terlebih dahulu alasannya mengucapkan hal tersebut, agar dapat memberikan respon yang sesuai dan dibutuhkannya, Bun.
Apabila si kecil mengumpat karena ingin mendapat perhatian atau reaksi dari Bunda. Maka yang dapat dilakukan adalah dengan TIDAK memberikan respon sama sekali ya, Bun. Ketika Bunda mulai merespon dengan marah atau berbagai cara lainnya, maka hal ini justru akan membuat si kecil semakin sering melakukannya lho, Bun.
Baca Juga: Waktu Screen Time Anak Menurut Anjuran WHO
Akan berbeda respon yang dapat Bunda berikan, apabila si kecil mengumpat karena merasa marah atau frustasi. Hal terbaik yang dapat Bunda lakukan adalah dengan terlebih dahulu memvalidasi perasaannya. Bunda bisa berkata, “Bunda tahu dan mengerti kalau sekarang kamu sedang merasa sangat marah/kecewa. Tapi, tidak baik mengucapkan (kata-kata kasar yang diucapkannya)”. Barulah setelah itu Bunda dapat menyampaikan pada si kecil bahwa Bunda akan selalu ada dan membantunya untuk melewati rasa marahnya. Bunda juga bisa menawarkan pelukan apabila ia terlihat membutuhkannya, Bun.
Menasihati anak sesuai dengan usianya
Untuk bisa diterima dengan baik oleh si kecil, maka yang juga dibutuhkan Bunda adalah merespon si kecil yang berkata kasar atau mengumpat, sesuai dengan usia atau tahap tumbuh kembangnya.
- Pada si kecil yang berusia pra sekolah atau di bawah 4 tahun, Bunda cukup mengatakan kalau kata tersebut merupakan kata yang tidak baik, dan tidak boleh digunakan dalam sebuah percakapan.
- Sedangkan pada anak berusia di atas 4 tahun, Bunda dapat menambahkan alasan mengapa kata-kata tersebut tidak baik untuk digunakan. Seperti menjelaskan pada si kecil bahwa kata-kata kasar atau umpatan dapat membuat seseorang menjadi sedih, atau marah.
- Lain lagi pada anak-anak yang usianya sudah jauh lebih besar, Bun. Sebaiknya ajaklah mereka untuk bicara dua arah, misalnya dengan menanyakan apakah arti sebenarnya dari perkataan maupun umpatan yang diucapkan anak, apa makna dan mengapa ia menggunakannya. Apabila si kecil memang tidak memahami arti kata-kata tersebut, maka Bunda boleh menjelaskan dengan menggunakan kalimat sederhana yang mudah dimengerti oleh anak, Bun.
Baca Juga: Waspadai Penyakit Hipertensi pada Anak
Menghadapi anak-anak yang mulai besar memang akan menjadi tantangan tersendiri, Bun. Namun dengan bersiap dan mengetahui pasti apa hal-hal yang sebaiknya dilakukan, atau bagaimana menghadapi polah tingkah anak sesuai dengan tahap kembang mereka, mudah-mudahan Bunda dapat mengatasi setiap fase yang akan dilaluinya dengan baik.
Dengan begitu, Bunda dan si kecil juga akan lebih memahami. Si kecil pun akan dapat membentuk dirinya menjadi versi terbaik dengan dukungan dan dalam pengasuhan terbaik Bunda dan Ayah.