Sering menjadi sesuatu yang mengkhawatirkan bagi sebagian orang tua, tindakan penunjang medis rontgen atau X-ray pada anak memang memiliki risiko, Bun. Meskipun menurut penelitian yang telah dilakukan, risiko akibat paparan radiasi saat melakukan tindakan rontgen atau X-ray sesungguhnya sangat kecil sekali, ketimbang manfaat yang dapat diperoleh darinya untuk keperluan pengobatan.
Namun apa saja sih, manfaat dan risiko yang dapat diterima anak ketika melakukan rontgen atau X-ray? Dan mengapa pula anak-anak serta ibu hamil sebisa mungkin menghindari tindakan medis ini apabila tidak benar-benar diperlukan atau bukan rekomendasi ahli? Yuk, cari tahu!
Baca Juga: Waspadai Penyakit Hipertensi pada Anak
Cara kerja pemeriksaan X-ray
Memang benar kalau pemeriksaan X-ray dilakukan dengan paparan radiasi dari mesin X-ray, Bun. Saat pemeriksaan dilakukan, mesin X-ray akan mengirim gelombang radiasi sinar-X secara singkat untuk memindai organ dalam tubuh.
Radiasi yang diserap oleh tubuh ini lah yang kemudian akan menangkap gambar bagian tubuh sesuai dengan kepadatannya, dan membedakannya dengan warna. Misalnya saja ketika radiasi sinar-X menembus tulang, maka mesin X-ray akan menampilkan warna putih. Sedangkan jaringan yang lebih lunak, misalnya darah, kulit, lemak, dan otot, akan menampilkan warna abu-abu.
Risiko paparan radiasi X-Ray bagi anak
Para peneliti sepakat bahwa paparan radiasi sinar-X dan pengaruhnya bagi kesehatan sangatlah kecil dan tidak berbahaya, Bun. Apalagi di zaman yang semakin modern dan dengan mesin X-ray yang semakin canggih sekarang ini, paparan radiasi X-ray dinilai tergolong aman untuk keperluan pengobatan.
Baca Juga: Napas Bayi Bunyi Grok-Grok? Ini Cara Mengatasinya
Meskipun begitu, apabila seseorang khususnya seorang anak menjalani X-ray terlalu sering ternyata tetap dapat berpotensi merusak DNA di dalam tubuh, hingga meningkatkan risiko kanker di masa depan, walaupun peningkatannya tergolong rendah.
Sedangkan khusus untuk ibu hamil, X-ray masih dinilai berbahaya karena dapat meningkatkan risiko terjadinya keguguran dan bayi terlahir cacat. Sementara pemeriksaan X-ray yang dilakukan pada usia kandungan di atas 2 bulan, akan berisiko menyebabkan bayi lahir dengan masalah intelektual. Sehingga sampai saat ini, ibu hamil biasanya tidak disarankan untuk menjalani pemeriksaan X-ray, kecuali dalam kondisi darurat disertai dengan izin dokter kandungan, dan dokter spesialis radiologi.
Efek samping kontras
Ketika melakukan rontgen, terkadang dokter akan meminta penggunaan kontras agar hasil X-ray lebih jelas, Bun. Penggunaan kontras ternyata juga dinilai dapat memberikan efek samping, seperti pusing, mual, kulit terasa gatal, mulut bau logam, hingga yang lebih serius seperti gagal ginjal akut, penurunan tekanan darah, dan henti jantung.
Baca Juga: Melahirkan Normal Minim Rasa Sakit dengan Teknik Bius ILA
Meski demikian tak perlu terlalu khawatir, karena efek samping penggunaan kontras pada dasarnya jarang sekali terjadi. Selain itu, kalau memang dibutuhkan dan disarankan oleh dokter berarti pemakaian kontras saat X-ray memang dibutuhkan sebagai penunjang medis.
Pada akhirnya, meski X-ray dan kontras memiliki beberapa risiko, bukan berarti X-ray harus dihindari betul, terlebih ketika tindakan tersebut memang sangat dibutuhkan. Yang penting saat menjalani X-ray atau rontgen haruslah mengikuti saran dan di bawah pengawasan dokter ahli ya, Bunda.