Perceraian pada dasarnya pasti akan menyisakan kesedihan dan kekecewaan dalam sebuah keluarga, terutama anak-anak. Meski begitu, saat ini semakin banyak pasangan bercerai yang memilih untuk bercerai dengan berupaya meminimalisir luka pada perasaan anak, yaitu dengan menghilangkan ego masing-masing dan bercerai dengan damai.
Hal ini diharapkan sangat membantu anak dalam menerima situasi dan menjadikannya lebih mudah bagi anak untuk melaluinya.
Meski begitu, selain kesehatan mental anak, kesehatan mental Bunda atau Ayah yang bercerai juga tetap perlu diperhatikan. Memaksakan senyum ketika hati masih terluka tentu bukanlah hal yang baik. Dalam kondisi demikian, parallel parenting bisa dicoba sebagai salah satu pilihan atau cara Bunda maupun Ayah, yang mengalami kesulitan untuk berkomunikasi atau bertemu dengan mantan pasangan, namun tetap dapat mengasuh si kecil bersama, dan memperlihatkan hubungan yang baik di depan mereka.
Apa itu parallel parenting?
Parallel parenting, seperti dilansir dari Very Well Family, merupakan model optimal bagi pasangan yang bercerai dengan konflik, dan merasa sulit untuk baik-baik saja setiap kali berkomunikasi atau bertemu, namun tetap ingin terlibat dalam membesarkan anak-anak, Bun.
Robert Farzad, ahli hukum yang bekerja di sebuah firma hukum keluarga di Amerika Serikat, Farzad & Ochoa Family Law Attorneys, menyampaikan opininya mengenai hal ini. “Dalam metode ini, setiap orang tua memiliki kendali atas tanggung jawab pengasuhan mereka sendiri tanpa perlu berkolaborasi dengan orang tua lain atau mendapatkan persetujuan orang tua lain.”
Dengan cara ini, diharapkan orang tua yang bercerai dapat menghindari pertengkaran maupun sikap dingin yang sering kali terlihat oleh anak-anak, sehingga bisa meminimalisir dampak negatif yang harus diterima anak pasca perceraian.
Baca juga: Ngobrolin Perceraian Atau Musibah Ke Anak, Ini 7 Tipsnya
Bagaimana melakukannya?
Perlu kesediaan dan kemauan dari kedua belah pihak untuk bisa menjalani parallel parenting dengan baik. Biasanya hal ini dapat dibicarakan lewat pengacara, maupun pertemuan secara langsung setelah bercerai, dengan membawa pihak ketiga. Maksudnya agar pembicaraan dapat berjalan dengan baik, dan setiap pihak mengerti benar bagaimana rules yang harus dijalankan demi dapat membina parallel parenting dengan sebaik-baiknya, Bun.
Ini beberapa hal penting yang harus diperhatikan saat memilih parallel parenting sebagai bagian kehidupan sehari-hari pasca perceraian:
- Memiliki waktu masing-masing, untuk bisa merawat anak sesuai kesepakatan yang telah dibuat.
- Bebas menghabiskan waktu bersama anak di jadwal yang telah ditentukan.
- Tidak merubah jadwal bertemu secara mendadak.
- Melakukan komunikasi seminimal mungkin.
- Komunikasi hanya dilakukan apabila benar-benar diperlukan.
- Komunikasi dapat dilakukan melalui pesan teks, atau e-mail.
- Tidak menjadikan anak sebagai pengirim atau penyampai pesan.
- Mengadakan pertemuan rutin atau via telepon, untuk membicarakan hal-hal penting, seperti pendidikan, kesehatan, atau masalah serius lainnya yang mungkin terjadi pada anak.
- Tidak terlibat pertengkaran saat bertemu atau berbicara di telepon, terutama di depan anak.
- Masing-masing pihak tidak bersaing untuk mengambil hati atau mencari perhatian anak.
- Sama-sama menjunjung tinggi rules yang telah dibuat.
Parallel parenting, meskipun pada dasarnya dipilih demi bisa menghindari konflik yang tentu bisa berdampak buruk bagi tumbuh kembang anak. Namun sebenarnya bisa dijadikan pilihan terakhir apabila orang tua yang bercerai mau lebih mengurangi atau menghilangkan ego masing-masing, dan bersama-sama mau bekerja sama dalam merawat dan mengurus anak, Bun.
Baca juga: 6 Langkah Membantu Anak Hadapi Perceraian Orangtua
Namun kebutuhan dan kondisi setiap orang yang berbeda, juga situasi maupun keadaan yang tidak dapat dipaksakan, membuat metode parallel parenting kini menjadi lebih diterima oleh berbagai pihak, hingga pengadilan.
Pada akhirnya, kebaikan dan ketenangan batin seorang anak yang orang tuanya bercerailah, yang menjadi hal terpenting untuk dijaga, demi memenuhi kebutuhan dasar mereka, yaitu merasa dicintai, dan hidup dengan damai.