Bunda sudah pernah dengar istilah responsive feeding? Dinilai sebagai metode yang dapat membantu anak agar lahap makan juga gembira saat menjalaninya, responsive feeding merupakan salah satu metode yang disarankan oleh ahli gizi maupun dokter anak di seluruh dunia.
Seperti dilansir dari ahligizi.id, responsive feeding adalah bagian dari kegiatan memberi makan yang dilakukan secara aktif dan positif, dengan berbagai cara yang dapat membuat anak nyaman dan menikmati makanannya dengan baik. Misalnya, dengan menceritakan asal-usul makanan, memberikan dorongan untuk mengonsumsi makanan sehat, dan lain sebagainya.
Selain itu, responsive feeding juga dapat dilakukan dengan memperhatikan porsi makan yang sesuai dengan usia anak, tidak berlebihan, memberi contoh dengan sama-sama mengonsumsi makanan sehat seperti buah dan sayur, berinteraksi positif saat menyuapi anak makan, hingga makan di tempat yang aman dan nyaman untuk anak.
Baca juga: 8 Rekomendasi Kotak Makan Murah dan Berkualitas untuk Bekal Si Kecil Sekolah
Pedoman WHO
Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) sudah sejak lama memberi pedoman pemberian makan anak yaitu secara responsive, Bun. Karena itulah, responsive feeding pada dasarnya juga menerapkan nilai-nilai yang dijabarkan oleh WHO tersebut, yaitu dengan menerapkan perawatan psikososial dari orang tua atau pengasuh yang tanggap terhadap tanda-tanda apabila si kecil lapar dan juga mendorong anak secara aktif untuk makan, dengan strategi secara umum sebagai berikut:
- Menyuapi anak secara langsung dan membantu anak makan sendiri.
- Peka terhadap rasa lapar dan kenyang anak.
- Menyuapi dengan perlahan dan sabar dan mendorong anak untuk makan, tetapi tidak memaksa mereka.
- Jika anak menolak banyak makanan, cobalah untuk mengombinasikan makanan yang berbeda, selera, tekstur, dan metode dorongan.
- Meminimalkan gangguan selama makan jika anak mudah kehilangan minat.
- Mengingat bahwa waktu makan adalah waktu belajar, mengasihi dan berbicara dengan anak-anak selama makan, dengan kontak mata.
- Memberikan contoh kebiasaan sehat dalam keluarga baik dari makanan maupun perilaku.
Baca juga: 2 Tipe Penyebab Trauma Makan pada Anak, dan Bagaimana Mengatasinya
Cara pemberian makan yang responsive
Setelah Bunda memahami betul bagaimana melakukan responsive feeding, kini saatnya Bunda mulai mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, nih. Ini dia tipsnya, Bun:
- Obrolan dan kontak mata dengan anak selama waktu makan.
- Berkomunikasi dengan jelas.
- Merespon sinyal lapar dan kenyang anak.
- Memberi makan bayi secara langsung atau mendampingi anak untuk makan sendiri.
- Menghidangkan makanan yang sehat, memiliki rasa, dan berkembang sesuai dengan usia anak.
- Memperhatikan tekstur, porsi, dan bahan makanan yang digunakan.
- Menyiasati penolakan makanan dilakukan dengan cara mengkombinasikan bahan makanan, rasa dan tekstur berbeda serta memberikan berbagai macam metode dorongan.
- Peningkatan pemberian makan dilakukan pelan dan sabar.
- Membujuk dan memotivasi anak untuk makan.
- Tidak memaksa anak untuk makan.
- Anak duduk dengan santai dan posisi yang nyaman.
- Anak berhadapan dengan anggota keluarga lainnya di meja makan.
- Menetapkan waktu makan di waktu dan tempat yang sama secara rutin setiap harinya.
Baca juga: Kata Dokter: 4 Langkah Penanganan Alergi Makanan Pada Anak
Mungkin awalnya akan sulit, namun dengan niat dan kedisiplinan percayalah Bunda bisa menjalani dan mendapatkan manfaatnya. Selain itu, Bunda juga harus punya stok sabar yang tak ada habis-habisnya, dan mengerti betul bagaimana harus bersikap dan bereaksi pada si kecil, agar sesuai dengan pedoman yang diberikan WHO, ya. Semangat!