Golden age atau usia emas, bisa jadi merupakan salah satu istilah yang paling populer di antara orang tua. Apalagi, golden age sendiri sering disebut-sebut sebagai waktunya orang tua menjaga betul semua faktor yang dapat mendukung tumbuh kembang juga kecerdasan buah hatinya.
Mulai dari asupan makanan, perilaku yang sebaiknya diperlihatkan atau dicontohkan pada anak, hingga berbagai stimulasi yang diberikan dalam mendukung pertumbuhan fisik, motorik, sensori, sosialisasi, juga kognitif mereka.
Baca Juga: 6 Cara Berkomunikasi agar Anak Lebih Mau Mendengarkan
Namun apa iya, hanya pada saat golden age, atau usia 0-5 tahun saja, si kecil perlu diberikan stimulasi yang baik? Bagaimana dengan tahapan selanjutnya, mulai dari usia prasekolah, sekolah, praremaja, hingga remaja?
Pentingnya golden age dalam tumbuh kembang anak
Tentu saja golden age merupakan waktu emas bagi si kecil untuk belajar, juga Bunda dan Ayah dalam memberi banyak stimulasi, terutama yang mendukung perkembangan motorik, sensori, hingga kognitif anak. Namun lebih dari itu, golden age juga merupakan saat si kecil membutuhkan sebanyak-banyaknya cinta dan sentuhan dari Bunda juga Ayah, lho.
Itulah mengapa bicara dengan nada yang lembut saja, menjadi salah satu hal penting untuk dilakukan di fase ini. Si kecil akan merasa aman juga banyak belajar hanya dari mendengar kelembutan suara orang tuanya. Belum lagi selanjutnya tindakan sederhana ini juga akan menumbuhkan berjuta sel di otaknya, yang membuatnya makin cerdas, Bun!
Periode setelah golden age berakhir
Ketika waktu golden age anak berakhir, bukan berarti Bunda tak bisa lagi menstimulasi anak untuk mengerti maupun melakukan berbagai hal, meski tentunya akan semakin menantang karena usia mereka yang semakin bertambah ya, Bun.
Baca Juga: Buku Pop-Up Sebagai Media Belajar Anak yang Penuh Manfaat
Justru kesulitan itulah yang membuktikan kalau si kecil telah tumbuh dan melewati golden age-nya dengan baik, salah satunya dengan mengetahui apa yang mau ataupun tidak mau ia lakukan sebagai seorang individu.
Mampu mengutarakan keinginannya, hingga menolak sesuatu yang tidak disukainya. Menjadi sikap yang harus Bunda pahami pada fase ini, bukannya justru membiarkan anak berperilaku layaknya balita, atau terlalu menjaganya untuk tidak melakukan apa pun seorang diri, apalagi membantunya dalam segala hal. Karena apabila dibiarkan terus-menerus, hal tersebut hanya akan menjadi boomerang bagi si kecil, hingga membuatnya kesulitan mengoptimalkan diri juga mengekspresikan perasaannya.
Menstimulasi anak di setiap fase usianya
Meski caranya tentu berbeda, dan disesuaikan dengan usia anak. Bunda tetap perlu menstimulasi anak-anak untuk bisa mengembangkan diri, terutama dengan mengetahui apa yang menjadi minat maupun bakatnya ya, Bunda.
Dengan begitu, Bunda akan mampu membantu dan mendukung si kecil dalam mengeksplorasi dirinya. Bedakan dengan membantunya di segala hal. Membantu yang dimaksud di sini berarti membiarkan, memberi kepercayaan, menghormati keputusannya, juga tidak mengintervensi terlalu jauh ketika si kecil sudah beranjak remaja dan hanya membutuhkan Bunda untuk selalu ada di sisinya.
Baca Juga: Buku Pop-Up Sebagai Media Belajar Anak yang Penuh Manfaat
Berada di sisi anak bukan berarti orang tua jadi harus masuk terlalu dalam. Namun melindungi mereka dengan cara “hadir” dan menjadi pendengar yang baik saja, kadang kala sudah lebih dari cukup untuk buah hati yang sudah mulai dewasa, Bunda. Semangat!