For me, motherhood is learning about the strengths I didn’t know I had, and dealing with the fears I didn’t know existed.
Halle Berry

Apa Dampak Fear-Based Parenting bagi Tumbuh Kembang Anak?

author
Ruth Sinambela
Jumat, 26 Agustus 2022 | 10:00 WIB
Menakut-nakuti dan mengancam anak untuk menuruti perkataan Bunda dikenal dengan istilah fear-based parenting | Shutterstock

Meski zaman telah semakin maju, khususnya dengan kemudahan-kemudahan informasi yang bisa diakses, termasuk mengenai ilmu parenting, tak dipungkiri masih banyak orang tua yang kurang paham mengenai apa yang baik maupun tidak baik untuk diterapkan dalam kehidupan parenting sehari-hari, yaitu saat mengurus dan membesarkan buah hati.

Ironisnya, bahkan di kota-kota besar, masih banyak ditemukan pola asuh yang penerapannya jauh dari kebaikan-kebaikan ilmu parenting. Salah satunya, masih banyak orang tua yang mengatur buah hatinya dengan cara menakut-nakuti atau mengancam, bahkan kadang dengan alasan yang tidak logis. 

Baca Juga:  Anak Takut Pada Sesuatu, Normalkah?

Menghukum, mengancam, dan menakut-nakuti anak

Wajar saja apabila sebagian besar orang tua pernah menghukum anaknya yang melakukan kesalahan, Bun. Namun hal ini berbeda dengan menakut-nakuti. 

Ketika Bunda menghukum si kecil karena ia melanggar kesepakatan yang telah dibuat, atau melakukan sesuatu yang mungkin bisa melukai atau merugikan dirinya dan orang lain, maka memberi hukuman yang mendidik dan sesuai dengan usianya boleh-boleh saja.

Lain halnya dengan menakut-nakuti dan mengancam anak agar mereka mau melakukan apa yang Bunda minta atau perintahkan. Hal ini sayangnya, dapat terjadi dengan menggunakan kata-kata yang lebih lembut dan enak didengar, tidak seperti ketika Bunda marah.

Memberi hukuman karena anak melanggar kesepakatan, tidak sama dengan mengancam dan menghukumnya | Shutterstock

Hal inilah yang kemudian membuatnya kembali menjadi ironi ya, Bun. Karena meski menakut-nakuti dengan suara halus dan lembut, efek yang bisa diterima si kecil justru akan semakin dalam atau besar, karena ia sangat mempercayai Bunda yang adalah pusat dunianya.

Berikut ini beberapa contoh kalimat menakut-nakuti dan mengancam yang sering terucap dari orang tua:

  • Jangan lari-lari dong, Kak. Nanti kamu jatuh kakinya patah, lho.
  • Duduk manis ya, jangan berisik, nanti tantenya marah, lho!
  • Nanti kalau tidak mau makan badutnya datang lho, nanti Adik diambil sama badut gimana?
  • Kalau Adik nggak mau beresin mainannya, ya sudah, Bunda buang saja, ya!
  • Kalau nggak mau duduk manis di mobil, nanti ditangkap polisi lho, Dik!
  • Ayo dong minum obatnya, atau mau ke dokter saja biar disuntik?
  • Ayo cepat-cepat dikunyah makanannya, nanti monsternya datang, lho!
  • Adik ayo tidur sekarang, kalau nggak nanti kamu nggak boleh tidur sampai pagi.
  • Kalau Kakak nggak mau nurut sama Bunda, hari ini nggak boleh nonton dan main seharian.

Baca Juga: Rasa Takut Anak Sesuai Fase Usia

Dampak fear-based parenting bagi perkembangan anak

Meski menakut-nakuti atau mengancam biasanya dilakukan karena memiliki maksud yang baik untuk anak, namun pola asuh yang seperti ini sebaiknya tidak digunakan ya, Bun. Karena selain membatasi anak untuk berkembang, fear-based parenting juga memiliki dampak yang merugikan sekali untuk Bunda juga si kecil, lho! 

Berikut ini beberapa dampak yang bisa dialami anak akibat fear-based parenting:

  • Anak memilih untuk tidak jujur atau menutup-nutupi kesalahannya
  • Komunikasi antara Bunda dan si kecil menjadi tertutup
  • Anak tidak memiliki kesempatan untuk belajar dari kesalahan
  • Anak kurang memiliki self-esteem
  • Anak merasa tidak dipercaya, lama-kelamaan ia akan merasa kalau dirinya memang tidak mampu atau tidak bisa dipercaya
  • Tidak memiliki kepercayaan diri atau keberanian
  • Anak menjadi penakut, atau memiliki phobia pada objek tertentu
  • Anak akan memendam kemarahan pada orang tuanya
  • Anak kehilangan respek pada orang tuanya
  • Hubungan Bunda dan si kecil akan merenggang atau rusak

Fear-based parenting dapat membuat si kecil tumbuh menjadi pribadi yang penakut | Shutterstock

Banyak sekali macam-macam ilmu parenting yang dapat Bunda dan Ayah pilih untuk membesarkan dan mendidik si kecil. Dengan memilih metode parenting yang paling tepat dan nyaman untuk orang tua juga anak, maka Bunda tentu akan mampu menjalaninya dengan lebih enjoy dan si kecil pun akan bisa berkembang dengan baik dan mengeluarkan sisi terbaiknya.

Baca Juga: 7 Tips Mengurangi Rasa Takut Naik Pesawat

Jangan sampai salah pilih dan terus-terusan menggunakan metode parenting yang kurang atau bahkan tidak baik ya, Bun. Bunda tentu tak mau kan, kelak menyesal karena si kecil tumbuh menjadi sosok yang tidak mencintai dirinya sendiri? 

Yuk, terus mengembangkan diri dan belajar ilmu-ilmu baru untuk bisa menjadi orang tua yang bahagia dan membahagiakan buah hati ya, Bunda dan Ayah. Semangat belajar parenting!

Penulis Ruth Sinambela
Editor Ratih Sukma Pertiwi