Kebiasaan membenturkan kepala pada anak memang sering kali membuat orang tua resah dan tidak jarang emosional. Meski begitu, ingatkan diri Bunda untuk tidak memarahi anak saat mereka melakukan hal tersebut, ya. Mengapa?
Melansir dari Moms.com, hasil penelitian dalam Journal of American Academy of Child Psychiatry, menunjukkan bahwa sebanyak 20 persen bayi dan balita akan membenturkan kepalanya dengan sengaja karena berbagai alasan, Bun. Biasanya hal tersebut lebih banyak terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan, sejak usia 6 bulan hingga 5 tahun.
Baca Juga: Kepala Bayi Terbentur, Kapan Harus Dibawa ke Dokter atau Cukup Diobati di Rumah?
Bahkan di dalam Journal of Clinical Sleep medicine, menyebutkan bahwa ketika seorang anak membenturkan kepalanya di kasur saat menjelang tidur, sebenarnya hal ini dilakukannya bukan karena ingin bersikap buruk, namun lebih merupakan cara yang perlu dilakukannya untuk menenangkan diri!
Kedengarannya tidak masuk akal ya, Bun? Namun penelitian mengungkapkan bahwa hal tersebut memang dapat terjadi. Dimana para ahli berpendapat bahwa gerakan membentur-benturkan kepala bagi anak, dalam hal ini saat akan pergi tidur, ibarat goyangan berirama yang berulang, dan dapat memberi efek menenangkan.
Macam-macam cara yang digunakan anak untuk membenturkan kepala:
- Membenturkan kepala ke kasur berulang kali
- Memukul-mukul kepala dengan tangan
- Memutar kepala dengan cepat dan keras, bisa menggeleng atau mengangguk
- Membenturkan kepala dengan ringan ke tembok
- Menggoyang-goyangkan kepala dan membentur tembok dengan sengaja
Baca Juga: Hati-Hati, Gaya Rambut Kuncir Kuda Bisa Bikin Sakit Kepala
Alasan anak membenturkan kepala:
- Mencari rasa nyaman
- Mengurangi rasa sakit
- Ungkapan frustasi
- Mencari perhatian
- Gangguan perkembangan, seperti autisme
Membenturkan kepala sebenarnya tidak perlu dikhawatirkan Bun, asalkan tujuan si kecil membenturkan kepalanya bukan untuk menyakiti diri sendiri, melainkan hanya ingin menenangkan diri.
Meski demikian pada beberapa kasus, hal ini memang dapat menjadi bagian kecil dari masalah yang lebih besar, misalnya masalah perkembangan mental maupun kesehatan fisik anak.
Mengutip dari Cleveland Clinic, jika Bunda mencurigai keterlambatan perkembangan kognitif anak, dan menyadari kebiasaannya membenturkan kepala dengan keras dan berulang kali, bahkan hingga menyakiti diri sendiri. Maka Bunda wajib mempertimbangkan untuk mencari bantuan dari ahlinya, dan segera mendapatkan pemeriksaan menyeluruh serta mendapat diagnosa yang tepat, untuk keperluan perawatan dan terapi yang dibutuhkan si kecil.
Baca Juga: Autisme Tidak menular, Kenali 7 Ciri-Cirinya
Hal ini sangat penting untuk diperhatikan, Bun. Karena dengan demikian si kecil bisa mendapat perawatan medis atau terapi yang diperlukan sedini mungkin, juga terhindar dari cedera yang lebih serius.