Apabila sekarang ini Bunda sedang dalam tahap menyelami dan mencoba untuk mengubah sikap si kecil yang selalu menolak apa pun yang Bunda atau Ayah katakan, jangan sedih, karena Bunda dan Ayah tidak sendiri.
Hampir semua anak memang cenderung memiliki sikap ini, Bun. Bukan hanya selalu berkata “tidak”, namun kebanyakan anak juga akan menolak dengan keras ketika orang tuanya mengatakan “tidak” untuk sesuatu yang mereka inginkan.
Baca Juga: Benarkah Orang Tua Tidak Boleh Bilang “Jangan” ke Anak? Apa Alasannya?
Hal ini sangat wajar dan bukanlah kesalahan Bunda atau siapa pun, namun anak-anak memang akan menjalani fase saat ia menginginkan segala hal untuknya dan tidak mendengarkan apa pun yang dikatakan orang tuanya.
Pada fase ini si kecil akan menguji Bunda dan Ayah, sejauh mana Bunda maupun Ayah dapat bertahan untuk benar-benar menolak keinginan mereka, juga sejauh mana Bunda dan Ayah akan bersabar dengan jawaban “tidak” dari mereka.
Konsisten dan disiplin
Tentu Bunda dan Ayah menginginkan si kecil tumbuh menjadi sosok yang dapat diajak bicara, mandiri, dan mampu mengerti atau mengetahui situasi, bukan? Maka untuk itu, yang Bunda perlu lakukan pada fase ini adalah konsisten.
Bukan hanya si kecil akan belajar dan memahami, namun lebih dari itu, ia juga akan tumbuh menjadi anak yang berempati dan jauh dari kata “manja”, Bun.
Seperti dilansir dari Psychology Today, untuk mengubah sikap anak yang selalu menentang perkataan orang tuanya dan tidak mau menerima larangan, maka sikap orang tua yang konsisten dan disiplinlah yang sangat dibutuhkan.
Konsisten dengan menjelaskan mengapa anak tak bisa mendapatkan keinginannya, dan memintanya agar mengerti. Meski begitu, pastikan bahwa permintaan anak memang merupakan permintaan yang benar-benar tak dapat dikabulkan karena alasan mendidik ya, Bun, bukannya karena alasan “egois” Bunda dan Ayah.
Baca Juga: 6 Cara Berkomunikasi agar Anak Lebih Mau Mendengarkan
Ancaman kosong atau hukuman tak masuk
Nantinya saat si kecil marah dan menangis karena keinginannya tak dikabulkan, mungkin saja situasi jadi tak terkendali dan membuat Bunda emosional. Pada saat Bunda merasa hal ini akan terjadi, sebaiknya tariklah napas dalam-dalam untuk menenangkan diri dan tidak terbawa suasana, karena pada saat inilah ia sedang sangat membutuhkan kehadiran Bunda.
Jangan sampai Bunda mengancam akan memberikan hukuman macam-macam, padahal itu hanya ancaman yang tak akan bisa benar-benar Bunda lakukan. Misalnya saja mengancam akan pulang dan meninggalkannya di toko mainan, namun ketika Bunda keluar dari toko mainan dan masih mendengar si kecil menangis, Bunda akan segera kembali dan memarahinya. Hal ini sama saja Bunda memberi tahu si kecil seberapa jauh ia harus bersikap “buruk” untuk dapat mendapatkan kembali perhatian Bunda.
Sama juga ketika Bunda mengatakan pada si kecil kalau ia akan dihukum seumur hidup, atau tidak akan dibelikan mainan lagi selamanya, intinya jangan sampai emosi menguasai Bunda dan malah mengeluarkan ancaman kosong, maupun hukuman yang tidak masuk akal, ya!
Bolehkah memberi hukuman?
Apabila si kecil memang bersikap sangat buruk, maka hukuman seperti tidak boleh menonton televisi atau bermain game saat akhir pekan, dapat dipertimbangkan, asalkan Bunda benar-benar mampu untuk menjalaninya, ya. Tentukan waktunya dan perbuatlah demikian. Meski si kecil menangis dan marah, Bunda cukup hadir untuk mendengarkan dan memeluknya apabila ia menginginkannya, Bun.
Memang tidak mudah, tapi sekali lagi konsistensi dan kedisiplinan sangat diperlukan apabila Bunda ingin hal ini berhasil dan ke depannya si kecil mau memperbaiki sikapnya dan lebih mendengarkan Bunda dan Ayah.
Bukan hanya anak-anak, Bun, orang dewasa saja masih membutuhkan usaha untuk bisa mendengarkan orang dewasa lainnya, begitu pula si kecil. Mereka butuh waktu, dan dukungan dari Bunda sangat dibutuhkan.
Baca Juga: Ternyata Dalam Sehari Anak Mendengar 432 Kata Negatif dan Hanya 32 Kata Positif
Dukunglah mereka dengan memberi contoh, dan penuhilah kebutuhan fisik maupun mental mereka. Jangan pula terus-menerus menolak permintaan anak yang sangat penting dan memang harus dipenuhi oleh orang tuanya ya, Bun.
Misalnya saja ketika mereka meminta waktu Bunda maupun Ayah untuk menemaninya bermain atau belajar, meminta dibelikan makanan favoritnya saat akhir pekan, mendapatkan hadiah apabila mereka berprestasi, atau apa pun sesuai situasi dan kondisi pada masing-masing keluarga.
Beri pemahaman pada anak bahwa Bunda dan Ayah bukannya jahat atau mengatur, namun memang ada hal-hal yang tidak boleh dilakukan dan mereka harus belajar untuk menerimanya.