For me, motherhood is learning about the strengths I didn’t know I had, and dealing with the fears I didn’t know existed.
Halle Berry

Pentingnya Membangun Self-Boundaries Sedini Mungkin

author
Ruth Sinambela
Rabu, 14 September 2022 | 15:00 WIB
Self boundaries memampukan anak untuk berempati | Shutterstock

Membangun self boundaries atau batasan diri pada anak merupakan satu langkah besar lagi yang harus dapat Bunda upayakan, terutama bagi anak-anak berusia sekitar 6-9 tahun.

Bukanlah hal yang mudah Bun, untuk bisa menumbuhkan self boundaries di dalam diri anak. Hal ini lebih jauh ke belakang, harus sudah mulai Bunda lakukan sejak si kecil mulai mengerti mengenai adanya aturan, rutinitas, serta mengenali apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan melalui nilai dan norma yang ada di dalam keluarga dan masyarakat.

Baca Juga: 5 Hal Ini Wajib Dilakukan Agar Si Kecil Mandiri

Self boundaries dalam kehidupan sehari-hari

Self boundaries sendiri, seperti dilansir dari klikpsikolog.com, adalah batasan yang ditetapkan untuk diri sendiri dalam rangka menjaga kenyamanan dan tetap menghormati orang lain.

Dengan mengetahui hal ini, Bunda dapat berperan aktif dalam mengenalkan anak mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Juga yang tak kalah pentingnya, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan orang lain kepada dirinya.

Nantinya, si kecil juga akan belajar dan memahami, bahwa self boundaries tidak dapat diterapkan sama persis pada situasi dan lingkungan yang berbeda. Bahwa di dalam kehidupan sehari-hari akan banyak masalah kompleks yang membutuhkan kemampuan anak untuk memproses dan memutuskan akan bersikap bagaimana. Oleh karena itulah, menghadapi dan mengenal berbagai situasi sangat dibutuhkan anak dalam perannya sebagai individu yang mandiri, Bun.

Self boundaries akan membuat anak mampu mengendalikan sikapnya terhadap orang lain | Shutterstock

Kemandirian dan empati

Mengetahui apa yang baik dan tidak baik saja tidak cukup membuat si kecil mampu memiliki self boundaries. Namun diperlukan juga kemandirian dan empati untuk memahami dan mengasah kemampuan tersebut.

Kemandirian akan menghasilkan self-awareness atau kemampuan anak mengetahui apa yang dia inginkan melalui apa yang ia yakini. Selain itu dengan kemandirian pulalah, maka si kecil mau dan berani mengambil keputusan di berbagai situasi, tanpa harus menunggu perintah atau menanyakan pendapat orang lain. 

Lebih baik lagi, si kecil yang sudah terbiasa mandiri dan memiliki self-awareness yang baik akan terbiasa pula melakukan sesuatu sesuai dengan nilai dan norma yang ia yakini, tentunya melalui proses belajar yang didapatnya dari Bunda dan Ayah.

Baca Juga: Anak Egois? Ubah Dengan Melatih Empatinya

Ditambah lagi dengan empati yang baik, Bun. Maka si kecil akan semakin mudah mengenali apa yang dibutuhkan oleh orang-orang di sekitarnya, serta bagaimana ia sebaiknya bersikap.

Peduli kepada orang lain merupakan sikap yang didapat anak dari kesadaran akan batas dirinya, terutama mengenai menolong sesama | Shutterstock

Menumbuhkan kemandirian dan empati

Berikut ini beberapa hal yang penting untuk diperhatikan dalam menumbuhkan kemandirian dan empati pada diri anak:

  • Memberi contoh nyata
  • Memberi pemahaman yang berkesinambungan sesuai usia anak.
  • Memenuhi hak anak dengan kesadaran penuh.
  • Menanyakan pendapat anak mengenai berbagai hal yang disukai dan tidak disukai dari Bunda juga Ayah.
  • Mengajak anak berdiskusi, ketika menemukan kejadian unik di media atau lingkungan sekitar.
  • Memberi tanggung jawab penuh.
  • Memberi kepercayaan.
  • Mengakui kesalahan dan meminta maaf dengan tulus.
  • Menerima dan menghargai keinginan dan pendapat anak.
  • Mengajak anak untuk membuat daftar kebutuhannya, atau barang-barang pribadi yang dibutuhkannya.
  • Mengajak anak menghargai miliknya. Seperti mainan, buku-buku, atau barang koleksinya.
  • Melatih anak untuk mengatakan “tidak” terhadap sesuatu yang mengganggu atau membahayakannya.

Baca Juga: 6 Langkah Agar Anak Percaya Diri

Diperlukan latihan rutin dan terus-menerus sampai anak dapat memiliki self-awareness hingga akhirnya memiliki self boundaries yang baik, Bun. Untuk itu, dibutuhkan pula perhatian dan contoh nyata dari Bunda juga Ayah, sedini mungkin!

Dengan demikian, ketika anak bertambah dewasa, ia tidak akan mengalami kesulitan yang berarti untuk mengerti, memahami, juga mengenal self boundaries yang merupakan bagian dari dirinya sendiri. Terlebih lagi menerapkannya dalam sikap dan tingkah lakunya sehari-hari!

Penulis Ruth Sinambela
Editor Ratih Sukma Pertiwi