Try to be a rainbow in someone else’s cloud.
Maya Angelou

4 Ciri Pertengkaran Sehat dalam Pernikahan

author
Ruth Sinambela
Selasa, 4 Oktober 2022 | 15:00 WIB
Pertengkaran sehat akan memberi banyak manfaat di dalam pernikahan | Shutterstock

Meski pertengkaran di antara pasangan suami istri sangat mungkin menyebabkan renggangnya suatu hubungan. Sebenarnya pertengkaran tak selalu berakibat buruk asalkan dilakukan secara sehat, Bun. Namun bagaimanakah sebenarnya ciri pertengkaran yang sehat di dalam pernikahan?

Membedakan argumen dengan pertengkaran

Sebelumnya Bunda dan Ayah harus memahami terlebih dahulu batas-batas yang dapat membedakan argumen dan pertengkaran di dalam sebuah pernikahan. 

Baca Juga: Perselingkuhan, Salah Satu Faktor Pemicu KDRT Tertinggi di Indonesia

Kadang kala batasan setiap pasangan akan berbeda tergantung dengan bagaimana watak atau karakter seseorang. Karena itulah Bunda sebaiknya dapat mengenalinya dan sebaliknya membicarakan pula mengenai batasan yang Bunda miliki pada si Ayah.

Dengan demikian masing-masing pasangan akan bisa menempatkan diri untuk lebih memahami, dan diharapkan juga lebih bersabar ketika ada masalah yang datang sehingga tidak cepat emosi. Tidak menganggap semua masalah adalah masalah besar atau membesar-besarkan masalah namun mau menyelesaikan masalah sekecil apapun, adalah sikap yang sebaiknya dimiliki di dalam sebuah pernikahan, Bun.

Sebagian orang membutuhkan lebih banyak waktu untuk menenangkan diri | Shutterstock

Beri jeda waktu

Meski tidak semua orang memiliki kemampuan untuk menunggu, ada baiknya jeda waktu tetap dilakukan sebagai sebuah opsi ketika pertengkaran semakin serius, Bun. Namun, untuk lebih memahami pasangan yang tak mampu menunggu terlalu lama “didiamkan” saat bertengkar, sebaiknya jeda waktu dilakukan dengan kesepakatan untuk melanjutkan pembicaraan atau mendiskusikan masalah yang menyulut pertengkaran tersebut di waktu dan tempat yang jelas.

Bunda misalnya dapat mengutarakan kepada si Ayah, “Yah, lebih baik kita jeda sebentar. Nanti malam jam 8 kita omongin lagi di kamar”. Dengan begitu, seseorang yang tidak suka membiarkan masalah berlarut-larut dapat menunggu dengan tenang. Sebaliknya orang yang butuh waktu untuk menenangkan diri atau waktu untuk berdiam diri juga bisa mendapatkan kebutuhannya.

Baca Juga: Lesti Kejora Laporkan Rizky Billar atas Dugaan KDRT, Bagaimana Kondisi Lesti Kini?

Keep it private

Pertengkaran yang sehat adalah pertengkaran yang dilakukan diam-diam dan tidak menimbulkan keributan di depan anak-anak ya, Bun. Pertengkaran yang sehat wajib menjaga perasaan anak dengan bersikap dewasa dan tidak egois.

Anak-anak bukanlah orang dewasa di dalam tubuh yang kecil, Bunda, Ayah. Mereka tetaplah anak-anak yang apapun alasannya akan merasa sangat sedih ketika menyadari apalagi melihat sendiri pertengkaran kedua orang tuanya.

Begitu pula Bunda dan Ayah sebaiknya juga tidak mengumbar pertengkaran di depan umum atau keluarga besar misalnya. Biasanya sikap seperti ini justru bisa memperkeruh masalah. Yang terbaik adalah menjaganya tetap private namun disaat yang sama juga meminta bantuan dari orang yang dapat dipercaya dan tidak memihak.

Bertengkar secara sehat akan memberikan banyak pengaruh baik dalam pernikahan | Shutterstock

Mencari solusi

Emosi memang seringkali bertentangan dengan keinginan Bunda dan Ayah untuk menyelesaikan masalah dan mencari solusi. Keinginan atau ego masing-masing untuk didengarkan dan dimengerti adalah hal yang wajar dan manusiawi, Bun. 

Namun apabila pertengkaran seringkali terjadi karena alasan yang itu-itu lagi, apa iya mau dibiarkan saja? Yuk, segera ajak pasangan untuk berbicara dengan kepala jernih dan cari tahu keluhan juga harapan masing-masing untuk kemudian bisa dicari jalan tengahnya agar pertengkaran dapat diselesaikan dan tidak terulang kembali.

Baca Juga: Bunda dan Ayah Pernah Bertengkar di Depan si Kecil? Ini Pengaruhnya Bagi Tumbuh Kembang Anak

Mencari solusi adalah salah satu ciri terpenting pertengkaran sehat dalam sebuah pernikahan. Mencari solusi bersama-sama berarti keduanya, Bunda dan Ayah, masih menginginkan sebuah jalan keluar untuk bisa terus membina pernikahan. Mencari solusi berarti masih ada cinta yang kuat yang mendorong Bunda dan Ayah untuk bisa mencegah perilaku saling menyakiti. 

Mencari solusi harus dimiliki dan diinginkan oleh kedua belah pihak agar perjalanan untuk menyelesaikan masalah dapat terbuka lebar dan tidak sulit meraihnya bersama.

 

Referensi: TIME, thebridedept.com

Penulis Ruth Sinambela
Editor Ratih Sukma Pertiwi