Being a parent has made me more open, more connected to myself, more happy, and more creative. I’m more discerning in what I do and how I do it. It’s just made me a better person all the way around.
Alicia Keys

Sumber Kebahagiaan Bunda, Keinginan untuk Dihargai dan Diapresiasi sebagai Seorang Ibu

author
Ruth Sinambela
Selasa, 25 Oktober 2022 | 15:00 WIB
Bunda-bunda hebat, tersenyumlah! | Shutterstock

Seringkali sebagai seorang ibu, Bunda mungkin merasakan kecewa dan sedih ketika usaha-usaha terbaik tidak diapresiasi oleh siapa pun, bahkan justru dinilai kurang dan tidak dihargai.

Usaha-usaha terbaik yang Bunda ambil setelah perundingan panjang dengan diri sendiri maupun pasangan, kenyataannya tidak selalu dapat diterima dan dimengerti oleh orang lain.

Namun Bunda, haruskah pujian menempati porsi yang besar dalam daftar “kebahagiaan” kita? Butuhkah kita dipuji dan dihargai sebagai seorang ibu? Bagaimana kalau apa yang Bunda harapkan dinilai baik dan mendapat pujian sesekali ini, justru akan berbalik melukai perasaan? Yuk berefleksi bersama, Bun.

Baca Juga: Yuk, Lakukan Pijat Oksitosin Secara Rutin agar Produksi ASI Bunda Melimpah!

Ingin dilihat dan diapresiasi

“Aku adalah seorang ibu yang tidak banyak orang tau kalau segala usaha yang ku lakukan untuk anak ku adalah sungguh-sungguh hal terbaik yang pernah ku lakukan dalam hidup ku. Sebagai seorang guru, seorang ahli gizi, seorang perawat, seorang pelatih, seorang manager, seorang senior, seorang teman. Aku ingin orang lain menyadari hal itu dan sesekali memberi pujian untuk ku.” Apakah pemikiran ini  pernah terlintas di benak Bunda?

Bunda-bunda hebat, tentu pemikiran ini merupakan hal yang sangat wajar dan normal. Apalagi keinginan untuk “dilihat” dan “dihargai” adalah kebutuhan dasar yang hebatnya, mampu memompa kebahagiaan dan semangat para ibu untuk terus memberikan yang terbaik bagi keluarganya.

Meski demikian, bagaimana ketika Bunda dihadapkan pada situasi dimana orang lain menilai buruk usaha-usaha Bunda sebagai seorang ibu dan menutup pintu kebahagiaan mu? Apa yang bisa Bunda lakukan untuk tidak menjadi lemah, namun sebaliknya bisa menenangkan perasaan dan menguatkan diri, serta tetap mendapatkan kebahagiaan?

Kebahagiaan keluarga dimulai dari kesehatan fisik dan mental Bunda yang terjaga baik | Shutterstock

Jangan pernah merasa bersalah karena mengharapkan apresiasi

Bunda sudah bekerja keras. Sangat keras dan orang lain harus menghargainya. Mengapresiasi segala bentuk keputusan yang telah dibuat dan dilakukan. Menghargai meski mungkin tanpa apresiasi maupun pujian. Tidak ada seorang pun yang boleh membanding-bandingkan usaha Bunda yang satu dengan Bunda lainnya.

Karena setiap Bunda adalah orang yang paling mengetahui dan akan melakukan yang terbaik untuk anak-anaknya. Tak ada siapa pun yang bisa menjadi ibu terbaik bagi seorang anak selain ibunya sendiri.

Baca Juga: Bisa Picu Depresi, Stop Blaming Culture pada Para Ibu

Berani mengatakan tidak adalah hal yang baik

Bunda, tidak semua hal yang disampaikan oleh orang lain mengenai cara Bunda merawat atau mendidik si kecil adalah hal yang harus diterima begitu saja, meski mungkin yang menyampaikannya adalah orang yang lebih berpengalaman daripada Bunda sendiri.

Apalagi menerima semua masukan dan “cara” orang lain untuk diterapkan pada buah hati Bunda tentu tak akan selalu menghasilkan hal yang baik. Terkadang justru sikap ini akan menambah daftar panjang rasa sedih, kecewa, dan menyalahkan diri sendiri, ketika apa yang Bunda lakukan ternyata tidak berhasil untuk si kecil!

Yuk, berani mengatakan tidak dan menolak apa yang menurut Bunda tidak perlu dilakukan, atau Bunda sudah jalani dengan cara yang Bunda putuskan sendiri.

Katakan pada orang terdekat apa yang Bunda butuhkan

“Aku butuh dipuji. Aku butuh keputusan ku dihargai. Aku butuh pendapat ku sebagai seorang ibu didengarkan. Aku butuh didukung.” Katakan apa yang Bunda inginkan kepada keluarga serumah, keluarga terdekat, terutama kepada si Ayah ya, Bun.

Katakan pada pasangan tentang apa yang paling Bunda butuhkan | Shutterstock

Orang-orang terdekat inilah yang akan bisa mengerti situasi Bunda dan diajak bicara nantinya ketika Bunda menghadapi “serangan” dari orang lain. Bunda, jangan malu untuk meminta pujian, jangan malu untuk meminta bantuan. Karena Bunda pantas mendapatkannya!

Ketika Bunda telah mendapatkannya dari orang-orang terdekat, maka berterimakasihlah! Mereka yang telah menghargai dan mengapresiasi Bunda adalah orang-orang yang paling penting untuk mendapatkan apresiasi dan perhatian dari Bunda.

Menghargai dan mengapresiasi diri sendiri

Hargai dan apresiasi diri mu sendiri! Karena sejatinya tidak ada seorang pun yang dapat memberi kebahagiaan sebesar diri mu sendiri, Bun. 

Bunda-bunda hebat, apa yang telah Bunda lalui hingga saat ini adalah hal yang sangat luar biasa dan penting. Maka hargai dan apresiasi diri mu sendiri karena telah bertahan, kuat, dan mau terus melangkah. 

Baca Juga: Sejarah FOMO dan Dampak Negatifnya bagi Kesehatan Mental

Bunda-bunda hebat, ketika Bunda merasa kalau pujian dan apresiasi dari orang lain menempati porsi terbesar sebagai alasan kebahagiaan mu, ingatlah kalau Bunda bisa memuji dan mengapresiasi diri sendiri. Ingatlah kalau yang paling merasakan kehebatan Bunda adalah si kecil serta seluruh keluarga terdekat Bunda. Orang lain tidak bisa menilai dengan baik dari kacamatanya, hanya Bunda dan keluarga saja lah yang bisa melakukannya. Yuk, mulai sekarang lebih sering mengapresiasi dan memuji diri sendiri!

Referensi: Psychology Today, Moms.com, Verywell Family

Penulis Ruth Sinambela
Editor Ratih Sukma Pertiwi