When I get up and work out, I’m working out just as much for my girls as I am for me, because I want them to see a mother who loves them dearly, who invests in them, but who also invests in herself. It’s just as much about letting them know as young women that it is OK to put yourself a little higher on your priority list.
Michelle Obama

Faktor Penyebab Kehamilan Kosong pada Ibu Hamil

author
Ruth Sinambela
Kamis, 17 November 2022 | 10:00 WIB
Blighted ovum atau kehamilan kosong, oleh masyarakat Indonesia lebih dikenal sebagai kehamilan tidak berkembang. | Shutterstock

Kehamilan kosong atau blighted ovum merupakan kondisi kehamilan dimana kantung kehamilan telah terbentuk di dalam rahim, namun sebenarnya tidak terdapat embrio di dalamnya. Hal ini memang dapat terjadi, yaitu ketika sel telur di dalam rahim telah dibuahi oleh sperma namun pada perjalanannya tidak berkembang ke tahap selanjutnya yaitu menjadi embrio atau bakal janin. Kondisi kehamilan kosong sudah dapat terlihat sejak trimester pertama. 

Lantas apa saja sih, yang dapat menyebabkan kehamilan kosong?

Baca Juga: Bagaimana Cryptic Pregnancy atau Kehamilan Samar Dapat Terjadi?

Kualitas sel telur atau sperma yang kurang baik

Untuk bisa memiliki kehamilan yang baik dan sehat, maka kualitas sel telur maupun sperma yang baik memang memegang peran penting. Meski demikian, hal ini rupanya juga sangat berhubungan dengan faktor genetik seseorang.

Faktanya, seperti dilansir dari CNN Indonesia, faktor genetik terbukti dapat memunculkan gangguan sel tunggal dan kerusakan DNA pada sperma. Sehingga membuat pembelahan sel menjadi tidak normal hingga memunculkan kelainan kromosom.

Kelainan kromosom inilah yang akan menimbulkan kematian embrio, atau membentuk kantung kehamilan kosong, Bunda.

Hormon dan plasenta

Permasalahan hormon yang meningkat pada Bumil sebenarnya wajar terjadi, namun dapat berbeda untuk sebagian ibu hamil yang mengalami kadar hormon progesteron rendah, gangguan endokrin, disfungsi tiroid, hingga sindrom polikistik ovarium atau PCOS.

Selain itu, adanya masalah kesehatan atau kondisi medis tertentu pada plasenta Bumil juga seringkali menyebabkan kehamilan kosong atau janin tidak berkembang. Hal ini disebabkan oleh fungsi plasenta sendiri yang merupakan alat untuk memberi nutrisi dan oksigen pada janin.

Tidak terdapat embrio di dalam kantung kehamilan pada kondisi kehamilan kosong atau blighted ovum, B | Shutterstock

Baca Juga: Manfaat dan Risiko Radiasi Sinar-X Saat Melakukan Rontgen Bagi Anak dan Ibu Hamil

Infeksi dan kelainan lainnya

Infeksi virus merupakan penyebab yang sering ditemukan pada kasus kehamilan kosong, Bun. Beberapa di antaranya seperti infeksi sifilis akibat penularan bakteri saat berhubungan seksual tidak aman, infeksi virus toxoplasma, infeksi cytomegalovirus, dan lainnya.

Namun tidak hanya infeksi virus, kelainan lain pada kehamilan seperti kelainan bentuk rahim juga seringkali menjadi faktor penyebab kehamilan kosong pada ibu hamil.

Tekanan darah tinggi dan stress

Kehamilan kosong ternyata tidak hanya dapat disebabkan oleh faktor kesehatan atau medis ibu hamil, namun juga faktor psikis atau kesehatan mental.

Ibu hamil yang mengalami depresi atau stress berkepanjangan secara langsung dapat menyebabkan gangguan makan, istirahat, hingga menyebabkan tekanan darah tinggi. Hal ini lah yang akan membuat kondisi janin atau kehamilan jadi terganggu.

Dan masih banyak lagi faktor penyebab kehamilan kosong yang bisa dialami oleh ibu hamil. Seperti kondisi kehamilan kembar, kurangnya cairan ketuban, bahkan juga penggunaan obat-obatan terlarang, rokok, dan alkohol! Meski demikian untuk bisa menemukan penyebab sebenarnya, tentu Bunda harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter kandungan dan melakukan berbagai pemeriksaan yang diperlukan ya, Bun.

Baca Juga: Teh Herbal Ternyata Mengandung Tanin, Amankah untuk Bumil?

Sementara itu, Bumil dapat mengusahakan yang terbaik dalam menjaga kesehatan fisik dan psikis serta kehamilannya dengan istirahat cukup, mengonsumsi makanan bergizi, dan sebisa mungkin bertemu orang-orang tersayang, juga melakukan aktivitas-aktivitas yang disukai agar jauh dari penyakit, stres maupun depresi.

Penulis Ruth Sinambela
Editor Ratih Sukma Pertiwi