When I get up and work out, I’m working out just as much for my girls as I am for me, because I want them to see a mother who loves them dearly, who invests in them, but who also invests in herself. It’s just as much about letting them know as young women that it is OK to put yourself a little higher on your priority list.
Michelle Obama

Ini Jenis-Jenis Toxic Communication dalam Pernikahan, Bun!

author
Ruth Sinambela
Jumat, 9 Desember 2022 | 10:00 WIB
Toxic Relationship Juga Dapat Terjadi di Dalam Pernikahan | Shutterstock

 

Toxic communication atau komunikasi toksik merupakan istilah yang digunakan oleh para ahli untuk menggambarkan komunikasi yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menyebabkan hubungan yang tidak stabil atau “beracun” sehingga dapat menghambat proses komunikasi.

Khususnya dalam membina rumah tangga, komunikasi toksik dapat sangat merugikan bahkan menghancurkan hubungan suami-istri. Padahal seharusnya komunikasi sendiri merupakan bagian penting dalam menjaga keutuhan rumah tangga. Apalagi seperti Bunda ketahui, komunikasi yang baik akan sangat berguna dan memberikan manfaat bagi kesehatan mental.

Baca Juga: Toxic Relationship Dalam Pernikahan, Apa Ciri dan Bagaimana Menghadapinya?

Sebaliknya pada komunikasi toksik, dapat membuat hubungan suami dan istri menjadi tidak nyaman hingga pada akhirnya sangat mungkin akan menghapus rasa cinta, kenyamanan, rasa menghargai, juga rasa saling memiliki.

Jenis-jenis toxic communication

Rocky Valentino, seorang psychologist & trainer, dalam laman resminya rockyvalentino.com, menyebutkan 4 jenis komunikasi yang termasuk di dalam komunikasi toksik berikut ini:

  • Criticism atau kritikan. Menurut beliau merupakan kritik yang sifatnya negatif dan mengacu pada menyerang atau merendahkan kepribadian dan karakter orang lain, dalam hal ini pasangan, daripada isi topik pembicaraan. Padahal sewajarnya dalam pernikahan, kritikan sebaiknya disampaikan dengan cara-cara yang lebih friendly, santai, ringan, atau kalau perlu dengan diselingi candaan. Selain itu sebelum memberikan kritik ada baiknya mengenali dahulu karakter pasangan sehingga bisa menyampaikannya dengan senyaman mungkin.

Komunikasi toksik juga bisa terjadi pada hubungan anak dan orang tua | Shutterstock

Baca Juga: Frenemies atau Pertemanan Toxic dalam Pergaulan Remaja

  • Contempt atau penghinaan merupakan jenis komunikasi toksik yang menyerang pasangan dengan cara verbal maupun nonverbal untuk melecehkan atau menghina pasangan secara psikologis. Biasanya komunikasi toksik jenis ini sering terjadi di dalam situasi panas dimana kedua belah pihak tengah emosi dan tidak mampu mengontrol ucapannya.
  • Defensiveness atau defensif. Komunikasi yang defensif sering terjadi ketika seseorang lebih mengutamakan egonya masing-masing. Merasa dirinya benar dan tidak mau mendengarkan orang lain atau pasangan, biasanya akan memperumit masalah terutama saat berusaha mencari jalan keluar. Hanya ingin membuktikan kalau diri sendiri tidak melakukan kesalahan dan bukannya mencoba mendengarkan atau memperbaiki keadaan merupakan ciri-ciri komunikasi defensif, Bun.
  • Stonewalling yaitu kebiasaan mengelak. Ketika pasangan dihadapkan pada masalah dan komunikasi yang terjadi hanyalah saling menyalahkan atau menyudutkan salah satu pihak, pada akhirnya mengelak seringkali menjadi salah satu cara komunikasi yang tercipta dari situasi ini. Mengelak biasanya juga digunakan untuk menghindari perdebatan panjang dan bukannya menyelesaikan masalah. Apabila terus-menerus dilakukan, hubungan dapat memburuk, menjauh, dan masing-masing dapat kehilangan kepercayaan hingga rasa sayang.

Hati-hati, toxic communication juga bisa terjadi di lingkungan kerja | Shutterstock

Selain keempat jenis komunikasi toksik di atas, sebenarnya masih banyak lagi komunikasi yang sebaiknya tidak digunakan dalam sebuah hubungan, Bun. Seperti dilansir dari jendelapsikologia.com, beberapa di antaranya adalah silent treatment atau mendiamkan pasangan, hingga sarkasme atau menyindir.

Mengingat betapa pentingnya komunikasi yang baik untuk menjalin hubungan terutama dalam berumah tangga, sebaiknya binalah cara-cara komunikasi yang baik dan nyaman sedini mungkin, Bun. Dengan demikian Bunda dan Ayah akan lebih mampu menjalani pernikahan yang awet dan menyenangkan. Tentu Bunda tidak mau bukan, berada di dalam pernikahan yang isinya hanya ujaran kebencian, sarkasme, apalagi penghinaan?

Baca Juga: 5 Ciri Toxic Employee Wajib Hindar

Namun apabila sekarang ini Bunda tengah berada dalam pernikahan yang demikian, yuk cari jalan keluar yang baik dan kenali pula redflag dimana Bunda harus mencari jalan keluar demi menjaga kesehatan mental Bunda dan anak-anak, ya!

Penulis Ruth Sinambela
Editor Ratih Sukma Pertiwi