Memberikan hadiah pada anak bukanlah hal yang wajib atau tidak wajib bagi orang tua, Bun. Alaminya, hadiah seharusnya merupakan hal spontan yang Bunda dan Ayah siapkan karena keinginan atau didasarkan oleh perasaan Bunda dan Ayah sendiri.
Misalnya ketika si kecil meraih prestasi akademis maupun non-akademis kemudian hal tersebut membuat Bunda ingin memberi kepada anak karena pencapaiannya tersebut, tentu hal ini boleh-boleh saja.
Baca Juga: Memberi Hadiah pada Anak juga Ada Triknya, Bun!
Sama halnya saat Bunda ingin memberi atau berbagi pada sesama yang membutuhkan misalnya, hal tersebut tentu didasari keikhlasan dan niat baik Bunda, bukan? Tanpa mengharapkan balasan apa pun. Begitu pula sebaiknya niat Bunda saat berkeinginan untuk memberikan hadiah atau reward bagi buah hati Bunda dan Ayah.
Berikan reward karena usahanya
Seorang ahli parenting yang juga merupakan pendiri Positive Parenting Solutions, Amy McCready menyampaikan pendapatnya mengenai memberikan reward atau hadiah pada anak, Bun. Dalam bukunya, Beliau sebenarnya tidak terlalu pro pada pemberian reward atau hadiah untuk anak, apalagi kalau hadiah-hadiah tersebut diperuntukkan pada hal-hal yang sebenarnya merupakan kewajiban atau memang normal diraih oleh anak.
Ia juga menyampaikan apabila pemberian reward maupun hadiah harus dilakukan, sebaiknya Bunda dan Ayah lebih memperhatikan momennya. Terlebih lagi orang tua sebaiknya tidak memberikan hadiah dilandasi oleh prestasi yang anak raih atau pencapaiannya, melainkan pada usaha yang telah si kecil lakukan untuk mencapainya, Bun.
Jadi, memberikan hadiah tidak harus ketika anak meraih juara, tidak juara pun kalau menurut Bunda juga si kecil, ia telah memberikan usaha yang terbaik maka boleh-boleh saja Bunda memberikannya hadiah. Hadiah kecil dan sederhana seperti pelukan dan traktiran es krim misalnya? Hal ini akan membuat anak menjadi lebih positif, Bun.
Baca Juga: 6 Kalimat Positif Bunda Ini Berdampak Luar Biasa bagi Anak
Jangan biarkan reward atau hadiah menjadi tujuan utama anak
Agak sulit memang, Bun. Karena itulah Bunda harus pintar-pintar menanamkan pada si kecil kalau reward atau hadiah bukanlah sesuatu yang wajib Bunda berikan apabila ia meraih sesuatu atau melakukan perbuatan baik.
Apabila si kecil sudah cukup besar, Bunda bisa mengajaknya berdiskusi mengenai hal ini, Bun. Misalnya Bunda bisa memperhatikan kebutuhan anak dan menjadikannya hadiah, namun sekaligus juga memenuhi kebutuhannya, bukannya memberikan mainan atau sesuatu yang sifatnya konsumtif.
Tokoh pendidikan asal Inggris Charlotte Mason, seringkali menyampaikan kalau anak memiliki hasrat alamiah akan pengetahuan dimana hasrat atau rasa ingin tahu secara alami akan tumbuh dengan sendirinya dari dalam diri anak, Bun.
Masih menurut Ibu Charlotte, pemberian hadiah yang terus menerus atau tanpa pikir panjang sangat mungkin bisa melumpuhkan, atau melemahkan hasrat alami anak-anak. Lebih dalam lagi ia menyampaikan, “Ranking bisa memicu kompetisi, penghargaan bisa memicu sifat rakus, hadiah bisa memicu ambisi, pujian bisa memicu kesombongan. Semua ini bisa menjadi batu sandungan bagi anak.”
Baca Juga: Yuk, Belajar Bagaimana Membahagiakan Anak Sesuai Fase Usianya!
Karena itulah diperlukan kebijaksanaan Bunda dan Ayah, dan kembali lagi bagaimana dalam keluarga Bunda dan Ayah melihat hadiah atau reward dan nilai-nilai kebaikannya. Apapun kalau berlebihan memang akan menghasilkan keburukan, Bun. Yuk, mulai sekarang lebih pintar lagi memberikan reward atau hadiah bagi si kecil agar sesuai dengan momennya, tidak berlebihan, dan memang dibutuhkan atau bermanfaat bagi mereka, ya!