When I come home, my daughter will run to the door and give me a big hug, and everything that’s happened that day just melts away.
Hugh Jackman

Anak Kelas 2 SD Sudah Suka-Sukaan, Bunda Harus Gimana?

author
Ruth Sinambela
Selasa, 13 Desember 2022 | 15:00 WIB
Fase pubertas pada sebagian anak akan dimulai pada usia 8 tahun untuk anak perempuan dan pada usia 9 tahun untuk anak laki-laki | Shutterstock

Fase pubertas pada sebagian anak akan dimulai pada usia 8 tahun untuk anak perempuan dan pada usia 9 tahun untuk anak laki-laki, Bun. Pada usia tersebut biasanya si kecil masih berada di kelas 2 atau 3 Sekolah Dasar (SD). Karena itulah sangat penting untuk Bunda dan Ayah agar bisa membimbing dan mendampingi mereka pada usia tersebut.

Khususnya apabila si kecil mulai memperlihatkan ketertarikan dan membicarakan lawan jenis atau menceritakan mengenai teman-temannya yang juga mulai “suka-sukaan”. Hal ini tak dapat dipungkiri merupakan akibat dari kemajuan zaman, terutama di sektor teknologi dan informasi hingga membuat anak-anak usia sekolah dasar kini lebih cepat mengenal rasa “suka” atau tertarik pada lawan jenisnya.

Baca Juga: Puber Dini pada Anak Berbahaya? Ini Penjelasan dan Ciri-cirinya

Bukan berarti pada usia tersebut semua anak akan mengalami fase yang sama ya, Bun. Namun tidak ada salahnya untuk memberikan respon yang tepat saat hal tersebut terjadi. Bagaimana sih, sebaiknya Bunda dan Ayah merespon ketika si kecil memperlihatkan hal tersebut? Yuk, sama-sama belajar di sini.

Tidak menanggapi berlebihan

Biasanya anak pada usia 8-9 tahun yang memperlihatkan ketertarikan atau menceritakan rasa suka pada teman sebayanya bukan berarti ia tengah merasa benar-benar jatuh cinta lho, Bun. Pada usia ini anak sebenarnya hanya sebatas mengetahui apa itu rasa suka atau ketertarikan, yang bisa juga berarti ia mengidolakan seseorang atau mengaguminya.

Sebaiknya Bunda tidak merespon berlebihan apabila si kecil menceritakan tentang ketertarikannya pada teman atau lawan jenisnya, Bun | Shutterstock

Jadi Bunda tak perlu risau apalagi panik ketika si kecil bercerita mengenai rasa sukanya atau mungkin menceritakan teman-temannya yang “berpacaran”. Karena pada usia ini sebenarnya anak masih dalam tahap bermain dan bercanda sehingga kemungkinan besar hanya sekedar ingin tahu saja, Bun.

Reaksi Bunda sebaiknya tenang dan mendengarkan cerita anak dengan antusiasme yang tulus. Dengan demikian Bunda dapat dengan bebas memberikan pandangan dan nilai-nilai yang harus dimiliki anak, terkait menjalin hubungan dengan lawan jenis. 

Meski si kecil mungkin belum terlalu memahaminya, Bunda tetap wajib menjelaskan apa itu "berpacaran", dengan siapa, juga bagaimana sebaiknya bersikap. Tentu saja semua ini tergantung dengan nilai-nilai yang Bunda pegang.

Baca Juga: 8 Rekomendasi Deodorant yang Aman untuk Anak dan Remaja

Ajak anak berdiskusi

Setelah Bunda mendengarkan cerita si kecil dengan seksama, dan sebaliknya Bunda juga sudah mengajarkan berbagai hal mengenai berpacaran pada anak. Maka waktunya Bunda menanyakan perihal perasaannya, Bun. Mengapa ia menyukai temannya, atau apa yang membuat ia merasa suka dengan temannya tersebut. Kebaikan-kebaikan apa yang dimiliki atau alasan khusus mengapa ia menyukai temannya tersebut.

Hal ini akan meyakinkan si kecil kalau Bunda dapat dijadikan teman bercerita yang baik dan menyenangkan. Sehingga si kecil pun akan selalu berterus-terang kepada Bunda di kemudian hari.

Buatlah si kecil merasa nyaman untuk berada di dekat dan bercerita pada Bunda tentang apa pun, ya! | Shutterstock

Batas-batas berpacaran dan konsekuensi yang bisa terjadi apabila melewatinya

Nanti ke depannya saat anak semakin besar, misalnya saat anak laki-laki mengalami mimpi basah dan anak perempuan mengalami haid atau datang bulan, Bunda wajib mengajarkan pada anak tentang batas-batas berpacaran, Bun, yang boleh dan tidak boleh, serta apa konsekuensi yang bisa terjadi apabila mereka melewati batas tersebut.

Semakin dini anak mengerti dan memahaminya maka diharapkan di masa depan anak dapat lebih bertanggung jawab atas tindakan dan keputusan yang diambilnya.

Beri pemahaman tentang perbedaan menyukai dan mengagumi seseorang

Misalnya Bunda bisa menjelaskan kalau kelak si kecil jatuh cinta dengan seseorang kemungkinan besar akan merasakan sesuatu seperti yang dirasakan Bunda dan Ayah. Atau mungkin hanya mengagumi seseorang karena penampilannya adalah hal yang wajar, namun tanamkan pula pada anak kalau nilai-nilai positif seseorang bukan hanya pada penampilan fisik namun juga hati dan kecerdasannya, Bun.

Baca Juga: 6 Kalimat Positif Bunda Ini Berdampak Luar Biasa bagi Anak

Susah-susah gampang sih, Bun. Namun dengan membekali diri sedini mungkin diharapkan nantinya Bunda dapat lebih baik dan lebih siap lagi dalam membimbing si kecil menuju masa-masa remajanya. Semangat Bunda-Bunda hebat.

Penulis Ruth Sinambela
Editor Ratih Sukma Pertiwi