You are beautiful because you let yourself feel, and that is a brave thing indeed.
Shinji Moon

Ini Bedanya Cooing dan Babbling dalam Tahap Perkembangan Bahasa Bayi

author
Ruth Sinambela
Senin, 30 Januari 2023 | 15:00 WIB
Bermain adalah salah satu cara yang dapat Bunda lakukan untuk menstimulasi perkemmbangan bahasa bayi | Shutterstock

Perkembangan bahasa anak ternyata tidak dimulai sejak ia bisa mengucapkan kata pertamanya, Bun. Namun lebih jauh ke belakang, anak-anak sudah mulai membangun kemampuan berbahasanya sejak ia mampu mendengarkan dan merespon ucapan, belaian, juga candaan Bunda, lho!

Pada saat itu, anak biasanya sedang berada di tahap mendengar. Kemudian saat si kecil berusia 2-3 bulan lah kemampuan berbahasanya mulai meningkat ke tahap berbicara, dimana pada awalnya anak hanya akan mengeluarkan suara-suara yang disebut juga sebagai cooing.

Baca Juga: Milestone Kemampuan Berbahasa Si Kecil Sudah Sampai Mana, Bun?

Cooing sendiri merupakan tahap awal perkembangan bahasa bayi. Pada tahap ini, bayi mulai mengeluarkan suara dalam satu suku kata tanpa pengulangan. Selain itu, cooing juga berbeda dengan babbling. Dimana babbling merupakan permulaan bagi bayi untuk mempelajari suara-suara yang biasa digunakan dalam dialog sehari-hari.

Babbling juga menjadi tanda awal kalau si kecil telah masuk ke dalam fase prelinguistik, biasanya saat bayi berusia 3-4 bulan.

Mengajak bayi ngobrol saat ia menunjukan kemampuan cooing dan babbling sangat penting, Bun | Shutterstock

Cooing

Cooing adalah suara pertama bayi untuk mengomunikasikan perasaan atau kebutuhannya, Bun. Bunda atau Ayah mungkin tidak terlalu menyadarinya, namun berbeda saat si kecil baru lahir dan hanya bisa menangis saja. Fase cooing ditandai dengan kemampuan bayi mengeluarkan suara seperti “coo”, “ooo”, “aaa”, atau “eee” saat tengah menangis atau mengantuk. 

Biasanya fase cooing akan mulai terlihat saat bayi telah berusia 2-3 bulan. Dan selanjutnya ia juga akan semakin mampu mengeluarkan suara yang lebih jelas saat memasuki fase kemampuan berbahasa selanjutnya, yaitu babbling!

Baca Juga: 5 Bahasa Cinta yang Wajib Bunda dan Ayah Berikan untuk Si Kecil

Babbling

Melansir dari superkidz.id, Great Ormond Street Hospital menyebutkan kalau babbling ditandai dengan vokalisasi atau suara bayi mengoceh yang lebih presisi atau lebih jelas, Bun. Biasanya pada fase ini bayi akan gemar mengoceh dengan mengulang-ulang gabungan huruf mati dan huruf hidup seperti “baba”, “mama”, “papa”, “kaka”, atau “gaga”.

Pengulangan suara yang dilakukan si kecil pada fase ini tidak memiliki arti, Bun. Namun harus ditekankan kalau Bunda dan Ayah wajib menanggapi ocehannya tersebut. Karena dengan demikianlah ia akan belajar dan memahami, hingga kemudian kemampuan berbahasanya pun dapat berkembang dengan semestinya.

Respon dari Seluruh Anggota Keluarga Sangat Penting dalam Tumbuh Kembang Bayi | Shutterstock

Tips merespon si kecil saat babbling

Untuk menstimulasi perkembangan bahasa pada anak dapat dilakukan sedini mungkin, bahkan sejak si kecil masih berada di dalam kandungan. Meski demikian, Bunda juga bisa memulainya saat si kecil sudah mulai memasuki fase cooing atau babbling. Berikut ini tips dalam merespon babbling-nya si kecil, Bun:

  • Menjawab dan menanggapi dengan tulus dan ceria
  • Mengajak si kecil bercanda dan tertawa
  • Mengajak si kecil membaca
  • Bercerita pada si kecil
  • Mengajak si kecil mengobrol
  • Ikut mengoceh
  • Merespon dengan kata-kata yang jelas dan lembut, tidak dibuat-buat
  • Gunakan tubuh Bunda untuk mengajaknya bertepuk tangan, mengangguk, melambaik, dan sebagainya
  • Ekspresif

Baca Juga: 4 Bahasa Tubuh Paling Ampuh untuk Berkomunikasi dengan Si Kecil

Meski perkembangan berbahasa setiap anak bisa berbeda-beda, Bunda tetap harus memiliki acuan agar bisa mengenali apabila si kecil menunjukkan tanda-tanda keterlambatan berbicara.

Selain itu, apabila Bunda menemukan keterlambatan kemampuan berbahasa pada anak, seperti anak tidak merespon saat diajak bicara, tidak mengeluarkan suara cooing maupun babbling di usia yang seharusnya bahkan lebih, ada baiknya berkonsultasi kepada dokter ahli agar si kecil dapat mendapatkan diagnosis dan terapi yang tepat ya, Bun.

Penulis Ruth Sinambela
Editor Ratih Sukma Pertiwi