Too much love never spoils children. Children become spoiled when we substitute presents for presence.
Anthony Withman

5 Bekal yang Bisa Bunda Berikan untuk Melindungi Anak dari Ancaman Kekerasan Seksual

author
Ruth Sinambela
Rabu, 15 Februari 2023 | 10:14 WIB
Anak perlu dibekali dengan pemahaman tentang kejahatan sedini mungkin ya, Bun | Shutterstock

Semakin maraknya kasus kekerasan seksual pada anak dari tahun ke tahun tentu membuat orang tua, khususnya para Bunda menjadi lebih protective pada buah hatinya. 

Hal ini tentu sangat wajar karena siapa sih, orang tua yang tidak khawatir dan efeknya jadi lebih mudah menaruh curiga apabila setiap hari ada saja berita yang menyebutkan kalau anak-anak kembali menjadi kelompok yang amat rentan sehingga menjadi korban kekerasan seksual ya, Bun.

Baca Juga: Hati-Hati Penculikan Anak, Bun. Yuk, Selalu Waspada dan Bekali Anak dengan Kemampuan Melindungi Diri Sendiri

Bagaimana sebaiknya Bunda maupun Ayah, sebagai orang yang paling dekat dengan anak, dapat melindungi, mengawasi, namun tidak sampai membuat si kecil jadi tidak bebas beraktivitas? Berikut tipsnya untuk Bunda.

Memberikan pendidikan seks dini sesuai usia anak

Sekarang ini sudah tidak tabu lagi untuk memberikan pendidikan seks sedini mungkin pada si kecil, Bun. Tentunya yang sesuai dengan usia anak, ya. Misalnya, Bunda dapat sedini mungkin memperkenalkan anak pada organ intimnya, sesuai dengan nama aslinya, yaitu vagina dan penis. Ingat ya, Bun, bukan dengan sebutan lain. Pada anak yang lebih besar, tanamkan rasa malu misalnya dengan mengajak anak menggunakan handuk setelah selesai mandi dan mengenakan pakaian di dalam kamar, tidak sambil berlarian ke sana ke mari.

Setelah anak sudah cukup besar pun Bunda bisa memberitahunya kalau di luar sana ada, lho, orang-orang jahat yang mungkin akan meminta anak untuk memperlihatkan organ intimnya, atau menyuruh anak melakukan hal aneh lain, seperti memegang organ intim orang lain. Beritahu pula anak agar mampu berkata “tidak”. Ajarkan anak untuk menolak dengan tegas dan pergi menyelamatkan diri apabila hal tersebut terjadi.

Ajarkan anak untuk bisa berkata | Shutterstock

Hal ini tentunya berhubungan langsung dengan bagaimana Bunda perlu menanamkan kemandirian dan keberanian dalam diri anak. Termasuk juga self esteem dan kepercayaan diri yang positif.

Membangun komunikasi yang baik

Anak yang tertutup mungkin akan malu atau sungkan bercerita, namun apabila Bunda memiliki hubungan dan komunikasi yang cukup baik dengan mereka, maka anak pasti akan mau menceritakan pengalaman atau firasat buruknya.

Untuk itu, Bunda maupun Ayah harus bisa membangun hubungan yang baik ini dari kecil, dan jaga terus komunikasi yang baik dengan sering mengajak si kecil mengobrol, bercerita, bercanda, dan menghabiskan waktu berkualitas bersama.

Baca Juga: Miris! Kekerasan Seksual pada Anak dan Kaitannya dengan Penularan HIV

Membekali anak cara untuk melindungi diri

Bagaimana meminta bantuan pada orang lain yang dapat dipercaya, bagaimana melarikan diri dari situasi yang mencurigakan, tidak ikut-ikutan teman misalnya pergi bermain terlalu jauh dari rumah, dan lain sebagainya.

Bunda dapat mengajarkan anak yang sudah cukup usia untuk mengenali situasi yang membahayakan dirinya. Selain itu, apabila memungkinkan bekali juga anak dengan bela diri atau tips mudah untuk menghindar dari serangan atau kekerasan. Meski tidak mudah, ada baiknya hal ini menjadi salah satu yang bisa Bunda pikirkan masak-masak. Karena membekali anak dengan kemampuan bela diri tentu akan selalu berguna kapan pun dan di mana pun anak berada. Bahkan hingga ia dewasa.

Kejahatan bisa datang kapan pun dan di mana pun saat ada kesempatan, Bun. Yuk, selalu waspada! | Shutterstock

Jaga anak dari orang dewasa

Ketika Bunda melihat anak terlalu dekat dengan orang dewasa di sekitarnya, baik saudara maupun tetangga, apalagi orang yang tidak dikenal, maka Bunda wajib mempertanyakannya pada buah hati Bunda. Ajak mereka bicara dari hati ke hati, apa saja yang biasa mereka lakukan.

Selain itu, ada baiknya Bunda juga ikut mengawasi media sosial maupun konsumsi tontonan si kecil. Jangan sampai ia telanjur sering menikmati tontonan yang tidak sesuai usianya, misalnya percintaan yang tidak wajar antara anak-anak, antara anak-anak dan orang dewasa, atau konten lainnya yang menjurus ke kegiatan seksual.

Ingatkan remaja dengan konsep berpacaran yang sehat

Bagi anak berusia remaja, berpacaran merupakan satu hal yang biasa terjadi dan dapat memberikan dampak positif maupun negatif, Bun. Apabila Bunda mengizinkan anak remaja berpacaran pun, merupakan kewajiban Bunda untuk membekalinya dengan pengetahuan-pengetahuan yang benar. Dengan demikian anak akan bisa menjalin hubungan yang sehat dan baik bagi kehidupan maupun pengalamannya.

Baca Juga: Mengenal 4 Tahap Perkembangan Seksual pada Anak dan yang Sebaiknya Dilakukan Orang Tua

Terutama mengenai seksualitas ya, Bun. Anak pra-remaja maupun remaja sudah bisa diajarkan mengenai hubungan seks dan konsekuensi besar yang bisa diberikannya pula. Sekali lagi, tentunya dengan bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami anak. Selain itu, sebaiknya Bunda juga lebih mengajaknya berdiskusi atau mengobrol ketimbang “menggurui” sehingga anak akan terus merasa nyaman dan mau terbuka pada Bunda maupun Ayah.

Semoga bermanfaat, Bunda dan Ayah hebat.

Penulis Ruth Sinambela
Editor Ratih Sukma Pertiwi