A father holds his daughter’s hand for a short while, but he holds her heart forever.
Unknown

Mengenal Peradangan Amandel pada Anak

author
Ruth Sinambela
Senin, 20 Februari 2023 | 15:00 WIB
Peradangan pada amandel atau tonsilitis sebenarnya merupakan hal yang umum dialami, khususnya oleh a | Shutterstock

Amandel merupakan dua massa jaringan di bagian belakang tenggorokan yang berfungsi sebagai filter, untuk menjebak kuman penyebab infeksi yang mencoba masuk ke saluran pernapasan, Bun.

Ketika amandel tidak dapat melakukan tugas penting ini, maka biasanya amandel akan meradang bahkan mengalami bengkak, yang dalam dunia medis lebih dikenal sebagai tonsilitis. Meski demikian, kondisi ini sebenarnya merupakan hal yang umum dialami, khususnya oleh anak-anak yang masih berusia 5-15 tahun.

Baca Juga: IDAI: Kasus Diabetes Anak di Indonesia Meningkat Hingga 70 Kali Lipat

Dapat memicu komplikasi apabila tidak segera diobati 

Meski radang amandel atau tonsilitis merupakan penyakit yang bisa disembuhkan di rumah, namun sebaiknya jangan sampai menyepelekan kondisi ini ya, Bun. Karena apabila peradangan amandel akut tidak segera diobati maka bisa berubah menjadi amandel kronis dan dapat menyebabkan beberapa risiko berikut ini:

  • Kumpulan nanah di sekitar tonsil (abscess peritonsillar).
  • Infeksi telinga tengah.
  • Masalah pernapasan atau pernapasan yang berhenti dan mulai saat anak tidur (obstructive sleep apnea).
  • Selulitis tonsil, atau infeksi yang menyebar dan menembus jauh ke dalam jaringan di sekitarnya.
  • Demam rematik.
  • Demam berdarah.
  • Radang dalam selaput lendir.
  • Infeksi ginjal yang disebut glomerulonefritis.

Ilustrasi mengenai kondisi amandel saat mengalami peradangan | Shutterstock

Gejala amandel pada anak

Untuk bisa sesegera mungkin memberikan pengobatan pada anak, maka terlebih dahulu orang tua harus mengenali dan mengetahui gejala yang dapat ditimbulkannya. 

Berikut ini gejala yang sering terjadi saat anak mengalami peradangan amandel, seperti dilansir dari halodoc:

  • Amandel berwarna merah dan bengkak.
  • terdapat lapisan atau bercak kuning atau putih pada amandel.
  • Tenggorokan sakit.
  • Sulit atau menyakitkan saat menelan.
  • Demam.
  • Kelenjar lunak yang membesar (kelenjar getah bening) di leher.
  • Suara serak.
  • Bau mulut.
  • Sakit perut.
  • Leher kaku.
  • Sakit kepala.

Baca Juga: Yuk, Penuhi Kebutuhan Protein Hewani Anak untuk Cegah Stunting!

Sedangkan bagi anak yang berusia lebih kecil, Bunda dapat menaruh curiga saat ia memperlihatkan beberapa gejala berikut:

  • Ngiler lebih banyak dari biasanya.
  • Menolak makanan apa pun.
  • Lebih rewel dari biasanya.

Pengobatan amandel tidak dapat dilakukan sembarangan Bun, karena ada beberapa perbedaan bagaimana penanganan pada amandel, tergantung apa penyebabnya dan seberapa parah peradangannya. Untuk itu, sebaiknya Bunda sesegera mungkin membawa si kecil ke dokter apabila memiliki gejala, agar bisa mendapat diagnosa dan terapi yang sesuai.

Banyak minum air putih sangat penting untuk mencegah dehidrasi saat anak mengalami peradangan amande | Shutterstock

Namun apabila peradangan amandel masih ringan, biasanya dokter akan menyarankan untuk beristirahat di rumah sambil berobat jalan. Untuk itu, beberapa tips mengurangi peradangan amandel pada anak berikut dapat dicoba:

  • Istirahat yang cukup.
  • Banyak minum air putih untuk mencegah dehidrasi.
  • Konsumsi minuman pereda sakit tenggorokan, seperti teh atau air hangat yang dicampur madu.
  • Konsumsi permen pereda tenggorokan, namun sebaiknya tanyakan dulu pada dokter.
  • Menggunakan alat pelembap udara agar terhindar dari udara kering yang dapat memperburuk iritasi pada tenggorokan.
  • Hindari paparan asap rokok.
  • Konsumsi parasetamol dapat meredakan demam dan rasa nyeri, namun pastikan agar Bunda berdiskusi terlebih dahulu dengan dokter terkait penggunaannya.

Baca Juga: Kenali Gejala Tumor Otak pada Anak Sedini Mungkin, Harapan Sembuh Total Terbuka

Semoga berguna ya, Bun. Namun ingat, meskipun si kecil hanya perlu berobat jalan, jangan lupa untuk terus memberikan informasi terkini terkait kondisinya kepada dokter. Dengan demikian, maka komplikasi yang tidak diinginkan pun dapat terhindarkan.

Penulis Ruth Sinambela
Editor Ratih Sukma Pertiwi